"kak"
"...."
"jawab dulu aku mau nanya dan ini serius" ucap Livia yang membuat Ten akhirnya menoleh ke arah nya.
"apa? " tanya Ten
Livia menghela nafasnya pelan "cewek yang kemaren itu si---hmmh maksud aku Lisa itu siapa nya kakak?"
"kamu masih mikirin soal ini?"
Livia mengangguk "dia anak temen Mama di Thailand, dan yaaa temen aku juga disana, kebetulan dia kesini karena ada project disini, dan kemarin dia minta buat nemenin ia keliling kota." jelas Ten
"dan aku juga di kontek Mama disuruh jagain Lisa sewaktu disini, karena Lisa disini gak punya siapa-siapa" lanjutnya.
"oh gitu ya" jawab Livia ngangguk-ngangguk.
"kamu cemburu? " tanya Ten
"tck.. Ngapain cemburu elah, kamu mau deket sama perempuan itu silahkan aja.
Tapi kamu juga harus biarin aku deket sama Jeno kalau gitu" Ucap Livia sambil mengangkat bahunya.
"heh! Mana ada! Aturan dari mana kaya gitu? "
Ten gak terima, kalau sama Mark masih bisa ditolerir kalau sama Jeno? Oh ayolah dia itu lelaki yang bikin Ten panas kuping.
"ya tentuin dari kamu lah, kamu kan cowok, harus tegas dong, kakak kan punya aku, punya hati yang harus kakak jagain kan? " kata Livia
"tapi kan aku cuma ngejalanin amanah mamah doang Liv" Ten mencoba untuk menjelaskan lagi.
"amanah boleh kamu jalanin, tapi prioritas tetep aku kan? " tanya Livia
"yaiyalah! kamu, gak mungkin kan kalau orang lain"
"terus waktu aku minta beliin novel kemaren gimana? Kakak tuh iya iya doang depan aku aja."
Ten terkekeh "itu kan beda ceritanya, lagian kan aku lupa Liv"
"password nya padahal udah aku kasih 'antara hidup dan mati' masih aja gak ngerti?" tanya Livia yang jengah sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya.
"ya maaf aku kan lupa Liv, jangan jutek heh nanti gak cantik lagi" ucap Ten yang mencoba Merayu Liva
"sekarang aku lagi gak butuh gombalan kak, awas ya jangan sampe kamu lupain aku waktu kamu deket sama dia" Ancam Livia
"ya mana mungkin sih aku lupa maaf ya beneran aku minta maaf soal kemarin" kata Ten.
"yaudahlah aku kan pemaaf, eh gak ralat mau di maafin beneran gak? "
"ck apaan sih sama pacar sendiri negosiasi"
"mau dimaafin gak?! " tanya Livia
Ten berdecak sebal "IYA MAU !"
Livia ketawa ngakak "baguuus, aku pengen ayam geprek sama nasi 2 porsi minum nya cola aja, sambel nya mau banyak yaa ayam geprek kalau gak pake sambel ga enak soalnya, sama eskrim rasa mango nya 1, oh ya satu lagi ayam ricis level 2 yaaa beliin sekarang" pinta Livia
"Liv kamu gak makan berapa hari? " tanya Ten geleng-geleng dengerin pesanan pacarnya ini
"mau di maafin gak?! "
Ten ngangguk terus mesenin semua pesenan Livia takut-takut pacarnya ini berubah pikiran lagi.
Tapi yang Ten suka dari Livia itu ini, marah nya Livia cuma sekedar titel doang, Livia juga gak selalu minta aneh-aneh sama Ten.
Meskipun Ten anak sultan yang duit nya 7 turunan gak abis-abis, tapi Livia gak pernah minta apapun, kalau pun Livia dapet tas sepatu atau segala macem nya itu Ten yang selalu beliin dia diam-diam.
Karena kalau Livia tau dia gak akan mungkin mau, dan kalau mislkan Livia gak terima ancaman Ten selalu
'yaudah aku kan udah beli kalau kamu gak mau buang aja gapapa'
Ya mana bisa Livia buang barang mahal dan semewah itu udah gila kali kalau beneran dia buang.
"udah aku pesenin."
"hehehe makasih pacarkuu~"
"ck! Giliran gini aja pacarku"
Livia ketawa "kamu gak makan? "
"aku pesen nasi goreng" jawab Ten
"tumben? "
"lagi pengen." jawab nya singkat
"oh yaudah"
"Liv! "
"apa? "
"gak marah lagi? " tanya Ten
"sebenernya dari kamu bawa eskrim juga udah gak marah, cuma aku laper banget ya jadi aku gunain kart---"
Cup
"heh kamu ngapain cium aku sih"
Livia menutup bibirnya pake tangan, ya dia kaget tiba-tiba Ten cium dia.
"gemes.."
Bugh... "awhh sakit Liv tangan aku"
"ngeselin!! "
Ten masih mengaduh sambil tertawa karena Livia bener-bener udah merah banget muka nya.
Mas pacar : Ten
Gue rela duit abis kalau buat cewek gue yang gemes nya overload kek gini
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Pacar
Short Story"Kak!.."- Livia "besok bawain eskrim yang wadahnya diember yah, aku maafin kalau kamu bawa itu"- Livia