Agaknya Aris menyesali perjanjiannya dengan Ares hari itu, di mana dia berjanji akan menemani Ares weekend ini. Harusnya waktu itu Aris membuat dirinya yang menentukan akan pergi kemana. Sayangnya, karena waktu itu dia buru-buru dia jadi nggak mikir panjang. Aris lupa kalau Ares itu nggak kayak dia dan teman-temannya. Tongkrongan Ares isinya mah anak-anak pintar, beda jauh sama teman-teman Aris yang otaknya krisis sumber daya dan kelakuan kayak monyet lepas kandang, kecuali Dirga tentunya. Seperti hari ini, pada saat weekend loh! Aris terjebak bersama Ares and the gang yang sedang belajar bersama di tempat yang mungkin markas mereka ini. Aris mau nangis aja rasanya. Harusnya sekarang dia masih pelukan sama kekasihnya ranjang, si guling, bukan malah berbaur dengan tumpukan buku dan soal.
Awalnya Aris pikir dia hanya perlu menemani Ares ke toko buku, seperti biasa saat Ares mengajaknya jalan. Namun, siapa sangka Ares ternyata ada jadwal belajar dengan teman-temannya untuk persiapan olimpiade. Tentu saja Ares memaksa Aris bergabung karena nanti dia juga ingin ditemani ke suatu tempat oleh Aris, sekalian biar Aris ikut belajar katanya. Aris pun hanya bisa pasrah karena sudah janji, dan kalau dia melanggar hasil ulangan harian matematikanya bakal sampai ke mami. Aris tentu nggak mau uang jajannya dipotong lagi.“Hoaamm!!!” Aris menguap lebar sembari merenggangkan anggota tubuhnya. Demi apa pun, dia sudah bosan sekali.
Ares melirik kembarannya tersebut, dia sadar kalau Aris sudah mulai bosan malah mungkin sudah bosan sejak awal.
“Lapar?” tanya Ares.Aris menghentikan kegiatannya mencoret-coret kertas dengan asal. Dia berpikir sesaat kemudian mengangguk.
“Lumayan!” jawabnya. Tiba-tiba terbersit sebuah ide di kepalanya.
“Res, gue keluar bentar ya cari makan,” ujar Aris beralasan.
Aris memang ingin cari makan kok, tapi tujuan utamanya ingin melarikan diri dari tempat itu. Sungguh Aris rasanya sudah kehilangan energi kelamaan di sana padahal dia nggak ngapa-ngapain. Pantatnya gatal duduk mulu. Sayangnya ide untuk kabur sepertinya sudah tercium oleh sang kakak kembar.
“Enggak boleh! Biar gue aja, lo mau makan apa?” tanya Ares.
“Ya elah! Nggak usah ngerepotin lo, gue bisa sendiri. Sebentar aja kok,” ucap Aris meyakinkan.
“Enggak! Gue tahu lo mau kabur. Udah gue aja, mau apa?”
Aris berdecak sebal, peka banget sih si Ares! Pikirnya.“Terserah!!” jawab Aris akhirnya. Dirinya sudah terlanjur malas mau berdebat.
Ares pun beranjak pergi setelah menanyakan juga pada teman-temannya yang lain yang ingin menitip sesuatu. Kini tinggallah Aris bersama dengan teman-teman Ares. Melihat mereka Aris jadi prihatin. Bisa-bisanya libur gini masih ngambis, nggak menikmati masa muda banget. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. Aris menoleh dan mendapati Ryan, sahabat Ares lah yang menyentuhnya.
“Tumben lo mau diajak Ares?” tanya Ryan terdengar akrab dengan Aris.
Tentu saja Aris mengenal baik Ryan karena dia adalah sahabat terdekat Ares. Mereka juga satu SMP hanya beda kelas. Aris sendiri kaget dan heran saat tahu ada yang betah berteman dengan Ares yang kulkas berjalan itu. Lebih mengherankan lagi karena pertemanan mereka bisa bertahan lama. Tentunya itu semua karena Ryan, sampai-sampai dia ngikutin Ares sekolah di SMA Bintang Bangsa.
“Dipaksa,” jawab Aris malas.
“Pasti karena lo bohongin dia kemarin kan makanya mau,” ujar Ryan.
Aris menatap Ryan sembari mengerutkan kening.“Maksud lo?”
“Kemarin malam kita lihat lo di mall sama cewek. Ares kesal, katanya lo bohongin dia,”
Aris mengangguk mengerti, pantas saja pas dia pulang malam itu muka Ares suram banget. Terus beberapa hari ini Ares tidak begitu cerewet padanya, baru hari ini dia jadi keukeuh banget nyeret Aris ikut dengannya. Padahal biasanya Ares masih bisa dibujuk.
![](https://img.wattpad.com/cover/254600321-288-k345624.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Twins, Brother Complex
Teen FictionAres dan Aris adalah sepasang anak kembar dengan kepribadian yang bertolak belakang. Bagi Ares, Aris adalah prioritasnya. Menurutnya saudara itu harus selalu bersama. Bagi Aris, Ares itu terlalu posesif. Dia hanya ingin lepas dari Ares yang selalu...