six

396 46 4
                                    

Harry berhasil masuk ke dalam perangkap dengan raut wajah kebingungan. Siapa yang memasukkan namanya? Bagaimana namanya bisa terpilih padahal dirinya dan Cedric berasal dari sekolah yang sama?

Seribu pertanyaan memenuhi benak Harry serta seluruh siswa dan professor yang berada di Great Hall malam ini.

Harry Potter, the boy who lived menjadi pusat perhatian lagi tahun ini. Namun, perbedaannya ialah tahun ini ia tidak lagi dikatakan sebagai pahlawan karena diusianya yang ke-14 dia dibantu dengan penyihir lain untuk memasukkan namanya ke dalam cawan api. Begitulah pemikiran seluruh siswa Hogwarts tahun ini.

"Potter itu memang selalu ingin menjadi pusat perhatian," ucap Pansy saat perjalanan menuju asrama. "Aku yakin dia pasti kalah."

"Tidak boleh," Rose melipat tangannya, "Potter tidak boleh kalah hingga ronde terakhir."

Pansy yang berjalan di samping Rose langsung menolehkan kepalanya. Tidak menyangka apa yang baru saja diucapkan sahabatnya itu.

"Rose, jangan bilang lelaki yang sering kau temui si Potter yang jelek itu?" pekiknya.

"Kau ini perlu ku buat membeku apa gimana?!"

***

Besok merupakan task pertama para juara triwizard, tidak ada yang tahu kengerian apa yang akan datang. Seluruh penghuni Hogwarts mulai bertanya-tanya apa yang akan dilawan keempat juara dan bertaruh siapa yang akan gugur dalam task pertama.

Pin untuk 'mendukung' Harry mulai tersebar ke seluruh siswa Hogwarts. Tulisan Harry Stinks dengan wajah berkacamata bulatnya itu sudah menghiasi seluruh jubah baik itu asrama Slytherin, Hufflepuff, Ravenclaw, maupun Gryffindor.

Ya. Tidak ada yang mendukung lelaki berkacamata bulat itu. Bahkan sahabatnya pun menjauhinya karena menuduhnya mencari perhatian dalam turnamen Triwizard.

"Hei Potter, tegang sekali!" seru seorang lelaki berambut pirang dari atas pohon. "Ayahku dan aku bertaruh. Aku tidak yakin kau dapat bertahan lebih dari sepuluh menit!"

Lelaki itu lompat dari atas pohon, diikuti dengan para sahabatnya yang berdiri dibelakangnya.

"Dia tidak setuju," sambung lelaki itu, "Dia berkata kau hanya mampu bertahan lima menit saja!"

"Aku tidak peduli pendapat ayahmu, Malfoy!" seru lelaki berkacamata bulat, "Dia keji dan kejam, and you're pathetic!"

Merasa dirinya direndahkan, Draco mengeluarkan tongkat sihirnya dengan bibir yang masih berdumal kesal, "Pathetic?!"

Sayangnya Draco kalah cepat. Mantra transfugasi yang diucapkan oleh Moody terlebih dahulu mengenai tubuhnya yang membuat dirinya sepenuhnya seekor ferret putih. Rose dan Pansy yang sedari tadi asik mengerjakan tugas essaynya akhirnya menoleh ke arah Moody yang asik mengayunkan seekor ferret yang malang itu.

"Cro- Professor Moody, siapa ini?" tanya Rose, kedua bola matanya mulai menghitung satu persatu temannya dan seseorang pun menghilang, "Professor jangan bilang ini-"

"Professor Moody! Apa yang kau lakukan?" tanya Professor McGonagall yang muncul di tengah-tengah kegaduhan.

"Mengajar." Moody menjawabnya dengan singkat, kedua tangannya masih sibuk mengayunkan ferret putih itu.

McGonagall menatap Moody dan ferret putih itu secara bergantian dengan raut wajah paniknya, "A-apakah itu siswa?"

"Secara teknis ini adalah ferret Professor."

Rose menghela nafas pelan. Gadis itu mengeluarkan tongkatnya dan mengubah ferret tersebut kembali ke wujud asalnya, Draco Malfoy. Wajah lelaki itu tampak memerah karena telah ditertawakan dan dipermalukan oleh seorang Professor baru yang tidak tahu tata karma.

Stuck With You - d.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang