Minggu pagi, Aris memanfaatkannya untuk bangun kesiangan. Tidak bisa di sebut kesiangan juga, karena lebih tepat dibilang Aris menyambung tidurnya. Karena dia sebenarnya sudah bangun jam enam tadi, tentu saja sang mami yang menyuruh. Tapi, pukul tujuh tadi maminya sudah pergi ke rumah temannya di Bandung. Jadi, Aris pun langsung kembali ke kamarnya untuk lanjut tidur, toh dia tidak ada yang akan di lakukan hari ini.
Sayangnya, rencana Aris untuk tidur sepuasnya harus gagal karena ulah manusia es, siapa lagi kalau bukan Ares. Ares yang baru saja selesai berolahraga itu datang dan menarik Aris dari tempat tidur, kemudian di seret ke kamar mandi. Sebagai anak kesayangan mami, tentu saja sikap Ares akan sebelas dua belas sama maminya. Bahkan, terkadang Aris lebih takut sama Ares daripada maminya.
Akhirnya, Aris menghabiskan waktu pagi dengan bermain game. Tapi, kegiatannya bermain game terhenti saat sebuah panggilan masuk ke HP-nya. Tertera nama Agil di sana.
“ Halo!” ucap Aris.“ Woii! Ris, gue lagi sama yang lain nih, mau ngumpul bareng,” sahut Agil di seberang sana.
“ Oh, kemana?” tanya Aris satu tangannya sibuk memilah komik yang ada di atas meja ruang tamu.
“ Kita lagi otw ke rumah lo,”
“ Oh!” aris hanya menjawab acuh, tapi kemudian dia tersadar.
“ Apa lo bilang, mau ke rumah gue?” pekiknya.
“ Yoi,”
Aris melihat ke arah dapur, terlihat Ares yang sedang sibuk dengan berbagai bahan makanan, mungkin akan memasak untuk makan siang karena kebetulan pembantu mereka sedang izin. Aris menatap Ares sebentar, kemudian kembali fokus ke telepon dan dengan ragu berkata.“ Hmm, gimana kalau nongkrong di luar aja, gue traktir” tawar Aris.
“ Telat Lo, kita udah mau nyampe di kompleks rumah lo,” itu suara Irfan yang berbicara.
“ Kalian kenapa nggak bilang dulu sih, putar balik aja kalau gitu,” Aris berucap panik.
“ Lo kenapa sih, kita cuma pengen main doang. Kan belum pernah ke rumah lo,” sahut Damar.“ Enggak kenapa-kenapa, cuma...,” ucapan Aris terpotong karena Damar kembali berbicara.
“ Kita udah di kompleks lo nih, tunggu di luar,” dan telepon pun terputus.
Aris menghela napas berat, dia kembali menatap Ares yang saat ini sudah mulai memasak. Alasan Aris melarang teman-temannya datang adalah karena Ares. Teman-temannya memang tidak ada yang tahu kalau dia punya saudara kembar. Tapi, bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah Ares tidak suka kebisingan, dia pasti kesal kalau Aris membawa temannya ke rumah tanpa bilang dulu, apalagi dengan sifat Agil dan Damar yang mirip monyet lepas kandang, rusuh.
Selain itu, Ares juga saudara yang cemburuan. Jangan salah paham, Ares cuma terlalu sayang sama dirinya yang kelewat ganteng – padahal mereka mirip. Jujur saja, tapi Ares itu tidak suka kalau Aris lebih dekat dengan teman-temannya daripada dengan Ares. Kalau Ares lihat interaksinya dengan teman-temannya nanti, pasti bakal ngambek itu anak. Tapi sekarang, Aris hanya bisa pasrah semoga saja Ares tidak bertingkah aneh-aneh di hadapan teman-temannya nanti.
Aris menunggu teman-temannya di depan pagar, tak berapa lama teman-temannya pun datang. Mereka mengendarai mobil milik Dirga, maklum saja anak sultan. Mobil itu sengaja diberikan oleh ayah Dirga untuk memudahkan Dirga kemana-mana. Tentunya sebagai anak baik dan taat aturan, Dirga akan selalu diantar supir sebab belum punya SIM. Tapi, entah ada angin apa kali ini Dirga sendiri yang menyetir. Begitu keluar dari mobil, seperti yang diduga Agil dan Damar adalah yang paling heboh.
“ Yo, my brother Aris, We...” ucapan Agil terpotong karena Aris yang tiba-tiba mendekati dan membekap mulutnya dengan tangan.“ Jangan berisik,” ucap Aris kemudian melepas bekapannya.
“ Emang kenapa sih? Enggak ganggu juga,” ujar Agil kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins, Brother Complex
Teen FictionAres dan Aris adalah sepasang anak kembar dengan kepribadian yang bertolak belakang. Bagi Ares, Aris adalah prioritasnya. Menurutnya saudara itu harus selalu bersama. Bagi Aris, Ares itu terlalu posesif. Dia hanya ingin lepas dari Ares yang selalu...