Tears Are Falling
"Sampai napas terakhir, aku selalu mencintaimu," Lee Jeno
—
Baru saja Mark menutup bagasi mobil belakangnya setelah habis memasukan beberapa koper kedalam sana ,sebuah suara menginterupsi Mark.
"Sebaiknya kamu menyerahkan dirimu, Lee Mark," dingin dan menusuk. Bisa ditebak siapa yang kini berdiri dihadapan Mark. Pria dengan wajah angkuh yang demi Tuhan sangat dibenci oleh Mark. Pria yang sudah menghancurkan hidup orang yang sangat dikasihinya dan pria yang juga selalu memenangkan hati orang yang dicintainya. Lee Jeno. Mark berusaha memasang wajah sedatar mungkin. Pura-pura bodoh dengan perkataan Jeno barusan.
"Apa maksudmu, Lee Jeno?"
"Tidak usah pura-pura. Tangkap dia!" Teriak Jeno membuat detektif polisi bername tag Kim Doyoung disampingnya bergerak cepat. Mark menyunggingkan senyum remehnya pada Jeno kala dua tangannya diborgol.
"Hebat. Kamu bisa menemukanku disini."
"Cish. Salahmu mengaktifkan gps dimobilmu," Mark kembali tersenyum mendengar perkataan Jeno.
"Berhentilah tersenyum Lee Mark. Sebaiknya kamu bersiap-siap, jeruji besi segera menunggumu,"
"Tidak perlu mengingatkanku, Presdir Lee. Apa tidak sebaiknya kamu mengkhawatirkan keadaan mantan istrimu?" Senyum miring kini menghiasai wajah Mark yang membuat Jeno tersulut amarah.
"Apa yang baru saja kamu katakan?"desis Jeno pelan tapi begitu tajam.
"Pikirkan sendiri. Aku rasa kamu mendengar dengan jelas apa yang baru saja kukatakan. Kamu tidak tuli untuk sekedar mendengarnya," Jeno merangsek maju mencengkeram mantel yang dipakai Mark.
"Kamu tidak akan berani melukainya," tatapan tajam Jeno tidak membuat senyuman dibibir Mark pudar.
"Benarkah? Kamu pikir aku masih punya hati untuk tidak melakukan suatu hal ya-"
"Hentikan!" Teriak Jeno marah ,"Sekarang katakan, dimana Hime? Dimana dia?"
"Kita bisa menanyainya nanti, Tuan Lee," ujar Doyoung yang memegangi Mark. Mata Jeno kini beralih pada Doyoung.
"Nanti katamu?!Tidak ada kata nanti!!" Jeno kembali memandang tajam Mark lalu mengetatkan cengkeramannya pada kerah mantel Mark.
"Katakan!! Dimana dia sebelum kesabaranku habis?!"
"Kamu pikir aku bodoh dengan memberitahukanmu dimana dia," dan satu pukulan telak diterima Mark kala ia menyeselaikan kata-katanya.
Doyoung yang memegangi Mark seketika terhuyung kebelakang karena tubuh Mark yang menopang padanya. Pada saat itu pegangan Doyoung merenggang dan dimanfaatkan Mark. Dengan sekali gerakan Mark menyentakan lengannya hingga pegangan Doyoung terlepas. Lalu tanpa Doyoung sadari Mark menarik pistol yang terletak dalam saku sebelah kanan pinggang pria itu. Mata Jeno terbelalak kala Mark langsung mengarahkan moncong pistol itu padanya.
"Bukankah lebih menyenangkan jika aku masuk penjara dan kamu mati disini?" Doyoung yang hendak maju selangkah namun langsung disadari oleh Mark.
"Kamu diam disana atau aku juga akan menembakmu," desis Mark sembari mengarahkan pistol itu bergantian-Jeno dan Doyoung. Mereka berdua tidak bisa berkutik. Mengingat Mark tidak mungkin main-main dengan kata-katanya.
"Oppa!" Jeno, Mark, dan Doyoung seketika menoleh kearah sumber suara itu.
"Hime," Jeno membelalakan matanya. Kenapa dia bisa ada disini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeno | Tears Are Falling [COMPLETED]
Fanfiction[PG+16] | Completed "Sampai napas terakhir, aku selalu mencintaimu," Jeno Lee :: Part sudah lengkap :: Don't be silent readers