fourty one

129 17 0
                                    

"Rose!"

Suara pintu yang terbuka kencang sedikit mengkagetkan Rose yang sudah memposisikan dirinya di atas ranjang.

"Bloody Hell, Pansy! Jantungku hampir berhenti."

"Ikut aku, sekarang."

Pansy langsung menarik tangan Rose dan berjalan cepat keluar dari kamar. Gadis berambut pirang itu ingin sekali mengeluh kepada sahabatnya karena dia hanya menggunakan setelan piyama tipis dan asrama Slytherin adalah ruangan terdingin yang pernah Rose singgahi.

"Ada apa sih?"

Gadis berambut hitam itu tidak merespon pertanyaan Rose, keduanya akhirnya berhenti di ruang rekreasi, di mana para anak buah Umbridge sedang berkumpul dengan muka pucat yang menghiasi wajah mereka. Iris mata milik Rose menangkap lelaki berambut pirang yang tengah terduduk di sofa sembari menundukkan kepalanya.

"Avery, kau harus membantu kami," ucap Blaise saat melihat kedatangan Rose.

Rose mengerutkan dahinya. "Soal?"

"Umbridge mengancam kami untuk segera menangkap Potter atau—" Theo melanjutkan sembari menatap Draco yang duduk tak jauh darinya. "Malfoy akan mendapatkan hukuman yang setimpal."

"Lalu? Kalian menyuruhku untuk membantu kalian untuk menangkap organisasi Potter itu?"

Theo mengangguk. "Ya, begitulah."

Tanpa mengatakan sepatah kata, Rose berjalan menghampiri Draco dan duduk di sampingnya. Dia tidak berencana untuk menenangkan suasa hati lelaki itu, tidak untuk saat ini. Teman-temannya memang sudah mengetahui kedekatannya dengan Harry, tetapi tidak ada yang tahu selain Draco kalau dirinya ikut masuk ke dalam organisasi milik lelaki berkacamata itu.

Rose juga tidak bisa membocorkan hal itu secara terang-terangan karena dapat membahayakan dirinya yang sudah sekuat tenaga membangun kepercayaan di sana.

"Kau bisa membantu kita kan?" tanya Pansy.

Dengan berat hati, Rose menganggukkan kepalanya. Entah bagaimana caranya tanpa membahayakan dirinya sendiri.

Pansy berteriak senang, "Aku tahu kau pasti bisa membantu kita."

"Thanks, Avery," tutur Blaise.

Hanya sebuah senyuman yang keluar dari mulut Rose. "Anytime."

Gadis itu kemudian menatap Draco yang sudah mengubah posisi duduknya dalam diam. Sorot matanya mengisyaratkan Pansy untuk menarik semua teman-temannya masuk ke dalam asrama dan meninggalkan berduaan saja dengan Draco.

Rose tahu, pikiran lelaki itu masih belum bisa berhenti memikirkan dirinya yang akan menjadi salah satu death eaters dan ditambah dengan Umbridge yang akan menghukumnya karena tak kunjung menemukan organisasi yang dibuat Potter itu.

"Kau tahu? Aku bahkan tidak tahu harus bagaimana untuk membantu kalian." Rose menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. "Kalau aku menolaknya pasti mereka beranggapan aku berada dipihak Potter."

Keheningan perlahan menyelimuti ruangan. Hanya percikan api dari perapian yang terdengar, membuat ruangan sedikit lebih hangat.

"Sorry."

Rose melirik ke arah Draco, menangkap iris abu-abu milik lelaki itu yang juga tengah menatapnya.

"Seharusnya aku bisa mengurusnya, tapi mereka bersikeras untuk meminta bantuanmu," lanjut Draco pelan.

"Aku tidak keberatan."

Sebuah senyuman terukir di wajah lelaki itu. Senyuman yang sudah tak Rose lihat beberapa hari terakhir ini. Tanpa sadar, pipi Rose sedikit memerah akibatnya.

Stuck With You - d.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang