Dua dari empat temannya sudah berkacak pinggang dan melipat kedua tangannya di depan dadanya saat Rose berjalan memasuki asrama. Tentu saja mereka tak lain adalah Pansy dan Theo. Draco memilih untuk duduk di sofa ditemani oleh Blaise yang memilih untuk menonton adu mulut yang akan berlangsung beberapa menit kedepan.
Hanya dengan bertukar pandangan, Rose tahu kalau Pansy membutuhkan penjelasan dari apa yang baru saja ia saksikan. Gadis berambut pirang itu tidak mengambil pusing. Dengan langkah ringan ia berjalan melewati Theo dan Pansy, ikut merebahkan badannya di sofa.
"Jadi ini alasan kau tidak bisa memberitahu lokasi Potter? Karena kau salah satu dari mereka?!" tuduh Pansy dengan tangan kanan yang masih berkacak pinggang.
"Kau melantur, Pansy," jawab Rose.
"Lalu? Kenapa kau ada di sana? Bukannya itu cukup menjadi bukti?" tanya Theo.
"Aku hanya menjalankan tugasku."
Pansy berdecak kesal. "Jangan menjadikannya sebagai tamengmu, Rose."
Rose manatap sahabatnya dengan wajah tidak percaya. Apa mungkin teman-temannya lupa dengan kenyataan bahwa dirinya menjadi salah satu anggota death eaters? Dan bukankah dia juga sempat berpesan untuk tidak menanyakan apapun yang ia kerjakan untuk melayani Voldemort?
"Aku tidak mengada-ada," ucap Rose.
"Oh ya?!" Pansy berhenti tepat di depan Rose, jari telunjuknya dengan tajam menunjuk wajah sahabatnya. "Kau yang tidak masuk akal karena berusaha mendekati Potter dan mengikuti organisasinya."
Rose berdiri dari duduknya. Emosinya begitu memuncak dan hampir merapalkan mantra untuk melempar Pansy jauh dari hadapannya. Sahabatnya itu memang tidak tahu apa yang membuatnya sebagai anggota death eaters secara tiba-tiba. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Rose berjalan pergi meninggalkan asrama dengan perasaan yang berusaha ia kendalikan.
"Kau begitu keterlaluan, Parkinson, Nott," tegur Draco setelah melihat adu mulut yang berjalan begitu singkat.
"Oh ayolah, Malfoy. Kau seharusnya setuju," keluh Pansy. Ia menghela napas kasar sembari menghempaskan badannya ke sofa.
"Dia hanya butuh dukungan dari kalian." Lelaki berambut pirang itu berdiri, menatap satu persatu teman-temannya. "Biarkan dia mengerjakan apa yang menurutnya benar. Menjadi death eaters bukanlah sesuatu hal yang mudah."
Draco langsung pergi keluar dari asrama, mencoba mencari jejak kemana Rose pergi untuk menenangkan diri. Langkah kakinya membawanya pergi ke menara astronomi. Namun, gadis itu tidak ada di sana. Tanpa berbasa-basi, ia melanjutkan langkahnya menuju danau hitam. Berharap Rose tidak melakukan hal yang menakutkan di sana.
Draco tersenyum saat menemukan Rose yang sedang melempar beberapa batu kecil ke air.
Perlahan demi perlahan, Draco berjalan mendekati Rose. Ia tidak ingin langsung menunjukkan kehadirannya di sana, maka dari itu ia memutuskan untuk berhenti beberapa langkah di belakangnya.
Angin yang mendadak berhembus membuat Draco sedikit menyipitkan matanya, mencegah debu masuk. Sedangkan Rose, ia lebih memilih untuk membuka matanya, berharap emosinya akan terbawa angin sejauh mungkin.
"Aku tahu kau pasti mengikutiku." Rose memutar badannya, memperlihatkan matanya yang mulai berair.
Layaknya sebuah magnet, Draco merasa ada daya tarik yang membuatnya langsung mendekati Rose dan memeluk gadis itu dengan erat. Erat tapi memabukkan. Rose berusaha menahan air matanya, membiarkan pikirannya sibuk dengan wangi Draco dan pelukannya yang sedikit menenangkan hati.
"Mereka tidak pantas menjadi temanmu," ucap Draco disela-sela pelukan.
"Mereka juga temanmu, Draco."
"Well, mereka terlalu bodoh untuk menjadi teman kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With You - d.m
أدب الهواة[#TOP5 MWM NPC 2023] "I swear not to disappoint you, father. I will prove my loyalty to the Dark Lord." Semua original characters dan latar belakang cerita belongs to J.K Rowling. Beberapa adegan sesuai imajinasi author. Happy Reading ♡ cover by @Sy...