Bagian 10

4.1K 338 37
                                    


Waktu baru menunjukkan pukul empat sore, namun Aris sudah tampak segar dan wangi. Ini bukanlah hal biasa, mengingat jam segini biasanya Aris masih bau keringat sehabis dari main basket. Bahkan, saat ini Aris sudah tampak rapi dengan setelan kasual berupa kaus putih, celana jeans, dan kemeja baby blue  yang sengaja tidak dikancingkan. Berdiri di depan kaca, Aris memerhatikan penampilannya dengan seksama. Sesekali dia merapikan lagi tatanan rambutnya agar terlihat lebih keren.

“Ck, gila ya! Ganteng banget gue, udah kayak idol K-Pop aja,” ujar Aris merasa puas dengan penampilannya.

“Pantas aja cewek-cewek pada kepincut sama gue. Karin juga pasti klepek-klepek sama gue,” lanjutnya dengan percaya diri.

Ya, hari ini sebenarnya Aris akan pergi kencan dengan Karin. Entah bisa dianggap kencan atau tidak, sebab Karin hanya minta ditemani nyari buku. Tapi bodo amatlah, intinya dia pergi jalan-jalan sama Karin.

Sejak hari dimana Aris pura-pura ngaku salah sama Karin, hubungan mereka menjadi lebih dekat. Enggak dekat-dekat banget sih, tapi Karin mulai menanggapi chat dari Aris. Bahkan, tadi sepulang sekolah Karin nge-chat duluan minta ditemani jalan. Kesempatan yang sudah Aris tunggu mana mungkin disia-siakan, padahal tadi Aris berencana tidur sampai Maghrib. Tapi demi Karin, Aris rela siap-siap lebih awal. Tentu saja dia harus kelihatan keren di kencan pertama mereka.

Setelah memastikan penampilannya oke, Aris pun beranjak keluar. Tidak lupa sebelum itu dia pakai parfum dan jam tangan dulu. Biar wangi dan tambah keren.

Saat turun dari tangga, Aris melihat Ares yang sedang menonton berita di ruang tengah. Saking excited-nya, Aris sampai lupa dengan makhluk satu ini. Niat Aris ingin segera keluar tanpa ketahuan, tapi tampaknya Ares punya terlalu peka. Baru satu langkah Aris beranjak sebuah suara memanggilnya.

“Aris! Mau kemana?” Aris membalikkan badannya ke arah si empunya suara. Benar saja, dilihatnya Ares sudah berjalan menghampirinya.

“Lo mau kemana?” tanya Ares lagi.

“Mau keluar lah” jawab Aris berusaha terlihat biasa saja. Jangan sampai Ares tahu dia mau pergi ngedate.

“Ya, kemana? Udah mau malam, loh.” Ares menatap Aris heran, nggak biasanya Aris pergi jam segini. Kecuali kalau sekalian pulang sekolah atau eskul.

“Ke kafe, nongkrong sama teman-teman gue.”

“Lo udah seharian sama teman-teman lo di sekolah, harusnya sekarang waktu lo sama keluarga,” ujar Ares, nadanya terdengar sedikit kesal.

“Mami Papi aja belum pulang, kok. Entar aja family time-nya,” sahut Aris. Dia juga tampaknya mulai kesal.
Bisa-bisa dia telat jemput Karin. Masa kencan pertama telat, entar kesannya buruk di mata Karin.

“Kan ada gue.”

“Ya udah nanti aja sekalian sama Mami Papi, sekarang gue mau pergi dulu udah ditungguin,” ucap Aris sembari berlalu.

“Tunggu!” Aris menghela napas jengah, kembali berbalik menatap Ares yang menahan lengannya.

“Apa lagi?”

“Gue ikut.” Aris langsung melotot kesal pada Ares. Benar-benar ini anak, kemana-mana ngintilin Aris terus.

“Gak boleh. Lo bisa nggak sih, nggak ngintilin gue mulu. Malu tahu, kayak anak TK aja kemana-mana bareng.”

“Kenapa harus malu? lagian teman-teman lo udah tahu gue gimana, lagian entar lo pasti pulang malam, bahaya sendiri.”

“Gue bisa jaga diri Ares. Entar gue minta teman-teman gue nemenin gue deh, gimana?”

“Tetap aja gue harus mastiin mereka nggak ngajak lo macam-macam.”

Aris memejamkan matanya sembari menghela napas lelah. Dia mencoba berpikir bagaimana supaya Ares nggak ngotot buat ikut. Ya, kali kan Aris bawa Ares ketemu Karin. Bisa kacau kayak waktu itu kencannya.

The Twins, Brother ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang