Bagian 15

569 57 9
                                    

Ares menghentikan kegiatan membacanya ketika ponselnya menyala menampilkan notifikasi pesan dari nomor tak di kenal.

Unknown number
Tes
Hai, Ares!

Ares mengabaikan pesan itu karena tidak tahu dari siapa dan memilih melanjutkan bacaannya. Namun, ponselnya kembali berbunyi menampilkan pesan baru yang masuk.

Unknown number
Ini gue Karin.
Save nomor gue, ya.

Keningnya mengerenyit bingung dengan membaca pesan itu. Dia tidak ingat pernah memberikan nomornya pada Karin. Akhirnya setelah beberapa saat Ares memutuskan untuk membalas gadis itu.

Ares
Oke!

Karin di seberang sana tersenyum mendapati balasan Ares. Namun, senyumnya luntur setelah melihat balasan cowok itu. Singkat, padat, selesai. Karin menatap ruang obrolan itu dengan kesal dan frustasi. Bagaimana dia harus melanjutkan topik saat cowok itu hanya membalas dengan singkat seolah tidak tertarik untuk melanjutkan obrolan. Karin tidak pernah bertemu orang secuek Ares dalam hidupnya.

“Dia bahkan nggak nanya gue dapat nomornya darimana gitu,” sungut Karin.

Faktanya, memang bukan hal sulit untuk Ares menebak darimana Karin mendapatkan nomornya. Dia yakin itu ulah Aris. Anak itu sejak dulu memang suka sembarangan memberikan nomornya pada orang lain, membuat Ares beberapa kali mengganti nomor karena terus mendapat pesan terutama yang mengajaknya pacaran. Aris tentu bukan dengan sengaja memberikannya untuk mengerjai Ares. Dia terhasut oleh rayuan dari para gadis yang sebenarnya ingin mendekati Ares.

Sementara itu, Karin masih menatap layar chat-nya dengan Ares, berpikir haruskah dia mengirim pesan lagi. Namun, nyatanya gengsi Karin lebih tinggi. Dia terbiasa dikejar-kejar oleh cowok bukan sebaliknya. Dia juga sering mengabaikan cowok-cowok itu, tapi sekarang justru dia yang bergerak duluan untuk mendekati seseorang. Cowok-cowok yang pernah Karin abaikan mungkin akan tertawa jika tahu Karin yang sekarang justru diabaikan. Mungkin inilah yang disebut karma.


***

Keesokan harinya, Karin memilih bercerita kepada teman-temannya. Mulai dari pertemuan dengan Ares hingga masalah chat semalam.

“Jadi, cowok yang Lo pikir Aris di kafe itu ternyata kembarannya. Terus Lo ternyata naksir dia karena dia beda dari cowok-cowok yang ngedeketin Lo, tapi dianya malah cuek dan kelihatan nggak suka sama Lo, gitu?” rangkum Shella setelah mendengar cerita Karin. Karin pun mengangguk dengan wajah murung.

What!! Jadi ternyata Aris itu punya kembaran? Kok gue bisa ketinggalan info sih? Berarti ada Aris ada duplikatnya dong, ya. Berarti kalau Aris sold out masih ada satu lagi yang sama. Gue nggak perlu khawatir dong kalau gitu” oceh Shella yang sukses membuat mood Karin makin berantakan.

“Eh, ini tuh gue lagi curhat Lo malah mikirin hal lain,” ujar Karin kesal.

“Berarti belakangan ini Lo sering sama Aris itu karena Lo mau cari tahu soal kembarannya?” tanya Chika yang sedari tadi mendengarkan. Lagi Karin mengangguk untuk menanggapi.

“Kita kira Lo mulai naksir sama Aris,” ujar Chika lagi.

“Iya, gue tadinya udah mau ngerelain Aris loh buat Lo,” sambung Shella.

“Ya, enggaklah. Aris tuh bukan tipe gue, jadi nggak mungkin gue suka,” ujar Karin.

“Tapi Lo kan naksir kembarannya yang mirip sama Aris. Kenapa Lo nggak sama Aris aja yang jelas suka sama Lo, malah milih kembarannya. Emang bedanya apa?” tanya Shella.

Sebuah toyoran pun diterima gadis itu setelah dia berucap. Pelakunya Chika yang duduk di sebelahnya.

“Hanya karena muka mereka sama bukan berarti mereka orang yang sama. Pasti ada bedanya lah,” ujar Chika.

“Kalo lo lihat langsung juga pasti bisa kok ngerasain bedanya,” lanjut Karin.

Mereka terdiam beberapa saat, lebih tepatnya menunggu Karin untuk lanjut bicara karena gadis itu malah sibuk merenung.

“Menurut kalian sekarang gue harus gimana? Apa gue tetap lanjut aja deketin Ares lewat Aris, atau langsung gue deketin aja. Tapi masalahnya gue gengsi deketin duluan, mana dia cuek banget,” Karin berucap frustasi. Sepertinya ini pertama kalinya Karin benar-benar jatuh cinta pada seseorang.

“Kalau Lo beneran suka, mending Lo buang gengsi Lo itu. Nggak ada salahnya lagi mulai duluan, mungkin aja dengan begitu Ares malah luluh sama Lo,” ucap Chika.

“Bener, Rin. Daripada Aris cuma Lo pake buat perantara, mending kasih ke gue aja,” sambung Shella.

Karin memikirkan perkataan kedua temannya itu, mungkin memang dia harus mulai menurunkan gengsinya dan berterus terang. Dia juga tidak mau jadi cewek jahat yang memanfaatkan perasaan orang lain untuk kepentingannya. Apalagi melihat betapa sayangnya Ares kepada Aris, Karin takut nanti Ares malah semakin tidak menyukainya.







To be Continued...













Halo, guys!!!
Aku balik lagi🤗
Mau cerita sedikit. Sebenarnya aku mau update bulan lalu, tapi akun aku malah log out dan aku nggak bisa masuk karena lupa password dan akses email lama udah nggak bisa. Aku pikir nggak bisa masuk lagi dan berencana ngebiarin aja cerita ini. Tapi setelah ngulik di YouTube untungnya masih bisa akses lagi

Sekian aja dari aku.
Terima kasih🙏

The Twins, Brother ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang