Hari dilaksanakan operasi sudah ditentukan. Selama dua hari ini, Renji bolak balik rumah sakit untuk mengecek kesehatan dan mempersiapkan segala keperluan operasi. Bukan hanya ia saja yang tegang, namun papi, mami, bang Win, bahkan Yuan yang masih kecil.
Esok pagi adalah waktunya. Malam ini, Renji yang seharusnya beristirahat, sangat sulit untuk memejamkan mata. Tak bisa dipungkiri rasa gelisah nya kembali muncul. Tetiba, Yuan ingin memasuki kamar Renji. Tentu saja Renji mempersilahkannya.
"Kak, becok kakak belobat ya?", Tanya Yuan.
"Iya dek. Doain kakak ya, semoga berobat kakak lancar", kata Renji.
(Karena Yuan belum mengerti kata operasi, jadinya Renji memakai kata berobat).
Yuan memeluk kakaknya dengan tubuh mungilnya.
"Kakak jangan takut ya. Yuan becok bakal tungguin kakak di lumah cakit. Doain kakak. Kaci cemangat buat kakak. Papi, mami, bang Win juga. Kita kan kelualga. Yuan cayang cama kakak. Abis kakak belobat, nanti Yuan ajak ke play glound".
Renji yang mendengar adiknya itu, tak kuasa menahan sedih. Namun di depan Yuan, ia harus kuat.
"Kalo gitu, Yuan bobok dulu ya.. bial bica bangun pagi becok. Bye kakak...", Kata Yuan pamit.
Beberapa menit kemudian, papi Channie dan mami Wenda yang masuk ke kamar Renji.
"Kak, kok belom istirahat? Kamu tegang ya?" Tanya papi Channie.
"Iya pih. Jantungku dag dig dug... Gimana kalo hasilnya.....", kata Renji.
Tanpa menyelesaikan perkataannya, tetiba mami Wenda memeluk putranya itu.
"Sayang, semua orang pasti merasakan hal yang sama. Kamu tenang ya.. jangan berpikir yang tidak-tidak. Kami disini ada buat kakak. Kami sayang sama kakak".
Papi Channie kemudian mengelus kepala Renji.
"Benar kata mami. Berpikirlah positif. Kamu bakal baik-baik aja".
Renji melepaskan pelukannya.
"Terima kasih mih, pih ... Aku sayang kalian", kata Renji.
"Papi dan mami jauh lebih sayang anak-anak kami", kata mami Wenda.
"Sekarang kamu tidur ya, kami tinggal dulu", kata papi Channie.
Papi Channie dan mami Wenda pun pergi dari kamar Renji.
Sesaat kemudian, terdengar ketukan pintu. Ternyata itu bang Win. Alhasil Renji pun mempersilahkan abangnya itu masuk.
Namun tak seperti Yuan, papi, dan maminya. Bang Win hanya diam tak bersuara. Renji pun bingung mengapa abangnya seperti itu.
"Bang.. abang dateng ke kamarku cuma mau diem-dieman aja nih?", Kata Renji.
Setelah melihat Renji dengan sendu, bang Win pun memeluk Renji dengan erat.
"Bang, meluknya pelan-pelan. Aku sesek nih!", Protes Renji.
Bang Win pun melepaskan pelukannya.
"Abang kalo gak mau ngomong juga. Aku usir nih..", kata Renji.
"Oh, itu... Begini ... Jadi...", Kata bang Win terbata-bata.
"Apa abangku sayang???", Tanya Renji.
"Jangan kayak gitu, abang geli dengernya", tolak bang Win.
"Terus???"
"Baiklah, abang akan bicara"
Bang Win mengambil nafas panjang, kemudian melanjutkan pembicaraannya.
"Ren, abang tau kamu tegang. Itu normal. Luapin aja semuanya, jangan ditahan. Buang semua pikiran negativemu. Kemudian, istirahat lah dengan nyenyak. Besok kau akan dioperasi dengan tenaga ahli. Kami akan mendoakanmu tanpa henti. Setelah operasi ini berakhir, kau akan sembuh total. Abang janji, akan mengajakmu ke tempat yang sangat ingin kau kunjungi", kata bang Win.
Renji tersenyum.
"Emang abang punya uang mau ngajak aku kemana aja?", Goda Renji.
"Ya.. i-itu... Gampanglah ... Gak usah dipikirin. Yang penting kamu seneng. Ingat satu hal lagi. Jika terjadi sesuatu padamu, abang orang yang paling pertama membantumu", kata bang Win.
Renji kembali tertawa, namun hanya sesaat. Setelah itu, ia memegang bahu abangnya itu.
"Terima kasih bang... Kata-kata itulah yang ingin kudengar saat ini. Tidak menahan semuanya. Aku akan melakukannya. Jadi, bisakah kita ke balkon sekarang? Temani aku", ajak Renji.
"Baiklah. Ayo".
Renji membuka mulutnya lebar-lebar. Berkomat kamit di sana seolah-olah sedang berteriak, namun tak mengeluarkan suara.
"Kau sedang apa?", Tanya bang Win bingung.
"Kata abang ngeluarin semua keteganganku", jawab Renji.
"Yang kulihat kau hanya membuka mulutmu saja", kata bang Win.
"Abang, gak mungkin dong aku teriak-teriak malam-malam gini. Bisa di gebugkin tetangga dong aku"
"Tapi, apa itu cukup membuatmu lega? Apa perlu kita ke tengah lapangan di pusat kota agar kau bisa berteriak keras?"
"Ahahahaa... Gak usah bang. Ini sudah cukup buatku. Jujur sekarang aku udah lega. Walaupun tak keluar suara, namun emosiku saat ini sudah kuluapkan. Makasih bang.. sekarang, aku siap menerima energi positif dari abang"
"Hah? Maksudnya?"
Renji menarik badan abangnya. Kali ini, ia yang memeluknya dengan erat.
"Ren, sesak", tolak bang Win.
"Hahaa .. itulah yang kurasain tadi waktu abang memelukku", ledek Renji.
"Oke, kamu mau balas dendam sama abang? Sini abang peluk erat-erat kamu sampe penyet"
"Waaaaa abang !!"
Setelah pergelutan mereka, merekapun tertawa bersama. Meluapkan semua kegelisahan bersama.
"Abang ! Kakak ! Udah malem ... Tidur !", Teriak mami Wenda.. Tanpa sadar, suara Renji dan bang Win rupanya terdengar dari dalam rumah.
"Hahaha... Iya mih iya..", kata bang Win.
"Ayo bang. Kita tidur. Oh ya. Makasih buat malam ini", kata Renji.
"Sama-sama. Selamat beristirahat", tutup bang Win.
Renji dan bang Win pun menuju kamar masing-masing untuk pergi tidur.
Namun saat Renji akan memejamkan mata, sebuah pemberitahuan pesan singkat datang dari ponselnya.
'kata mamahku, kamu mau operasi besok ya? Semangat ya ^^v
Jangan takut.. semua akan baik-baik saja... :) '
Ningsih-
Renji tersenyum. Ia tak menyangka akan mendapat dukungan dari semua orang. Tadi siang, teman segrupnya Renji sengaja datang kerumah untuk memberikan nya dukungan. Ada keluarga yang mendoakannya. Bahkan saat ia akan memejamkan mata, seorang teman wanitanya menyemangati dirinya. Sungguh ia sangat bersyukur akan semua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Kecilku, Renji ( Renjun )
FanfictionLika-liku kehidupan Renji dan sebuah rahasia dalam keluarganya akibat kecelakaan itu.... Renjun NCT Dream as Renji Winwin WayV as Bang Win Baby Yuan as Yuanda Chanyeol EXO as papi Channie Wendy RV as mami Wenda ------------------- Note: Cerita ini h...