Meet you

124 9 0
                                    

1 tahun berlalu...

Seperti biasa, keluarga Channie sarapan bersama dengan keluarga kecilnya. Yuan yang sudah bisa mandiri dan bang Win yang sudah menjadi murid kelas 3 SMA, begitupun juga dengan Renji. Bahkan saat ini Renji satu sekolah dengan bang Win, ia memilih kelas IPA karena ingin meneruskan pendidikannya menjadi dokter, lebih tepatnya seperti dokter Ogi agar dapat memahami dan membantu mengatasi perasaan orang lain. Namun sayang hanya Renji yang tidak sekelas dengan teman segrup nya.

Sarapan mereka selesai. Papi Channie membantu mami Wenda untuk membersihkan meja makan.


"Mami, aku berangkat dulu ya", pamit bang Win.

"Sama Yuan gak pamit?", Kata Yuan protes. Oh ya, sekarang Yuan sudah bisa mengucapkan huruf 'S' dan 'R' lho... Walaupun terkadang masih suka cadel sedikit.

"Pamit dong... Masa sama adek abang yang lucu gak pamit", kata bang Win sambil mencubit pipi Yuan.

"Abang.. huaaaa", Yuanpun berlari ke pelukan mami Wenda. 

"Bang. Masih pagi lhooo", kata mami Wenda yang disambut senyuman meringis dari bang Win.

"Kak, panggil adikmu yang satu itu. Dandan kayak putri, lama banget", kata papi Channie.

"Ren, buruan. Nanti telat ...!", Teriak bang Win.

Renjipun bergegas turun ke bawah. Ia mengambil sepotong roti yang disiapkan mami Wenda. Tak lupa berpamitan dengan mami dan adiknya. Lantas ia bergegas mengikuti abang dan papinya menuju mobil.



Sampailah bang Win dan Renji disekolah mereka. Bang Win pun menyadari bahwa adiknya membawa sebuah tas gitar di tangannya.

"Kamu bawa gitar buat apa? Kan disekolah ini, udah disediain gitar"

"Ah, ini bukan punyaku. Firasatku mengatakan bahwa orang itu akan muncul hari ini. Untuk jaga-jaga, kubawa aja ke sekolah", kata Renji.

Bang Win yang masih tak mengerti jalan pikiran adiknya, hanya mengangguk dan pergi berlari menuju kelasnya. Sementara Renji yang masih berjalan pelan dari gerbang. Lantas, ia merasakan kehadiran seseorang. Dengan cepat ia melihat ke belakang. 

"Ning... Ningsih...", Katanya kaget.

Namun sepertinya Ningsih tidak menyadari kehadiran Renji, sehingga ia berlalu pergi menuju ruang kepala sekolah bersama orang tuanya. 


"Woe, bengong aja lo. Ayok masuk", kata Haechal

Renji masih terpaku, kemudian dipaksa masuk oleh teman-temannya.


Jam istirahat berbunyi. Ia mencari-cari dimana Ningsih berada. Sampai ia tak sengaja melewati ruang guru, dan mendengar percakapan Ningsih dengan gurunya bahwa ia akan memasuki club musik. Renji yang tentu saja senang mendengar hal itu mengingat ia juga memasuki club yang sama. Dengan cepat Renji mengambil gitar yang sudah ia siapkan, dan pergi menuju ruang club.


Seperti dugaan, Ningsih akan pergi kesana. Ia sudah menaruh gitar kuning pastel sesuai warna kesukaannya. Renji memilih bersembunyi dengan maksud memberi kejutan. Tapi nyatanya, apa yang sudah ia rencanakan malah buyar saat melihat Ningsih menangis. Ia menangis setelah memainkan lagu yang mereka nyanyikan dulu. Renji pun turut sedih akan hal itu. 

Tak bisa dipungkiri, sejak Ningsih hadir dalam alam bawah sadar nya saat operasi, perasaan Renji ke Ningsih berubah. Renji jadi tak berhenti memikirkan nya. Bisa dibilang, Renji sudah jatuh cinta pada Ningsih.

Sampai lagu selesai, Ningsih pun masih menangis. Renji menggigit kukunya, ia bingung harus melakukan apa. Lalu, ia memikirkan suatu tindakan yang mungkin terdengar gila. Tapi memang Renji sudah tidak dapat menahan lagi. Perlahan ia mendekati Ningsih, menunggu Ningsih yang selesai mengusap matanya. 

"Ah, terlalu lama. Sekarang aja", benak Renji.

Saat Ningsih belum sempat membuka matanya, Renji menciumnya. Bukan pipinya, keningnya, tapi bibirnya. Rasa rindu yang tak bisa ditahan lagi, membuat Renji melampiaskan semuanya dalam ciumannya itu. Cukup lama, sampai ia menyudahinya. Kemudian Renji tersenyum lalu berkata,

"I love you, and I miss you"

Dunia Kecilku, Renji ( Renjun )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang