chapter 10

12.1K 1.4K 19
                                    

#

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#



#



#



#

Jenia melangkahkan kaki mungilnya menuju gerbang utama istana dengan langkah anggun, membuat para pelayan dan prajurit yang melihatnya pun terpesona. jenia yang mengetahui bahwa mereka menatapnya tak berkedip pun tersenyum miring.

"Terpesona he?" batin Jenia tersenyum pongah.

"Maaf tuan putri, sebenarnya apa tujuan kita berdiri di gerbang istana ini?" tanya Emily menatap Jenia bingung.

"Aku sedang menunggu tamu spesial ku, jadi sebaiknya kau berhenti bertanya dan ambilkan saja jus apel untukku" perintah Jenia malas.

"Dan kau---" tunjuk Jenia pada salah satu prajurit yang sedari tadi menatapnya tanpa berkedip.

"Ambilkan aku kursi, aku lelah berdiri seperti ini" lanjutnya sembari bersender pada tembok yang ada di sampingnya, membuatnya terlihat sangat keren di mata para pelayan dan prajurit yang kini tengah menatapnya. Sebenarnya, ia bisa saja menciptakan kursi es dengan bantuan sihirnya, tetapi Jenia sengaja tak melakukannya karena ingin menyusahkan para bawahannya itu.

"Ba--baik tuan putri" ujar gagap prajurit itu, kemudian berlari mengambil kursi sesuai yang di perintahkan Jenia, begitu pula dengan Emily.

Skip, 2 jam kemudian

Jenia menatap malas pada gerbang istana yang tak menunjukkan tanda-tanda akan adanya tamu yang datang. Dua jam lamanya ia menunggu kedatangan Dean, tetapi pria itu tak juga menampakkan batang hidungnya. Bahkan, Jenia telah menghabiskan lima gelas jus apel!.

"Ha...apa dia tidak akan datang? Sial, aku bahkan telah menunggunya sangat lama" batin Jenia sembari menatap jengkel gerbang istana itu.

"Emily, ayo kita kembali. Sepertinya dia tak kan datang" ucap Jenia datar, berusaha menutupi kekecewaan yang dirasakan.

"Ta--tapi tuan putri, apa tidak sebaiknya kita menunggunya sebentar lagi? Anda bahkan mengenakan gaun indah untuk ini"

"Jika kau ingin, maka kau saja yang menunggu di sini" sinis Jenia, kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan gerbang istana itu.  tetapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara keributan yang bersumber dari gerbang utama istana.

"Sebaiknya kau pergi, karena istana kami tidak menerima pengemis sepertimu" usir prajurit satu sembari menatap penuh hina pada Dean.

PUTRI YANG DITINGGALKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang