Part : 4

176 23 0
                                    

Tears Are Falling

"Sampai napas terakhir, aku selalu mencintaimu," Lee Jeno


 

Hari ini untuk pertama kalinya dalam setahun semenjak kepergian Lee Jeno, Hime menyunggingkan senyumnya pada Mark. Bukan senyuman terpaksa tapi senyuman hangat miliknya. Jujur saja Mark merindukan senyuman itu.

"Terima kasih, oppa," Mark tersenyum saat dengan tulus Hime mengucapkannya.

"Makanlah selagi hangat. Apa kamu mau tambah madunya?"

"Tidak. Aku lebih suka rasa original. Lagipula pancake buatan oppa rasanya saaaangaaat enak meski memakannya seperti ini," Mark tersenyum mendengar pujian Hime sembari tangannya sibuk memotong-motong pancake yang ada dipiring menjadi bagian-bagian kecil lalu mengangsurkannya pada Hime.

"Nah, makanlah Tuan Putri,"

“Ya~"

Hime langsung melahap pancake itu dengan semangat. Entahlah pagi ini suasana hati Hime sedang sangat baik. Tidak selamanya bukan Hime harus bersikap acuh dan dingin dengan semua kebaikan yang diberikan Mark.

Lagipula dari cara  pria itu memperlakukannya bukan karena rasa kasihan melainkan rasa kasih sayang yang benar-benar tulus. Dan lihatlah hanya Mark yang menatap Hime dengan tatapan itu. Tatapan mata memuja seperti yang dimiliki Jeno.

"Hime-ya," panggil Mark membuat Hime mengalihkan fokusnya yang tadi pada pancake dipiringnya kini beralih pada pria yang sedari tadi memperhatikan cara makannya.

"Kenapa?"

"Tidakkah kamu merasa bosan?"

"Merasa bosan? Maksudmu?" Hime mengerutkan dahinya.

"Setiap hari kamu hanya berkutat dikafe. Tidak menyempatkan diri untuk mencari hiburan. Tidakkah itu membosankan?"

"Terkadang aku juga merasa bosan," Hime menerawang mengingat kembali kehidupan yang dijalaninya setahun terakhir ini. Monoton memang. Hanya berputar di kafe, rumahnya, atau rumah mertuanya, kadang-kadang. Ya seperti itu.

"Bagaimana kalau mencoba hal baru?" Tanya Mark kemudian.

"Hal baru?" Mark mengangguk.

"Seperti jalan-jalan ketempat yang sudah lama tidak kamu kunjungi. Menghabiskan waktu disana, melupakan semua yang terjadi disini untuk sementara."

"Tempat yang sudah lama tidak kukunjungi?" Hime menautkan kedua alisnya. Berpikir tempat apa yang sudah lama tidak dikunjunginya.

"Woaaaaah, sudah lama aku tidak kesini!!" Hime berteriak kencang seraya merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Mark tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Oppa, bagaimana? Bukankah kampung halaman nenekku sangat bagus?" Tanya Hime kemudian. Mark mengangguk mengacungkan kedua jempol tangannya.

"Ayo! Akan aku tunjukan sekolahku dulu," Hime menarik tangan Mark untuk mengikuti langkahnya. Ya sekarang mereka sedang berada dikampung halaman nenek Hime, Gwangju. Desa asri dimana dulu Hime tinggal. Dulu neneknya adalah kepala desa disini.

Jeno | Tears Are Falling [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang