chapter 38

4.5K 628 28
                                    

#

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


#









#









#









#

Jenia menatap datar pria yang sedari tadi tersenyum menjijikkan padanya. Ya, pria itu adalah Carlus. Percuma tampan jika punya sifat menjijikkan seperti itu, pikir Jenia.

“jadi apa masalah mu? Seingat ku, aku tak pernah mencari masalah denganmu” tanya Jenia santai.

Mendengar pertanyaan Jenia, bagai kerasukan setan, Carlus terbahak. Jenia hanya dapat menatap ngeri pria gila itu.

“ya, kau memang tak mempunyai masalah dengannku. Tetapi mantan tunangan mu itu memiliki banyakkkk sekali salah denganku” jawab Carlus setelah selesai dengan acara tawa dadakannya itu, lantas Menatap tajam Jenia.

“apa hubungannya denganku?” Tanya Jenia malas. Ah…jika tentang masalah Carlus dan Stefanus, Jenia telah mengetahui itu lebih dari siapapun. (ada di chapter 7)  Kini Jenia menyesal memasuki kandang singa hanya untuk hal tak berguna.

“tentu saja karena kau adalah wanita yang di cintainya” jawab Carlus dengan senyum mengerikannya itu.

“lalu apa? Kau ingin menghabisiku?” Tanya Jenia malas.

“awalnya begit, Tetapi setelah di pikir-pikir kau cukup cantik dan pantas untuk menjadi istri ku” jawab Carlus sembari mendekatkan wajahnya. Mendengar ucapan Carlus, tanpa sadar Jenia mendelik.

“percaya diri sekali kau. Aku tak sudi menjadi istri mu. Dasar gila” ucap Jenia sembari menatap tajam Carlus yang kini membelai lembut pipinya.

sial, aku ingat ini. Di novel, Freya lah yang menjadi sandera Carlus. Ha...aku sedikit menyesal membinasakan wanita itu lebih cepat" batin Jenia sembari menghela napasnya panjang. Ingin sekali rasanya Jenia menepis tangan Carlus yang tengah membelai pipi sucinya itu, tetapi apalah daya tangannya yang kini terikat kembali.

“pilihan mu hanya dua. Pertama, mati mengenaskan seperti Stefanus atau menjadi istri ku. Hanya itu saja!” ucap Carlus dengan senyum devilnya. Seketika Jenia membelalak kaget ketika mengetahui dalang kematian keluarga Hoshea itu.

“jadi kau---kau yang membunuh Stefanus beserta keluarganya?” Tanya Jenia dengan mulut terbuka lebar membentuk huruf Om

“ya, itu aku. Kenapa? Tak terima aku membunuh mantan tunangan mu itu?” Tanya Carlus sembari menatap tajam Jenia.

“cih, untuk apa aku marah tak ada urusanya denganku. Lebih baik kau lepaskan tali di kaki dan tanganku ini” pinta Jenia sembari menatap malas tali yang mengikat tangan beserta kakinya.

“aku akan melepaskanya. Jika kau bersedia menjadi pasanganku” tawar Carlus dengan senyum manisnya itu. Jenia memutar bola matanya malas, sebelum menjawab ucapan pria gila di hadapannya ini.

“yayaya, jadi lepaskanlah sekarang” jawab Jenia asal. Oh..tenang saja, Jenia juga tak mungkin mau menjadi istri pria gila ini. Manusia seperti Carlus, tak bisa di lawan dengan otot, tetapi dengan otak.

Setelah melepaskan ikatan di tangan dan kaki Jenia, pria tu merangkul mesra pundak mungilnya. Membawa gadis itu keluar dari kamar mewah tersebut.

Jenia tak berkomentar, ia hanya mengikuti langkah pria bersurai perak itu.

sampailah mereka di sebuah taman indah. Taman yang terisi penuh oleh mawar hitam---Bunga kesukaan mendiang ibu Carlus. Jenia hanya dapat berdecak kagum melihatnya, karena jujur saja, ia juga menyukai mawar hitam.

“ini adalah tempat favorit ibuku. Ibu sangat menyukai mawar hitam” lirih Carlus sembari menatap senduh hamparan mawar hitam tersebut. Seketika Jenia sedikit merasa iba pada pria itu.

“lalu ada di mana ibumu?” Tanya Jenia pura-pura tak mengetahui bahwa ibu Carlus telah tiada. Mendengar pertanyaan Jenia, sontak carlus mengeraskan rahangnya. Tanpa sadar ia juga mencengkram kuat bahu mungil Jenia.

“ibu ku telah mati. dan itu semua karena Stefanus!! Sial! Aku sangat membencinya” geram Carlus semakin mengeraskan cengkramanya, membuat Jenia menepis tangan pria itu kuat.

“ini menyakitkan sial! Kau hanya punya masalah dengan Stefanus, Jadi berhenti melibatkan ku dengan urusan pribadi kalian. lagi pula kau telah membunuhnya serta seluruh kerabatnya. Apa kah kau belum puas?” Tanya Jenia dingin. Ia menjadi sedikit emosi ketika Carlus mencengkram bahunya dengan tak berprikemanusiaan. Untung saja bahu mungilnya tak patah, pikir Jenia.

“diam!! Aku tak kan pernah puas hanya karena membunuh Stefanus dan keluarganya! Kau tak mengerti tentang apa yang ku rasakan! Lebih baik kau diam dan turuti saja ucapanku! Berikan aku keturunan yang banyak, maka kau akan selamat!!” teriak murka Carlus sembari menjambak rambut Jenia tanpa ampun.

Jenia tahu, pria ini memintanya untuk menjadi istri bukan karena cinta ataupun tertarik. Tapi hanya untuk menyiksanya. Jenia mengetahuimya karena itu terjadi di dalam novel ciptaanya. Lebih tepatnya Freya lah yang merasakan semua siksaan Carlus sebelum Stefanus datang menyelamatkanya. Tetapi dua tokoh utama itu kini telah mati, lantas siapa yang akan menyelamatkannya?

Ah...tanpa bantuan juga jenia bisa kabur dengan mudah. Baru saja ingin menjalankan aksi kaburnya, suara kegaduhan berhasil menarik perhatiannya.

“lepaskan tanganmu dari Jenia, sialan!” teriak murka Efron sembari menyerang tanpa ampun Carlus. pertarungan sengit pun tak terelakkan.

Kini Jenia bingung harus berbuat apa, padahal ia baru saja ingin melarikan diri. Kabur dari kastil ini bukanlah perkara sulit bagi Jenia. Tetapi kini ada seseorang yang datang dan ingin menyelamatkannya. tak mungkin ia kabur seorang diri bukan? Itu sangat tidak tahu terimakasih.

Dengan cekatan Jenia menciptakan pedang esnya, membantu Efron yang kini di keroyok oleh banyak orang.

Dengan cekatan Jenia menciptakan pedang esnya, membantu Efron yang kini di keroyok oleh banyak orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorry ye kalo ada typo nya hihi

PUTRI YANG DITINGGALKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang