Winfly's Choice

332 40 0
                                    

Jadi pada hari ini sampai seminggu kedepan, papi Channie dan mami Wenda ada kerjaan di luar kota. Alhasil tinggallah mereka berdua didalam rumah. Bagi yang nanya Yuan kemana? Yuan lagi dititip ke kakek dan neneknya.  Pada awalnya semua berjalan damai, sampai suatu ketika saat Renji masuk ke kamar bang Win, ia menemukan sebuah surat yang tergeletak di tempat tidur abangnya. Karena rasa ingin tahunya tinggi, alhasil ia membuka surat itu dan didalamnya terdapat kata-kata bahwa ia akan pergi belajar di luar negeri. Sangking kagetnya, Renji sampai mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi abangnya dengan sangat keras.

"Bang Win! Keluar gak?! Apaan nih?"

"Apaan sih Ren? Ngagetin aja"

"Bang, aku nemuin surat beasiswa ke luar negeri. Kok abang gak bilang aku dulu? Abang kenapa harus ke luar negeri sih? Kan didalam negeri masih banyak universitas yang bagus"

Winfly yang melihat adiknya merajuk, perlahan mengusap kepala Renji. "Ternyata reaksimu sama seperti mami dan Yuan"

"Lha, mami ama Yuan juga udah tau? Tapi aku gak tau?", Tanya Renji.

"Iya, sebenarnya kejadiannya sama kayak kamu gini. Gak sengaja nemuin surat beasiswa", jawab bang Win.

"Udah tau kan semua gak setuju, kenapa masih didiemin? Konfirmasi dong bakal gak jadi kesana. Kalo bang Win pergi, aku sama siapa?"

"Kan masih ada papi, mami ama Yuan. Udahlah gak usah mendramatisir begitu"

Mata Renji mulai memerah, dan menatap tajam ke arah bang Win. "Pokoknya gak boleh!"

"Brakk!" Renjun pergi meninggalkan kamar bang Win sambil membanting pintu. Disisi lain, Winfly menatap sendu kearah adik keduanya itu.

"Emang bener-bener mirip banget ama mami ya kamu", guman bang Win pelan.


Sementara di kamar Renji, tak kalah heboh. Renji yang berjalan ke kiri dan ke kanan sambil memegang dagu, berusaha mencari cara agar kakaknya itu tak jadi pindah. Ia hanya takut bahwa jika bang Win di luar negeri, tidak akan ada yang mengurusnya, dan kejadian 3 tahun yang lalu terjadi.




.................................

Segerombolan orang mengelilingi Renji dan Winfly. Renji yang tampak lemas berusaha meminta pertolongan pada mereka. Disampingnya, terdapat bang Win yang sudah bersimbah darah dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dan terdapat sebuah piagam yang bersimbah darah juga. 

"To... long...."

"Ba.... ngun..."

"Ta.... ngan.... Jangan le.... p.... pas..."

.............................




"Aaaarrggghhhhhh.....!", Teriak Renji tiba-tiba karena teringat kejadian itu. Winfly yang mendengar itu, bergegas menghampiri Renji dan memeluknya.  Winfly mengelus-elus kepala Renji, berusaha menenangkannya. Namun tak berhasil. Ia mulai mencari obat yang biasa Renji minum di laci meja belajar Renji, dan di tas sekolahnya, namun ia tak menemukan. Disaat seperti ini, biasanya maminya yang menenangkan. Ia pun panik, dan mengingat kata maminya. Jika Renji seperti ini, cukup cari tau penyebabnya dan tenangkan dengan itu.

Renji yang semakin tak terkendali, Winfly bingung. Tak lama, ia tahu bahwa yang menyebabkan ini adalah karena Renji menemukan surat itu. Winfly segera berlari menuju kamarnya, dan mengambil surat itu untuk dibawa ke kamar Renji.

"Ren, lihat ini. Lihat abang! Lihat abang bawa apa? Surat. Didepan kamu, abang bakal robek surat ini"

Saat itu juga Winfly merobek surat itu.

"Lihat? Sekarang tenanglah, oke...", Kata bang Win.

Melihat tindakan kakaknya, Renji mulai tenang.  Segera Winfly memeluknya kembali.

"Tenanglah, abang disini. Jangan takut. Tenang", kata bang Win sambil mengusap punggungnya.

"Maaf bang", jawab Renji singkat.



Saat ini hari sudah menunjukkan pukul 7 malam, Winfly yang sendirian dirumah memilih diam di kamarnya. Renji? Setelah kejadian tadi, ia langsung tertidur. Tentu saja sekarang dia sudah bangun, namun saat ini ia ada di rumah Haechal untuk belajar kelompok.

"Halo, papi... Lagi sama mami gak?", Tampak bang Win sedang menelepon papinya.

"Engga, mami lagi ada jamuan makan malam dengan teman kerjanya. Kerjaan papi baru saja selesai. Ada apa bang?", tanya papi Channie.

"Baguslah. Ada hal penting yang mau aku bicarain dan diskusikan ke papi. Jadi begini....."

Bang Win mulai menceritakan semuanya. Dari ia mendapat beasiswa ke luar negeri, sampai kejadian tadi.

Tampak papi Channie diam sejenak, dan lalu menjawab. "Bang, kalau kamu mau tetap ke luar negeri, pergilah. Papi izinin. Kalau urusan mami dan Yuan, nanti papi bantu bicara. Tapi dengan Renji, abang harus bicarakan berdua. Beri ia pengertian, papi tahu kalian berdua dekat, dan semenjak kejadian itu juga, kalian semakin dekat. Cuma kamu yang tahu bagaimana menghadapi Renji. Renji itu sama seperti mami, dia pendengar yang baik. Dia pasti ngerti. Paham kan maksud papi?"

Bang Win yang terdiam berusaha mencerna nasehat papinya.

"Aku paham pi. Untuk pilihanku, aku sangat ingin belajar ke luar negeri. Disisi lain juga, abang gak tega ninggalin Renji"

"Bang Win, pilihan ada ditangan abang. Abang yang nentuin semua. Jadi jangan ragu. Mengerti bang?", Kata papi.

"Baik pih, makasi ya. Aku emang selalu mendapatkan solusi kalau bicara ama papi. Tolong rahasiakan pembicaraan kita dari mami ya, abang gak mau dia hawatir"

"Siap bang! Tenang aja. Eh sepertinya mami sudah pulang. Papi tutup teleponnya ya, ingat bicarakan ini dengan baik ke adikmu. Bye bang..." Tuuutt tuuuuttt tuuuttt...


Papi Channie menutup teleponnya, dan kali ini Winfly yakin dengan pilihannya. Tinggal cari cara bagaimana harus bicara kepada adiknya.



----------------------

Makasih ya buat para pembaca atas kritik dan sarannya 🙏🥺

Maaf banyak yang typo, tapi sekarang udah diperbaikin . So selamat membaca semua :)




Dunia Kecilku, Renji ( Renjun )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang