We are Bro !

265 39 0
                                    

Suara gemuruh di dapur terdengar dari kamar Renji. Maklum saja, saat ini sudah waktunya makan malam. Karena di rumah hanya ada Winfly dan Renji, mau tak mau salah satu dari mereka harus memasak. Sebenarnya Renji jauh lebih jago memasak dan selama ditinggal papi dan mami ialah yang memasak. Namun karena kejadian tadi membuat Renji kurang mood untuk memasak, alhasil Winfly lah yang memasak. 

"Bang Win masak? Apa aku liat aja ya ke dapur? Suaranya kacau banget", benak Renji.

Tak lama, terdengar teriakan dari dapur.

"Waaaaaa kebakaran! Tolong!", Kata Bang Win.

Renji yang mendengar itu sigap keluar kamar dan mengambil APAR, dan menuju dapur. Namun saat ia sampai di dapur, Renji memasang ekspresi datar.

"Ren, bantuin abang! Kok diem? Wajannya kebakar nih!"

Ternyata, bukan dapurnya yang kebakar. Namun masakan yang berada diatas wajan mengeluarkan api layaknya seorang chef. Renji yang berjalan malas mengambil alih wajan dan menghilangkan api tersebut.

"Bang, kalo gak bisa masak, gak usah sok-sok an masak. Ini bukan kebakaran, tapi gaya. Aku gak tau kenapa bang Win bisa buat api gini, untuk seterusnya biar aku yang masak. Bang Win siapin meja makannya aja".

Bang Win yang tadinya panik kembali tenang, namun takjub melihat kemampuan adiknya memasak. Ia segera beralih untuk mempersiapkan meja makan.


Saat ini, bang Win dan Renji sudah duduk dimeja makan bersama. Mereka makan dalam diam. Sebenarnya mereka ingin membuka percakapan, namun antara gengsi dan masih tak nyaman dengan kejadian tadi. 


Makanpun telah usai, kali ini bang Win yang bertugas mencuci piring dan Renji membersihkan dapur. Saat semuanya selesai, Renji yang hendak menuju kamar terhenti oleh panggilan dari bang Win.

"Ren, bisa kita bicara sebentar?"


Winfly mengajak Renji ke balkon untuk bicara dengan santai.

"Ren, abang mau bicara masalah yang tadi"

Renji masih diam menghadap langit-langit. Tak menjawab.

"Sebelumnya abang minta maaf, gak bilang dulu masalah ini ke keluarga. Abang udah mau bicarain tapi nunggu waktu yang tepat, dan sebelum waktu itu tiba sudah keduluan tau. Toh juga abang kuliah masih dua tahun lagi, masih lama. Abang gak tau kedepannya abang bakal ambil beasiswa itu atau enggak. Tapi untuk saat ini, abang sungguh ingin belajar disana. Abang janji akan hati-hati, jaga diri. Abang gak akan pernah absen mengabari kalian. Ingatlah, kalian adalah orang yang paling ku sayang", kata bang Win sembari menatap ke langit. Dan tanpa bang Win sadari, Renji sudah menatap bang Win saat bicara. Dan dari sana Renji tahu bahwa abangnya itu benar-benar ingin menerima beasiswa itu.

"Kau tau Renji? Akulah yang harusnya cemas meninggalkan kalian, bukan kamu. Sebagai kakak tertua yang harus menjaga kalian, tapi malah aku yang pergi. Dan karena beberapa tahun yang lalu...."

Belum selesai bang Win bicara, Renji memotongnya dengan menutup mulutnya. "Stop! Aku mengerti. Jangan lanjutkan"

Bang Win melepaskan tangan Renji dari mulutnya dan hendak bicara, namun Renji sudah lebih dulu bicara.

"Baiklah. Aku izinin. Walaupun aku berharap suatu hari nanti abang batalkan rencana itu. Apapun yang terbaik buat bang Win. Tapi harus janji kabarin mami tiap hari. Deal?!"

"Deal! Jadi, kita baikan?"

"Emang kapan aku pernah marah ama abang"

"Hahahaaa.... Alasan. Gengsi noh gedein", goda bang Win sambil mengacak-acak rambut Renji.

"Aaaaabbbbbbbaaaaaaannnnnggggg!!!!!"


Dan, akhirnya mereka baikan seperti sedia kala. 






*Tambahan percakapan absrud mereka:

"Eh bang Win, btw papi ama mami lagi ngapain ya?"

"Hemmm, gak tau. Bikin adek kali"

"Banggggg Wiiiinnnnn !"



👆Kira-kira beginilah gambaran mereka lagi gelud 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👆Kira-kira beginilah gambaran mereka lagi gelud 😂

Dunia Kecilku, Renji ( Renjun )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang