chapter 30

6.1K 741 9
                                    

#

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#






#






#






#


"kau harus bertunangan denganku. Jika kau menjadi tunanganku, maka kau akan hidup aman dan sejahtera" paksa Alden dengan senyum manisnya, tetapi bukanya tersipu malu Jenia malah bergidik ngeri membayangkan menjadi pasangan dari pria di hadapannya ini.

"huh! Lebih baik aku tak menikah dari pada harus menjadi pasangan mu. Dasar pisikopat" batin Jenia sembari menatap ngeri Alden yang masih setia dengan senyum cerahnya itu.

pisikopat memang sangat pintar memainkan ekspresi pikir, Jenia. Tentu saja, Jenia takkan memilih Alden sebagai pasanganya. Ingat? Alden adalah seorang pisikopat gila, bahkan di cerita aslinya ia sering kali kehilangan kendali dan berujung menyakiti Freya yang dulu sering bersama. Tentu saja Jenia tak ingin bernasib sama seperti Freya.

Lagi pula, di akhir cerita novel milik Jenia (Livy) di jelaskan bahwa Alden akan mendapat pasangan yang memiliki hobi sama seperti dirinya. Mereka sama-sama pisikopat. gadis itu adalah anak seorang Duke berpengaruh di kekaisaran Iceland, Blaire Abigail--- Sih pisikopat berwajah imut.

Tentu saja tak ada yang mengetahui hobinya itu selain keluarga serta Alden yang akan menjadi pendamping hidupnya kelak. Sungguh, Jenia benar-benar tak berminat dan berniat untuk menjadikan Alden sebagai pendampingnya karena pria itu berhak mendapatkan yang terbaik, pikir Jenia.

Tetapi bukan itu menjadi masalah utama Jenia saat ini, melainkan Alden yang sedari tadi memaksa dirinya untuk menjadi tunangannya, bahkan pria itu rela jauh-jauh datang menuju kekaisaran Megalo ini untuk melamarnya. Kini gadis itu benar-benar bingung harus bagaimana agar pria di hadapannya ini mengerti akan penolakanya.

"Alden, sebaiknya kau pulang ke istana mu. Ku tegaskan sekali lagi, aku tak bisa menjadi tunanganmu karena aku tak memiliki perasaan apapun terhadapmu. Maaf jika perkataanku ini menyakiti perasaan mu, tetapi ku rasa lebih baik aku berkata jujur dari sekarang dari pada akan lebih menyakiti perasaan mu di masa depan jika aku berkata bohong terhadap perasaanku ini. Ku harap kau mengerti" jelas Jenia panjang lebar. Kini Jenia benar-benar berharap pria di hadapannya ini dapat mengerti apa yang telah ia ucapkan, seperti Dean tempo hari.

"apa kau menyukai pria lain?" Tanya Alden dingin, bahkan tanpa sadar ia mencengkram pergelangan tangan Jenia kuat, hingga meninggalkan bekas kemerahan di kulit putih mulus gadis itu. tentu saja Jenia meringis kesakitan, karena tenaga pria di hadapannya ini tak main-main.

"tidak. Aku sedang tak menyukai siapapun. Ku harap kau mengerti ucapanku sebelumnya Alden, kau berhak mendapatkan pasangan yang terbaik. Seseorang yang akan menerima kekuranganmu apa adanya, seseorang yang memiliki hobi yang sama sepertimu dan itu bukanlah aku. Lepaskan sial, ini menyakitkan" pekik Jenia sembari menepis kasar tangan Dean yang kini semakin mempererat cengkramanya.

"tidak! Bagiku kau lah yang terbaik. Tak perduli kau menyukai ku atau tidak, aku pasti akan menjadikanmu miliku seorang!"

"lepaskan tangan anda dari putri pangeran, anda menyakitinya" ucap Efron yang tiba-tiba saja datang entah dari mana, Jenia tak tahu. Yang terpenting kini ada seseorang yang menyelamatkannya dari Alden.

"jangan ikut campur dalam urusanku dan Jenia. Kau tak berhak untuk itu" Desis Alden dingin.

"ya, saya memang tak berhak ikut campur untuk itu, tetapi akan berbeda cerita jika anda bermain kekerasan" balas Efron tak kalah dingin, kemudian dengan paksa melepaskan cengkraman Alden dari Jenia, kemudian menyembunyikan gadis itu di belakang punggung kokohnya. Mengabaikan tatapan menghunus Alden, Efron pun berkata,

"rasa yang anda miliki itu bukan lagi rasa suka. Sadarlah, anda tak benar-benar mencintai putri, anda hanya terosebsi saja" jelas Efron dengan ekspresi tenangnya, tetapi tidak dengan nada bicara yang terdengar sarkas.

"tutup mulut busukmu itu, tak usah berlagak seakan kau mengetahui perasaanku" ucap Alden tajam, tetapi itu sama sekali tak membuat seorang Efron gentar.

"ya, saya memang tak mengetahui segala perasaan anda pangeran, karena saya bukanlah tuhan. Tetapi untuk yang ini jelas saya mengetahuinya, hanya ada rasa obsesi anda untuk tuan putri, tak lebih dan tak kurang" seketika Alden bungkam.

"yang di katakan Efron benar. Sebaiknya kau segera pulang ke Negara asalmu" timpal Jenia sembari menarik tangan Efron, meninggalkan Alden yang masih bimbang akan perasaanya.

"apa benar apa yang ia katakan? Kenapa aku menjadi bimbang seperti ini? akh! Sial" teriak Alden sembari menendang kerikil yang berada tak jauh dari kakinya.

"Tidak, aku membutuhkan waktu untuk memastikan perasaanku ini" lanjut Alden sembari menyugar rambutnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







Sorry ye kalo ada typonya hihi🤭

PUTRI YANG DITINGGALKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang