Ares itu introvert, kebanyakan introvert biasanya senang menghabiskan waktu menyendiri sambil membaca buku. Tak terkecuali Ares, klise memang. Hari-harinya banyak dihabiskan untuk membaca atau belajar. Kalau kata Aris hidup Ares itu membosankan. Ares tidak mempermasalahkannya, selama dia nyaman dia akan terus menjalaninya.
Kembar memang tak menjadikan ia dan Aris sama, tapi orang-orang sering mengeluh akan sifatnya yang terlalu jauh berbeda dengan Aris yang ceria dan pandai bergaul. Ares bukanlah tipe yang bisa bebas mengungkapkan perasaannya, bahkan dengan Aris sekalipun Ares tidak bisa mengungkapkan semua yang dia rasakan.Saat ini, Ares tengah berada di sebuah kafe yang juga sekaligus perpustakaan. Bisa dibilang konsepnya seperti perpustakaan, jadi tidak benar-benar seperti perpustakaan benaran yang harus sunyi. Merupakan tempat favorit Ares untuk menghabiskan waktu saat dia bosan di rumah. Biar bagaimanapun Ares juga bisa merasa bosan, apa lagi kalau Aris tidak di rumah. Anak itu pasti akan selalu mencari seribu alasan setiap Ares mengajaknya ke tempat ini. Aris lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-temannya dengan bermain basket atau nongkrong di mana pun yang mereka suka, dibanding bersama dirinya. Tentu saja, hal ini membuatnya kesal dan ingin menjauhkan Aris dari teman-temannya itu, tapi ia juga tidak ingin membuat Aris marah padanya. Percaya atau tidak Aris kalau sedang marah tidak jauh berbeda dengannya. Bahkan, butuh biaya untuk membuatnya senang lagi.
Di tengah keasyikannya membaca, Ares merasakan seseorang berdiri di dekatnya.
“ Loh, Aris lo di sini juga?”Ares menoleh ke arah orang yang menyapanya itu. Terlihat seorang cewek yang tidak dikenalnya berdiri tepat di sampingnya, kemudian tanpa berkata apa-apa cewek itu langsung duduk di kursi di sebelahnya, ingat bentuk meja di kafe ini bulat, jadi bisa dibilang cewek itu memang di sebelahnya.
“ Gue nggak nyangka bakal ketemu lo di sini, lo suka ke sini juga?” cewek itu kembali berbicara.
Ares masih diam tidak menanggapi, dia masih bingung dengan cewek ini yang tiba-tiba muncul dan bicara seolah dia mengenalnya. Lalu Ares teringat bagaimana cewek itu memanggilnya tadi, 'Aris'. Ares pikir mungkin dia adalah salah satu gebetan Aris. Tapi, hal itu justru membuat Ares jadi kesal.
“ Lo kenapa sih, kok diam aja dari tadi?” tanya cewek itu tadi.
Ares tidak langsung menjawab, dia masih memperhatikan cewek itu beberapa saat seolah sedang menilai apakah cewek itu pantas atau tidak untuk adiknya. Ares akan bicara ketika cewek itu lebih dulu membuka suaranya.
“ Tunggu deh, kok kayaknya lo agak beda ya. Lo ganti model rambut?”
Ares menggeleng, dia ingin berbicara tapi lagi-lagi ada yang menginterupsi. Seseorang tidak jauh dari tempat mereka memanggil sambil melambaikan tangan.
“ Karin, ayo buruan!”
“ Iya, bentar,”
“ Eh, Ris gue duluan ya, sampai ketemu besok, bye” cewek yang ternyata bernama Karin itu beranjak.
Ares masih memperhatikannya hingga cewek itu hilang dari pandangannya. Hingga dia tersadar bahwa dia sudah memperhatikan cukup lama, Ares kemudian membereskan tasnya dan beranjak untuk pulang setelah mengembalikan buku yang dibacanya.
***Karin berencana untuk mengembalikan buku yang dipinjamnya dari sebuah kafe yang juga merangkap perpustakaan. Tapi siapa sangka dia akan bertemu seseorang yang dikenalnya, yang lebih mengejutkan seseorang itu adalah Aris. Dia tentu tidak menduga akan melihat cowok sejenis Aris berada di kafe dengan sebuah buku ditangannya. Mungkin ini yang orang bilang 'jangan menilai buku dari sampulnya'. Karena penasaran dan masih belum percaya dia pun menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins, Brother Complex
Teen FictionAres dan Aris adalah sepasang anak kembar dengan kepribadian yang bertolak belakang. Bagi Ares, Aris adalah prioritasnya. Menurutnya saudara itu harus selalu bersama. Bagi Aris, Ares itu terlalu posesif. Dia hanya ingin lepas dari Ares yang selalu...