#
#
#
#
Jenia menatap lamat pada Efron yang masih setia menutup mata. Seperti orang tertidur pulas, seakan tak berminat untuk membuka mata. Jenia tak tahu, apa yang harus ia katakan pada pria itu kelak jika ia mengetahui kedua kakinya akan lumpuh.
Mungkin pria di hadapanya ini akan membencinya seumur hidup jika telah sadar nanti pikir jenia.
Bagi gadis itu tak masalah jika efron akan membencinya kelak, karena ia memang pantas mendapatkanya.Ia lah penyebab pria di hadapanya ini mengalami kecacatan, tentu saja jenia cukup tahu diri untuk itu.
‘tok tok tok'
Suara ketukan pintu berhasil mengalihkan perhatian jenia. dengan cepat gadis itu melepaskan genggaman tanganya pada efron.
“maaf baru bisa datang menjenguk kalian sekarang. Akhir-akhir ini pekerjaan ku sangat banyak” ucap dean sembari mendudukkan dirinya di salah satu sofa yang tersedia di ruangan itu.
“tak masalah dean. Aku tahu pekerjaan mu sebagai grand duke pasti tak dapat di anggap remeh. Kau dapat menjenguk saat ini pun aku sudah sangat berterima kasih” ucap jenia sembari tersenyum tipis. Bahkan nyaris tak terlihat.
tentu saja dean yang sangat peka itu mengetahui bahwa gadis di hadapanya ini sedang tak baik-baik saja. dapat di lihat dari kantung matanya yang menghitam. Menghela napas untuk beberapa saat, kemudian dean berujar,
“aku turut berduka cita atas apa yang menimpa efron dan dirimu tempo hari. Aku tahu, efron adalah pria yang kuat. Dia pasti akan segera bangun dan kembali menjaga mu seperti biasanya” ucap dean berusaha menghibur jenia yang kini menatap senduh efron yang masih tertidur di atas ranjang.
“ya, aku juga tahu dia adalah pria yang kuat. Dia tak mungkin meninggalkanku bukan? Ha…ku rasa dia akan membenciku ketika dia bangun nanti” ucap jenia yang nyaris seperti berbisik. Untung saja pendengaran dean tajam, sehingga pria itu dapat mendengar ucapan lirih gadis itu.
“mengapa dia akan membencimu?” Tanya dean sembari mengerutkan keningnya bingung.
Ya, dean belum mengetahui perihal kelumpuhan yang akan menjemput efron nanti, karena William menutup fakta ini rapat-rapat, sehingga hanya segelintir orang saja yang mengetahui.
“tentu saja dia akan membenciku. Karena aku…karena aku dia akan menjadi cacat. Hiks...tabib istana mengatakan efron akan mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya” ucap jenia sembari menutupi wajahnya dengan kedua telapak tanganya.
Dean cukup terkejut ketika mendengar ucapan dan melihat jenia yang untuk pertama kalinya menangis di hadapanya. Biasanya gadis ini akan menampilkan wajah angkuh dan jahil jika bertemu denganya, tetapi hari ini semuanya terlihat berbeda. Sedetik kemudian, dean mengulum senyum.
“tenanglah…efron tak mungkin membencimu. Menyelamatkanmu adalah pilihanya, ia bahkan rela mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkanmu, jen. Sama seperti kejadian di mana kau tenggelam di danau hari itu” ucap dean sembari mengelus pelan pundak jenia yang kian bergetar. Mendengar ucapan dean, jenia mendongakkan kepalanya menatap dean yang kini juga sedang menatapnya.
“maksudmu?’ Tanya jenia bingung dengan suara seraknya. Ya, serak karena habis menangis, sedangkan dean yang mendengar pertanyaan jenia membulatkan mataya tak percaya.
“jadi kau tak tahu siapa orang yang menolong mu hari itu?” Tanya dean sembari menatap tak percaya pada jenia yang kini menggelengkan kepalanya lucu. Tak tahu harus bereaksi seperti apa, dean hanya tertawa garing.
“aku tak tahu harus mengatakan apa. Bagaimana bisa kau tak mengetahui siapa yang menolong mu hari itu? wah…aku bahkan tak bisa melupakan kejadian mengagumkan saat efron terjun ke dalam danau.
Aku sempat berhenti bernapas ketika melihat kalian masuk ke dalam danau mengerikan itu, tetapi untungnya efron dapat membawa mu dengan selamat” ucap dean panjang lebar, tanpa melihat ekspresi keterkejutan jenia saat ini.
“ku kira…waktu itu yang menyelamatkan ku adalah kau. Bahkan aku tak melihat efron ada di sana ketika aku tersadar dari pingsan” ucap jenia sembari menatap tak percaya pada dean yang kini tengah memasukkan cookies ke dalam mulutnya dengan watadosnya.
“tentu saja kau tak melihatnya, karena saat itu ia sedang pergi mengambil handuk untukmu” ucap dean tanpa mengalihkan pandanganya pada cookies yang tertata rapi di atas piring itu, kemudian kembali memasukkan cookies itu ke dalam mulutnya, setelah itu mengunyah nya dengan rakus.
Sementara jenia membekap mulutnya tak percaya. Pupil matanya bergetar menatap pria tampan di atas ranjang itu.
“wah…air putih ini sangat enak! milik istana dan milik rakyat jelata memang berbeda ya” ucap dean sembari menatap binar pada gelas beling yang kini hanya terisi seperempat air putih, kemudian kembali meneguk air putih itu sampai tandas.
Jenia memilih mengabaikan omong kosong dean, entah mengapa pria itu bertingkah seperti orang idiot hari ini. ia juga tak terlalu perduli, karena perhatian nya kini hanya tertuju pada pria yang telah menyelamatkan hidupnya 2 kali berturut-turut.
“kenapa kau selalu menyelamatkan ku ef? Jika kau melakukan nya lagi, bisa saja aku salah mengartikan kebaikanmu itu” gumam jenia sembari menatap efron dengan pandangan yang sulit di artikan.
Sorry ye kalo ada typo nya hihi
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTRI YANG DITINGGALKAN
Fantasia📌#Rank 1 in Sinis Story 📌#Rank 1 in penyesalan story 📌#Rank 1 in magic story 📌#Rank 1 in isekai story 📌#Rank 1 in cogan story 📌#Rank 1 in kerajaan story 📌#Rank 1 in jutek story 📌#Rank 1 in putrikerajaan story 📌#Rank 1 in datar story 📌#R...