Part : 6A

138 17 1
                                    

Tears Are Falling

"Sampai napas terakhir, aku selalu mencintaimu," Lee Jeno




Mark mengamati tiap pergerakan yang dilakukan istrinya yang tengah mengeringkan rambutnya yang basah sehabis keramas. Bibir Mark tersungging. Istrinya? Ya, itu benar bukan. Hime sekarang adalah istri sahnya. Ibu dari puteranya Lee Tae Oh. Walau kenyataan tak bisa memungkiri jika Hime masih sah sebagai istri Lee Jeno. Kenapa Jeno harus kembali? Seharusnya lelaki itu sudah mati.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" Hime membuyarkan lamunan Mark. Wanita itu menatap refleksi dirinya dan Mark dalam cermin. Mencoba menilik wajah Mark yang keruh sedari tadi. Pria itu hanya balas menggeleng dengan senyum diwajahnya. Hime kembali meneruskan pekerjaannya memoles make up tipis di wajahnya. Hal biasa yang dia lakukan jika sehabis mandi. Bahkan Hime belum mengganti handuk kimono yang dipakainya.

"Apa yang kamu rasakan saat ini? Melihat Jeno kembali dalam keadaan baik-baik saja," Hime seketika menghentikan pergerakan tangannya yang sedang memoles bedak setelah mendengar penuturan Mark barusan.

"Tentu saja aku senang. Sangat malah. Ya, siapa pun itu akan senang jika orang yang kamu kasihi masih hidup," jawab Hime kemudian membuat kedua tangan Mark yang tersimpan dalam kantong celananya mengepal kuat. Tapi sebisa mungkin Mark menunjukan ekspresi biasa malah menyunggingkan senyumnya.

"Kamu masih mencintainya?" Tanya Mark kemudian. Hime menatap Mark lama. Sebelum akhirnya berkata pelan.

"Bohong jika aku berkata tidak."

Mark menganggukan kepalanya.

"Kamu tahu sekarang ini kamu punya dua pilihan," Mark menggantungkan kalimatnya saat melihat kerutan didahi Hime. Pria itu menghela napas panjang.

"Kembali pada Lee Jeno lalu kita bercerai. Atau berpisah darinya demi anak kita," ujar Mark kemudian.

"Apa yang kamu bicarakan?" Hime kembali melanjutkan kegiatan awalnya seolah kata-kata Mark tadi hanya angin lalu. Pria itu memegang kedua bahu Hime lalu meremasnya pelan.

"Oh ya, tadi ibu memberitahuku gips Jeno sudah dilepas. Jadi Hari ini kita akan merayakan kembalinya Lee Jeno serta kesembuhannya. Sebaiknya istriku ini cepat bersiap-siap. Aku tunggu diluar," sebelum pergi Mark mengecup puncak kepala Hime lembut. Seiring pintu kamar yang ditutup Hime menghela napas panjang.

"Bercerai?" Kenapa satu kata itu yang hanya menjadi pilihan?



Sudah dua minggu ini Hime dan keluarganya menghabiskan liburan di Jepang. Liburan tak terduga yang mempertemukan kembali Hime dan Jeno. Jika bukan karena tiba-tiba Tae Oh merengek ingin berlibur ke rumah nenek dan kakeknya Hime tidak mungkin pergi ke Jepang. Tapi jika Hime tidak datang juga Tuan dan Nyonya Lee akan segera memberitahu soal anaknya. Karena mereka tahu Hime akan sangat bahagia mengetahui suaminya masih hidup.

Dan tahukah mereka jika sekarang malah kerisauan yang dirasakan Hime. Tiap kali Jeno bersitatap dengannya atau dengan Mark matanya seakan menyiratkan kebencian mendalam. Apalagi Jeno tidak pernah sekalipun mau berbicara pada Hime setelah pertemuan di taman waktu itu. Selebihnya mereka bagai orang asing yang belum pernah bertemu.

Ingin sekali Hime segera pulang ke Seoul tapi Nyonya Lee selalu melarangnya. Selain itu Tae Oh juga tidak mau pulang. Anak itu memang selalu betah jika sudah di rumah neneknya. Dan alasan tidak masuk akal juga membuat anak itu untuk tetap disini. Katanya dia masih ingin melihat Jeno Appa. Memastikan jika Jeno appa benar-benar sudah sembuh.

Jeno | Tears Are Falling [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang