SMAN Merdeka, tepat di kota Jakarta. terpampang jelas di depan mata Zahira. Zahira kini tepat di depan gerbang sekolah, ia hanya diam di tempat selepas Abi nya mengantar dan sangat ragu untuk memasuki nya.
BURRMM BURRMM
bising motor yang kian lama mendekat membuat Zahira menyingkir dari tempat ia berdiri.
"astaghfirullah, padahal udah sampai depan gerbang tapi tetep aja ngebut" batin Zahira.
dengan sedikit keberanian, Zahira pun melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam SMAN Merdeka.
bak berlian besar di tengah pasar, Zahira jadi pusat perhatian saat ini, bagaimana tidak?
SMAN Merdeka, jarang siswi yang menggunakan hijab, bukan jarang lagi tapi memang tidak ada.
Zahira sekolah mengenakan kerudung segi empat putih, lengan panjang, rok rempel, Converse hitam, dan kaus kaki panjang.
kini Zahira berjalan di koridor yang sudah lumayan ramai, ia sedang mencari dimana letak keberadaan ruang kepala sekolah.
namun sudah lima menit ia berjalan di sekolah yang luas ini, ia tidak menemukan dimana letak ruangan tersebut, ia hanya melewati toilet perempuan saja tadi.
ia ingin bertanya pada orang yang melewatinya, namun keberanian nya menciut.
setelah berfikir keras, akhirnya Zahira memberanikan diri untuk bertanya pada satu cewek yang sedang berdiri di depan kelas, seperti menunggu sesuatu.
"assalamualaikum kak, aku boleh nanya?" Talita, name tag yang terpampang di atas kantung seragamnya menengok ke arah sumber suara.
"eh, waalaikumsalam ga usah salam gapapa kali emang gue guru, nanya apa?" sebenarnya Talita hanya bercanda namun kata-kata Talita ini membuat Zahira salah mengartikan, ia berfikir Talita marah dengan Zahira.
"hmm, itu ruang kepala sekolah di mana ya?" Zahira hanya menunduk melihat ujung sepatunya.
"kalo ngomong sama orang, di tatap ya cantik gue ga marah kok" seakan paham, Talita mengangkat dagu Zahira menggunakan jari dan tersenyum kecil.
"maaf kak"
"lo lurus aja dari sini, terus ke ki----" ucapan Talita terputus karena ada cowok yang tiba-tiba merangkul pinggangnya posesif serta mencium pipi nya tanpa rasa malu.
refleks Zahira menutup mata menggunakan kedua tangannya, ketika cowok itu mencium pipi Talita.
"morning sayang" ucap laki-laki itu.
"oh haii, morning beb. aku nunggu kamu dari tadi, pacar nya Lita udah sarapan belum?" seakan melupakan Zahira di depannya, dua sejoli itu meninggalkan Zahira.
dirasa sudah tidak ada suara, Zahira pun melangkahkan kakinya, ia sempat mendengar kalau lurus saja terus ke kiri.
"astaghfirullah maafin Zahira ya Allah pagi-pagi melihat seperti itu"
"astaghfirullah"
"astaghfirullah"
di perjalanan batin Zahira hanya ber istighfar, dan mencoba melupakan apa yang baru ia lihat.
dari kejauhan terlihat tulisan Ruang kepala sekolah, dan entah mengapa masih pagi di depan ruangan tersebut sudah banyak laki-laki.
"fositif thinking aja ya Zahira, mungkin mereka masuk ruang BK" batin Zahira, memang samping ruang kepala sekolah adalah ruang BK, maka dari itu mungkin pagi-pagi begini sudah banyak cowok.
dari ujung koridor, Zahira sudah jadi pusat perhatian cowok cowok tersebut.
tok tok tok
"piww piww jarang nih di Merdeka ada yang kerudungan" goda salah satu cowok yang sedang duduk di belakang nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZaNata (slow up)
Teen Fiction"aku akan berusaha keras untuk ubah kamu mas Nata" -Zahira Ghufrana "yeh ni bocil alim, coba aja kalo lo kuat haha" -Adinata Kavinda Fransisco. ••• Zahira Ghufrana terpaksa menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak di kenal Adinata Kavinda Fra...