twenty four

218 18 0
                                    

"Kasihan ya, si Potter."

Lelaki berambut pirang menaikkan satu alisnya mendengar ucapan gadis berambut pirang yang memunculkan batang hidungnya dari ruang asrama Slytherin bagian perempuan.

"Hah? Sejak kapan kau perhatian kepadanya?"

"Aku tidak perhatian," gerutu Rose. "I'm just pity on him."

"Rose, Malfoy. Ayo!" Seru Pansy yang sudah berada di depan pintu asrama bersama Blaise dan Theo.

Mendengar namanya terpanggil, gadis itu segera menyusul sahabatnya yang tengah berbincang dengan Blaise dan Theo.

Sesampainya mereka di Great Hall, murid tahun pertama hingga tahun ketujuh dari keempat asrama serta para Professor terlihat sudah menempati tempat duduknya masing-masing, semuanya terlihat sangat familliar kecuali seorang wanita paruh baya berpakaian pink yang duduk di deretan para Professor.

"Siapa dia?" Rose masih menatap wanita itu saat menaruh bokongnya di kursi.

Pansy ikut menatap ke arah Professor yang tampak asing di matanya. "New Professor, i think."

Rose tidak ambil pusing dengan kehadiran professor baru itu, setiap tahun pasti akan ada satu professor baru yang menempati tempat duduk itu.

"I know her. Dia dari kementrian," ucap Blaise tidak terlalu keras.

Rose menelan ludahnya kasar. Apa yang dilakukan kementrian di Hogwarts? Apakah kementrian sudah percaya dengan kebangkitan Voldemort? Tidak ada yang bisa Rose lakukan apabila kementrian sudah mengetahui tentang kebangkitan penjahat penyihir yang paling ditakuti.

"Kau yakin dia dari kementrian, Zabbini?" tanya Rose, berusaha denial dengan fakta yang baru saja ia dengar.

Blaise mengangguk. "Tenang saja, Avery. Kementrian belum percaya dengan kebangkitan pangeran kegelapan."

Percakapan diantara kedua sahabat itu terpaksa terputus karena Dumbledore mulai membuka pidatonya malam ini. "Good evening."

"Professor Grubbly-Plank telah kembali mengajar pemeliharaan satwa gaib tahun ini dan juga kehadiran Professor yang menempati pertahanan terhadap ilmu hitam, Professor Dolores Umbridge." Lanjut Dumbledore. "Seperti biasa—"

Suara dehaman wanita membuat Dumbledore memberhentikan pidatonya. Wanita paruh baya yang terbalut dengan pakaian pink itu terbangun dari tempat duduknya bersamaan dengan senyuman yang menghiasi raut wajahnya.

Wanita itu berjalan mendekati Dumbledore tanpa ada satu pun yang menyuruhnya. "Thank you, Kepala Sekolah atas pidato sambutanya."

"Oh, betapa senangnya saat aku melihat wajah cerah dan bahagia kalian yang tersenyum kepadaku," lanjutnya.

Wanita yang bernama Dolores Umbridge itu secepat kilat mengambil alih pidato sang Kepala Sekolah, Dumbledore. Semua murid terlihat memandang satu sama lain, mencoba mencerna apa yang mereka lihat dengan mata kepalanya sendiri saat ini juga.

"Kementrian sihir selalu menganggap pendidikan untuk penyihir muda sangatlah penting."

"Really? Apakah kita harus mendengarkan ini sekarang?" keluh Draco.

Stuck With You - d.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang