chapter 19

9.1K 1.1K 31
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


#




#





#





#




Hari ini Jenia dapat bernapas sedikit lega, karena pangeran Iceland itu telah pulang ke negara asalnya beberapa hari lalu. Jenia cukup tahu diri bahwa pria itu pasti merasa  tersinggung karena ia meninggalkannya beberapa hari lalu dengan kondisi kaki membeku.

Jelas itu adalah hal yang memalukan untuk seorang pangeran besar seperti dirinya. Di tambah lagi banyak pengawal dan pelayan yang melihat kejadian itu, tetapi mereka tak bisa membantu apa-apa karena es yang Jenia ciptakan tak bisa di cairkan dengan cara apapun, Hingga pria itu harus berdiri tegak di tengah taman selama lima jam lamanya.

Jenia tak ingin ambil pusing, karena baginya yang terpenting adalah pisikopat gila itu tak lagi berkeliaran di sekelilingnya dan mengganggu ketentramannya.

Jenia juga semakin merasa tenang karena William telah menyetujui permintaanya untuk menjadikan Efron sebagai bawahannya. Walaupun kemarin ia harus sedikit mengeluarkan tenaga untuk membujuk ayahnya itu.

Dean dan Emily juga tampak menerima Efron sebagai pekerja baru di istana bulan, walau pada awalnya mereka menatap tak suka pada Efron, tetapi untunglah kini mereka telah dapat menerima Efron sebagai salah satu pekerja Jenia.

Jenia memang tak mengetahui karakter Efron seperti apa, karena ia tak pernah menciptakan karakter bernama Efron di dalam novelnya. Tetapi firasatnya mengatakan, jika ia membawa pria itu di sisinya maka itu akan sangat berguna di masa depan. Jenia hanya mengikuti apa yang di katakan oleh hati nuraninya saja.

"Siapkan gaun ku, aku akan pergi ke pasar sebentar lagi" perintah Jenia sembari menyeduh tehnya.

"Baik tuan putri. Em...apa nanti saya juga akan ikut?" tanya Emily sembari menatap takut-takut majikanya.  Entahlah, Jenia juga tak mengerti dengan gadis yang satu ini. Mengapa juga ia selalu menatapnya seakan-akan ia akan menerkamnya? Padahal Jenia bahkan tak pernah memukul Emily atau pelayan manapun.

"Apa kau bisa menggunakan kuda? Sekedar info, aku tak kan menggunakan kereta kuda. Aku akan menggunakan kuda es ku saja" jelas Jenia sembari menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Saya tidak bisa tuan putri" jawab Emily sembari menundukkan kepalanya takut.

"Kalau begitu kau tidak bisa ikut" ucap Jenia, kemudian beranjak dari kamarnya menuju kamar dean dan Efron yang terletak sedikit lebih jauh dari kamarnya.

PUTRI YANG DITINGGALKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang