Bagian 16

903 60 18
                                    



Setelah hari itu, Karin pun menurunkan gengsinya dan mulai bergerak duluan mendekati Ares. Dia sering kali mengirim chat pada Ares, entah sekedar berbasa-basi, bertanya mengenai buku atau novel, bahkan terkadang dia lebih dulu mengajak Ares bertemu di kafe. Tentunya tidak selalu ditanggapi oleh Ares. Cowok itu hanya menanggapi saat dia membahas tentang novel, tapi selalu mengabaikan setiap ajakannya untuk jalan bahkan bertemu di kafe dengan berbagai. Padahal Karin tahu, Ares akan pergi sendiri ke sana.

Hal itu juga yang akhirnya membuat Karin tidak dapat menepati ucapannya yang tidak ingin menjadikan Aris sebagai perantara. Setelah semua yang dilakukannya, Karin sadar bahwa untuk menarik cowok itu keluar dari zonanya adalah dengan menggunakan Aris. Cowok itu akan melakukan apa saja asal ada Aris. Seperti saat ini contohnya, Karin sedang berada di taman hiburan bersama si kembar. Bagaimana ceritanya? Awalnya Karin ingin mengajak jalan Ares saja, tapi dia sudah tahu bahwa Ares akan menolaknya jadi dia pun mengatakan akan pergi bersama Aris. And, gotcha! Karin berhasil membuat Ares ikut. Meskipun begitu dia harus puas karena rencana pdkt-nya mungkin tidak akan berjalan baik karena adanya orang ketiga.

Sementara itu, si kembar yang dimaksud saat ini saling beradu pandang dengan hawa tidak enak di antara mereka, lebih tepatnya berasal dari Aris. Cowok satu itu menatap tajam saudara kembarnya yang justru hanya menatapnya dengan santai. Aris sudah sangat senang karena Karin mengajaknya jalan hari ini, bagi Aris ini bisa dianggap sebagai kencan mereka. Namun, kesenangannya luntur karena Ares malah bilang dia akan pergi juga. Aris tentu protes, tapi ternyata saat Karin datang bersama supirnya mengatakan bahwa dia yang mengajak Ares. Pupus sudah harapan Aris untuk kencan bersama Karin. Maka dari itu dia terus memberikan lirikan tajam pada kembarannya itu.

Seharian itu pun mereka habiskan dengan mencoba berbagai wahana permainan. Namanya Aris, walau dia bilang sedang kesal tetap saja dia lah yang paling menikmati jalan-jalan ini. Dia terus saja mengajak Karin mencoba wahana seperti roller coaster, kora-kora, wahana hysteria, dan wahana ekstrim lainnya yang sangat Karin benci dan sukses mengocok perutnya. Namun, Karin mau tak mau menurutinya karena melihat Ares selalu ikut kemanapun Aris pergi. Karin tidak mau terlihat lemah di depan Ares. Mungkin juga dengan melihat dia yang baik kepada Aris bisa meluluhkan hati cowok dingin itu.


***


Kaki Karin rasanya sudah menjadi jeli ketika mereka selesai mencoba salah satu wahana ekstrim. Karena tidak kuat, dia pun kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh. Namun, seseorang menahan tubuhnya. Karin menoleh dan mendapati orang tersebut adalah Ares, jantungnya langsung berdebar. Mereka bertatapan sebentar sampai suara Aris terdengar memanggilnya. Ares pun langsung melepas pegangannya, kemudian dia langsung terlihat salah tingkah. Karin speechless, baru kali ini dia lihat Ares dengan ekspresi seperti ini. Apakah mungkin Ares mulai merasakan sesuatu padanya? Isi batin Karin.

“Karin, Lo nggak apa-apa kan?” tanya Aris yang mendekati mereka. Tadinya dia sudah jalan di depan, tapi melihat tidak ada yang mengikutinya dia pun kembali dan mendapati Karin yang tampak hampir jatuh.

Karin yang tadi melamun karena memperhatikan Ares pun tersadar.

“Eh, iya. Nggak apa kok. Gue kayaknya udah lama nggak naik wahana gini jadi agak pusing,” jawab Karin.

“Oh iya, gue boleh minta tolong beliin minum nggak?” ujar Karin pada Aris.
Dia berharap sebentar saja memiliki waktu dengan Ares, karena memang itu kan tujuan awal dia ke sini. Namun, tampaknya harapan itu pupus saat Ares berkata.

“Biar gue aja,”

Karin tahu bahwa Ares memahami maksud tindakannya, makanya dia langsung berkata seperti itu. Namun, Aris yang mau caper ke Karin tentu tidak membiarkannya begitu saja.

“Nggak, usah. Gue aja.” Aris menghentikan Ares yang akan pergi.
Dia harus menunjukkan bahwa dia adalah cowok paling perhatian pada Karin.

“Lo di sini aja, jagain Karin. Awas jangan kemana-mana!” ucap Aris sambil berlalu.

Setelah kepergian Aris suasana diantara keduanya menjadi canggung. Akhirnya Ares menawarkan Karin untuk duduk di salah satu bangku taman. Selama beberapa saat mereka terdiam.

“Res!”

“Rin!”

Kaget, keduanya saling memanggil secara bersamaan, membuat keadaan menjadi tambah canggung.

“Kalau Lo mau ngomong duluan aja,” ucap Ares.

“Nggak, Lo aja duluan,” sahut Karin.

“Oke, gue to the point aja. Gue tahu Lo lagi berusaha deketin gue, kan” ujar Ares.

Jika itu cowok lain mungkin Karin akan menyangkal dan mengatainya kepedean, tapi karena ini Ares orang yang benar-benar membuat dia jatuh cinta maka Karin pikir dia harus mengakuinya. Mungkin memang ini saatnya Karin harus jujur tentang perasaannya, Karin sendiri tidak menyangka ternyata Ares peka dengan maksud tindakannya selama ini.

“Karena Lo udah tahu gue juga bakal to the point. Jadi gimana Lo nya?” tanya Karin.

“Kalau Lo nanya apa gue mau jadi pacar lo, sorry gue nggak bisa,”

“Kalau Lo nanya gimana perasaan gue...” Ares terdiam tidak melanjutkan ucapannya membuat Karin mau tak mau menatapnya meminta kejelasan.

“Mungkin gue sama,” lirih Ares yang masih dapat terdengar oleh Karin.

Entah bagaimana hal itu membuat Karin merasa memiliki harapan. Namun, lagi dia kembali dijatuhkan oleh perkataan Ares selanjutnya.

“Gue harap Lo lupain perasaan Lo, karena gue nggak berniat buat ngebalas."

"Gue gunain kesempatan ini ngomong sama lo juga untuk minta tolong jauhin Aris. Gue yakin Lo juga tahu gimana perasaan dia ke Lo. Kalau Lo nggak suka dia, jauhin dari sekarang sebelum dia semakin suka sama Lo. Gue nggak mau Aris sakit hati."

Karin menatap tak percaya pada Ares. Dia seenaknya menyuruh Karin untuk menjauh. Kalau gitu kenapa dia tadi harus mengungkapkan perasaannya pada Karin. Harusnya tidak usah memberitahu Karin sama sekali kalau memang tidak mau berhubungan. Setidaknya, Karin tidak akan merasa diberi harapan.

“Lo nggak bisa nyuruh gue berhenti suka sama Lo gitu aja. Itu hak gue mau berhenti apa enggak," ucap Karin akhirnya.

"Kalau Lo mau gue ngejauh harusnya Lo nggak usah ngasih tahu tentang perasaan Lo. Karena gue udah tahu Lo punya rasa yang sama kayak gue, itu malah bikin gue makin yakin buat ngejar lo."

"Dan masalah Aris, itu urusan gue. Gue akan bilang ke dia kalau gue nggak suka sama dia. Setelah itu gue bisa dengan bebas ngejar lo. Kalau Aris masih ngejar gue, itu urusan dia,” lanjut Karin.

Ares menatap Karin frustasi. Ares menyuruhnya menjauh agar Aris tidak tahu soal perasaan Karin padanya. Kalau dia menolak Aris kemudian mengejar dirinya bukankah pada akhirnya Aris akan tahu. Ares takut Aris akan marah padanya, apalagi kali ini Ares bisa merasakan kalau adiknya benar-benar menyukai Karin.

Ares akan kembali berbicara untuk meluruskan maksudnya pada Karin, tapi Aris sudah lebih dulu kembali membuatnya mengurungkan niatnya.

Dengan kedua tangan membawa minuman dan camilan, Aris menghampiri dua orang sedang duduk itu. Suasana canggung Aris rasakan saat ia sampai ditempat keduanya berada. Namun, dia mengabaikannya dan berpikir itu hanya perasaannya saja.

“Karin, nih gue beliin strawberry milkshake kesukaan Lo,” ujar Aris dengan riangnya.

Karin tiba-tiba berdiri dari duduknya.”Sorry, Ris. Gue kayaknya harus pulang. Nyokap gue tiba-tiba telpon. Gue duluan ya, bye!” ucap Karin mengabaikan minuman yang disodorkan Aris.

Pada akhirnya Karin memilih pergi karena takut tidak bisa mengendalikan perasaannya yang sedang berantakan itu. Aris yang ditinggalkan bingung, dia menyadari ada yang salah dengan Karin. Aris menatap Ares meminta penjelasan. Namun, Ares mengabaikan tatapannya dan malah mengajaknya pulang.

“Udah sore, ayo balik,” ucapnya sembari mengambil bawaan Aris dan berjalan lebih dulu, meninggalkan Aris dengan kebingungan.













To be Continued....








Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Twins, Brother ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang