.
.
.
.
.
.
.
Enjoy your meal!
.
.
.
.
.
.
.________________________________________
Beruntung Bangtan memiliki hari libur syuting grup sehingga Jungkook tidak kelabakan mencari jalan pulang.
Dia masih betah berada di apartemennya sendirian.
Dua hari lalu dia sudah mengabari Namjoon. Dia yakin hyung-hyungnya itu pasti sangat khawatir. Bukan merasa diri penting, tetapi memang begitu kenyataannya. Mereka saling menyayangi satu sama lain. Tidak heran jika satu saja menghilang, akan ada celah yang terbuka.
Jungkook menghempaskan dirinya di sofa besar yang berhadapan dengan TV. Matanya terpejam, memikirkan Yoongi.
Dia rindu pria mungil itu, dia rindu tingkahnya yang menggemaskan, dia rindu melihat wajah cantik itu-- dia rindu Yoonginya.
Ponselnya diangkat, berniat menghubungi Yoongi. Jika jarinya bergeser sedikit saja, maka tombol memulai panggilan akan disentuh. Tapi dia tidak.
Ponsel baru itu dibuang ke samping, hampir saja terjun mengenaskan di lantai. Dia tidak mempedulikannya sama sekali, toh bisa dibeli lagi. Ponsel lamanya bahkan telah hancur berkeping-keping. Dan itu tentu saja karena perbuatannya.
Dia terlalu sibuk meratapi keadaannya sehingga tidak memiliki waktu untuk membeli yang baru. Akibatnya dia tidak bisa menghubungi siapapun, dan mereka juga tidak bisa menghubunginya sama sekali.
Buku catatan telepon memang ada gunanya. Jika saja buku itu tidak ditemukan, maka Jungkook tidak tahu lagi bagaimana caranya mengabari Namjoon hari itu.
Semuanya memang akan berguna di saat yang tepat. Tidak ada yang tidak berguna di dunia ini. Hanya saja kita yang malas mencari tahu dan mempelajari.
Tepat 2 hari lalu, Jungkook sudah menceritakan semua rahasianya. Semua tentang topeng dan obsesinya pada Yoongi. Dia memutuskan untuk terbuka karena benar-benar tidak ingin kehilangan Yoonginya.
Pria itu tentu saja terkejut. Jungkookie yang manis ternyata hanyalah topeng demi mendapatkan keinginannya. Jungkookie yang menggemaskan ternyata hanyalah akting untuk menarik perhatian pujaannya.
Pria itu sampai tidak bisa berkata-kata. Dia merasa dibohongi dan kecewa. Mereka sudah sangat dekat, bahkan seperti keluarga, tetapi Jungkook merahasiakan hal ini darinya, dari mereka.
Tapi di satu sisi dia juga bersyukur karena Jungkook akhirnya mengatakan semuanya langsung dari mulut.
Semua orang pasti punya rahasia yang ingin mereka simpan sendiri. Tetapi jika itu akan menjadi boomerang yang memenggal rasa, sebaiknya dibiarkan leluasa. Bukan kepada mereka yang temporary, tapi pada mereka yang permanent.
Dia ingat kata hyungnya itu, "Temui dia. Bicarakan segala hal yang membuat kalian seperti ini. Jangan menghindar. Itu hanya akan memperkeruh keadaan."
Ponselnya diraih kembali, mengetikkan pesan kepada hyungnya untuk mengetahui kabar Yoongi dan apa yang sedang dia lakukan.
Me :
Hyung
Bagaimana keadaan Yoongi hyung?
Apa dia baik-baik saja?
08xxx :
Dia hanya berdiam diri di kamar
Jangan khawatir, dia sehat. Setidaknya itu yang terlihat
Apa kau sudah memikirkan apa yang kukatakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
USING THE MASK [𝓚𝓸𝓸𝓴𝓰𝓪] ✓
FanficSemua orang menganggapnya cantik dan menggemaskan dengan sepasang mata bulat berbinar yang menampilkan kelembutan menggetarkan hati. Namun siapa sangka bahwa itu semua hanyalah topeng yang dengan sengaja ia gunakan untuk mendapatkan apa yang dia ing...