Note : Ini cerita sebelum Hime dan Jeno nikah ya
—
Setengah jam berlalu dan Jeno masih berkutat dengan bukunya. Padahal Jeno tidak benar-benar membaca buku yang demi apapun sangat tebal itu. Kedua matanya sesekali melirik kearah ranjangnya, melihat apa yang dilakukan Hime. Awalnya gadis itu nampak sulit tidur. Terlihat dari pergerakannya diatas tempat tidur yang gelisah. Namun sepertinya saat ini Hime mulai diam. Itu artinya Hime sudah jatuh tertidur.
Perlahan Jeno menutup bukunya lalu kemudian menghampiri Hime. Helaan napas keluar dari bibirnya. Kedua matanya terlihat sendu kala melihat Hime yang sudah tertidur lelap.
"Babe, sorry. Sebenarnya sulit bagiku melakukan ini. Tapi," Jeno hendak menyentuh rambut hitam panjang milik Hime namun diurungkannya, "Aku hanya ingin memastikan kamu mempunyai rasa yang sama sepertiku."
Setelah mengatakan hal itu Jeno mengambil satu bantal untuknya dan juga selimut. Pria itu beranjak ke sofa panjang yang terletak dikamarnya. Ya, malam ini Jeno dengan terpaksa tidur disofa.
"Good night, dear," bisik Jeno ketika kedua matanya kembali menatap kearah Hime, "I love you," perlahan Jeno menutup matanya sambil berdoa didalam hati semoga besok Hime akan mengatakan hal yang ingin didengarnya.
*
*
*Ketika Jeno berharap akan keinginannya semalam akan terwujud maka pria berkulit putih pucat itu sudah salah besar. Hime masih bersikap biasa saja. Gadis itu bangun lebih awal, menyiapkan sarapan untuk dia dan Jeno, lalu setelahnya bersiap-siap untuk acara jalan-jalannya hari ini.
Seperti yang ditawarkan oleh Soojung dan Hyunjin kemarin, hari ini Hime bermaksud untuk berkeliling di Amerika. Jarang sekali kan ia bisa datang keluar negeri begini. Jadi meskipun Jeno bersikap acuh dan menyebalkan, Hime berusaha menikmati liburannya.
Saat ini, Hime lebih memilih duduk dikursi belakang bersama Soojung dibanding duduk disamping Jeno yang duduk dibangku kemudi. Entah tujuan mereka kemana, Hime tidak perduli. Ia terlalu malas untuk sekedar bertanya. Lebih baik ia duduk diam daripada ia bertambah kesal dengan pria bernama Lee Jeno itu.
*
*
*"Demi Tuhan! Kamu tahu kan kalau aku tidak suka belanja!" Hardik Hime seraya berkacak pinggang disamping Jeno yang masih sibuk dengan rutinitasnya, memilah beberapa baju yang sedang trend minggu ini. Jeno seakan menulikan telinganya dan malah memilih memanggil Soojung yang tak jauh dari posisinya berdiri sekarang.
"Jung-ah, which one? This or this?" Tanya Jeno sembari menunjukan dua pakaian yang dipilihnya tadi kearah Soojung, meminta pendapat gadis itu.
"Well, I think black looks good on you," tunjuk Soojung pada kaos lengan pendek warna hitam ditangan kanan Jeno. Pria itu menilik pilihan Soojung sebentar lalu menganggukan kepalanya setuju.
Melihat dan mendengar hal itu tentu membuat Hime gondok setengah mati. Bukan hanya tidak menggubris perkataannya tadi tapi sekarang Jeno bahkan meminta pendapat gadis lain soal baju mana yang bagus untuk dikenakannya. Hello! Yang kekasihnya Jeno disini siapa? Soojung atau Hime? Seharusnya seorang kekasih menanyakan apa yang cocok pada kekasihnya bukan? Lain cerita jika Hime tidak disini sekarang.
Hime mengepalkan kedua tangannya erat disisi tubuhnya lalu menghentakan kakinya kasar, berjalan kearah Jeno. Tanpa perasaan gadis itu menarik kerah kemeja Jeno hingga pria itu terkejut dan berbalik paksa karena tarikan Hime.
"Aku mau pulang!" Geram Hime dengan gertakan giginya dan tatapan tajam pada pria itu.
Awalnya Jeno sempat terkejut jika reaksi Hime akan seperti itu. Namun kemudian Jeno mulai menguasai dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeno | Tears Are Falling [COMPLETED]
Fiksi Penggemar[PG+16] | Completed "Sampai napas terakhir, aku selalu mencintaimu," Jeno Lee :: Part sudah lengkap :: Don't be silent readers