chapter 4

15.6K 1.8K 38
                                    

#

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#

#


#



#

Jenia menatap malas pada para pelayan yang saat ini tengah berbaris rapi di hadapanya, meskipun ia telah mengusir mereka semua, tetapi mereka masih saja bersikeras untuk melayaninya. Benar-benar menjengkelkan pikir jenia.

"Apa kalian tuli? Aku memerintahkan kalian untuk keluar dari kamarku! Aku hanya membutuhkan satu pelayan jadi berbalik dan pergilah" usir Jenia dengan ekspresi datarnya, membuat para pelayan tanpa sadar gemetar ketakutan karena tertekan dengan aura jenia yang mengerikan.

"Ma--maaf sebelumnya tuan putri, tetapi ini adalah perintah dari yang mulai kaisar secara langsung. Jadi mohon maaf, kami tidak bisa mengindahkan perintah anda" bantah seorang pelayan yang dapat Jenia tebak sebagai pemimpin dari Sekelompok pelayan itu. diam-diam pelayan itu menatapnya dengan senyum menghina.

"Berani sekali dia merendahkan ku, apa dia pikir aku tak akan memberikanya pelajaran hanya karena aku di abaikan kaisar? Ha... Menarik" batin Jenia dengan senyum devilnya.

"Ohh ya? Lalu kenapa jika itu adalah perintah kaisar? Bukankah saat ini kalian telah bekerja untuk ku? Maka sekarang aku lah tuan kalian dan aku memerintahkan kalian semua untuk keluar dari kamarku. Se.ka.rang." tekan Jenia.

"Tapi tuan putri ini ad--" ucapan pelayan yang tak Jenia ketahui itu terputus karena kaget dengan gerakan Jenia yang tiba-tiba.

'Srett' Jenia dengan gerakannya yang secepat kilat itu menyambar pedang yang telah ia sembunyikan di samping ranjangnya. menodongkan pedang tajam nan mengkilat tersebut tepat di leher sih pelayan yang sekarang telah jatuh terduduk dengan raut ketakutan, begitu pula dengan pelayan lainnya.

"Ingin membantah he?" tanya Jenia sembari menekan ujung pedang tajamnya pada pelayan yang sekarang ini hanya bisa menangis ketakutan, leher pelayan itu juga mengeluarkan sedikit darah. jika saja Jenia menekannya dengan lebih banyak tenaga, maka dapat di pastikan kepala pelayan itu terpisah dari tubuhnya.

"Keluarlah, sebelum aku menebas kepala kalian semua" desis Jenia dingin, sebenarnya ia sangat ingin menebas kepala para pelayan itu, tetapi ketika mengingat reputasinya yang akan semakin buruk, maka Jenia memilih untuk menahan emosinya.  Ia juga tak tahu, karena semenjak ia merasuki tubuh ini ia jadi mudah tersulut amarah. 

"Mereka hanya bisa Membuat ku jengkel" gumam Jenia sembari memandang datar para pelayan yang tengah terbirit-birit keluar dari kamarnya.

PUTRI YANG DITINGGALKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang