Truth (2)

263 32 0
                                    

"Abang, ini dokter Jin. Dokter Jin akan memberimu beberapa pertanyaan", kata mami Wenda.

"Baik mih", jawab bang Win singkat.

"Baiklah, Winfly. Bisa ceritakan apa yang terjadi saat kecelakaan itu terjadi?", tanya dokter Jin.

Winfly terdiam sejenak. Ia bingung harus menjawab apa.

"Abang, kalau gak siap bicara. Gak apa-apa", kata papi Channie.

"Ah, enggak pih. Aku jawab. Yang terjadi saat itu, aku menunggu Renji membeli es krim. Lalu sata ia menyebrang, sebuah truk kehilangan kendali. Aku berteriak dan Renji berhasil menghindar, namun truk itu berbelok padaku. Dan.... Selebihnya aku tak ingat. Maaf kepalaku pusing. Aku permisi", pamit Winfly.

"Baiklah. Mami akan menemanimu diluar ya. Dokter bisa bicara dengan papi. Kami permisi", kata mami Wenda.

Begitu mami Wenda dan Winfly pergi, dokter Jin berkata pada papi Channie. 

"Seperti yang diduga, sesuai diagnosis bahwa Renji dan Winfly terkena 'Amnesia Retrograde' (tidak mampu mengingat informasi sebelum waktu tertentu). Jadi mereka dapat mengenali objek visual namun tidak dapat menyebutkan namanya, bisa menandakan adanya gangguan pada pengenalan akan objek (visual agnosia). Seperti saat ini, mereka ingat bagaimana kecelakaan itu terjadi, namun tak ingat siapa yang berada di posisi masing-masing"

"Apakah itu bisa disembuhkan?", Tanya papi Channie.

"Tentu saja bisa. Kita ingatkan mereka pelan-pelan. Tapi untuk sata ini, kita biarkan mereka seperti itu, sampai kondisi Renji benar-benar pulih", jawab dokter Jin.

"Baiklah dokter", tutup papi Channie.


......................



"Begitulah cerita yang sebenarnya bang. Mami harap, dengan abang mendengar semua ini, abang tidak terkejut. Mami sama papi sangat minta maaf, merahasiakan hal sebesar ini padamu dan Renji. Untuk saat ini, kami rasa memberitahumu yang sebenarnya merupakan keputusan tepat. Karena kondisi abang sudah jauh lebih baik dibandingkan Renji. Mami minta maaf.... Hikss...", Kata mami Wenda sambil menangis. Winfly yang paling tidak bisa melihat maminya menangis, seketika memeluk maminya.

"Udah mih, gak apa-apa. Jangan nangis. Aku ngerti"

Papi Channie yang mengintip dari pintu, memutuskan untuk meninggalkan mereka diruangan. 

"Mami gak mau kayak gini, tapi mami dan papi gak punya pilihan lain. Maaf udah ngebuat kamu ama Renji kayak gini. Andai dulu mami datang lebih cepat"

"Udah mih. Bukan salah mami. Gak ada yang harus disalahin. Mami gak usah nangis. Kita bisa bicara dengan Renji baik-baik nanti. Mami tenang ya"

"Hiksss ... Makasi sayang.. Kamu udah mau nerima dan dengar cerita mami. Percayalah mami dan papi sayang sama abang, kakak dan Yuan"

"Iya mih"

Winfly yang masih menenangkan maminya itu, juga teringat kejadian 3 tahun yang lalu. Tanpa disadari papi Channie dan mami Wenda, ternyata Winfly juga menyimpan sebuah rahasia besar selama ini. Jadi selama ini, Winfly tidak melupakan kecelakaan itu. Dan Winfly juga sudah tau bahwa obat yang diresepkan dokter Jin bukan obat sakit punggung. Dan karena hal inilah, ia tak pernah meminum obat pemberian dokter Jin itu. Ia hanya berpura-pura meminumnya didepan papi, mami, dan Renji tentunya. Yang terjadi pada saat itu adalah.....




.................


"Semua salahku. Salahku..." , Kata bang Win sambil mengacak-acak rambutnya. Tak lama, ia mendengar suara seperti ada yang terjatuh dari luar toilet. Dengan cepat ia keluar toilet, dan melihat adiknya Renji sudah tejatuh dari tempat tidur nya. 

"Renji, sini abang bantuin". Dengan sigap bang Win membantu adiknya kembali ke tempat tidur.

"Apa yang kau lakukan? Kau baru saja sadar setelah koma. Kau harus istirahat, mengerti!", Bentak Winfly.

"Maaf bang, aku cu-cuma pengen cari abang", jawab Renji melas.

"Ah, maaf. Abang membentakmu"

Renji memegang tangan abangnya, memeriksa keadaan abangnya dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Abang gak apa-apa? Aku liat abang bersimbah darah. Abang ada yang luka?"

"Tenang Ren, tenang. Abang gak apa-apa. Tapi, apa yang kamu ingat saat kecelakaan itu kalau aku yang terluka?" 

"Tentu saja, aku melihat dengan mata kepala sendiri", jawab Renji yakin.

Melihat Renji yakin seperti itu, bang Win menjadi tidak tega untuk mengatakan yang sebenarnya. Ia takut, jika ia mengatakan yang sebenarnya sekarang akan berpengaruh pada kesehatan adiknya itu. Saat ini, bang Win hanya akan mengikuti alur adiknya itu. "Iya, kamu bener. Abang yang luka saat itu. Dan sekarang, abang sudah tidak apa-apa"


..................







"Halo Ren, gue udah dapet informasi obat itu. Lo bakal kaget kalo tau ini obat apa. Dan lo harus jelasin ke gue ini obat siapa", kata Jaedi yang menelepon Renji.

"Apaan sih lo, serem amat. Emang obat apa?", Tanya Renji penasaran.

"Ini obat amnesia", kata Jaedi.

"A-apa? Amnesia?!", Kaget Renji.

"A-apa? Amnesia?!", Kaget Renji

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Beneran. Sekarang lo jelasin, apa lo ato pemilik obat ini pernah kecelakaan sebelumnya?" Kata Jaedi.

"Thanks Jae. Gue tutup dulu telepon nya". Renji langsung matikan telepon nya.

"Eh tunggu lo belom......". Tuuuutttt .... Tuuttttt ..... Ttuuuuuttt ....." , Teleponpun dimatikan. Jaedi yang masih bingung apa yang terjadi, akan meminta penjelasan pada Renji nanti.


"Yuan, ikut abang yuk. Kita ke tempat latihan abang. Kakak yakin pasti abang disana", ajak Renji buru-buru. Tentu saja Yuan dengan senang hati ikut dengan kakaknya itu.

"Abang, rahasia apa yang abang sembunyiin dari aku?", Terka Renji.


Dunia Kecilku, Renji ( Renjun )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang