Prequel : Idol Love Story P.7

35 5 0
                                    

Summary : Wah, Ini benar-benar tujuh huruf satu kata untuknya. JACKPOT

—————

Malam ini adalah malam spesial bagi Hime.

Bagaimana tidak malam ini adalah kencannya dengan Renjun. Meskipun bukan kencan sungguhan. Tapi tetap saja namanya enam huruf satu kata KENCAN hehehe. Hime meremas gaunnya gugup. Ketika tirai dibuka Hime bisa melihat dengan jelas Renjun tengah berdiri ditengah aula dengan kemeja hitam dibalut jas warna abu-abu lalu sebuah dasi bewarna putih tersemat dilehernya. Rambutnya ditata keatas membuatnya terlihat semakin ber-kharisma. Ditangan kanannya memegang sebuket mawar merah sedangkan tangan satunya lagi memegang sebuah mic.

"Dia benar-benar tampan."

Perlahan, Renjun berjalan menghampiri Hime. Musik mengalun dengan lembut. Oh, Hime tahu musik ini. Just the way you are yang dinyanyikan oleh Bruno Mars. Dan sebagai gantinya malam ini biarkan Renjun yang menyanyikannya.

"When I see your face there's not a thing that I would change cause your amazing just the way you are,"

Renjun tepat berdiri dihadapan Hime dengan senyum separuhnya membuat Hime ikut tersenyum.

"And when you smile the whole world stop and stare for a while cause your amazing just the way you are,"

Dan Hime tidak tahan lagi untuk tidak memeluk Renjun ketika pria itu mengangsurkan buket mawar merah ditangannya ketika dia selesai menyanyi.

"Renjunie, saranghae!"

Acara Lucky Fans berjalan dengan lancar. Setelah Renjun menyanyi, acara itu dilanjutkan dengan makan malam, lalu Renjun bermain piano dan bernyanyi lagi, setelah itu ditutup dengan berdansa bersama. Tidak lupa pesta kembang api sebagai penutupan acara.

Hime tidak bisa berhenti tersenyum. Renjun memperlakukannya dengan baik. Meski tadi pria bermata sipit itu beberapa kali mendesis kesal ketika Hime menginjak kakinya beberapa kali saat berdansa. Salahkan Hime yang memang tidak bisa berdansa. Tapi lupakan hal itu karena Renjun beenar-benar manis hari ini. Ingat Hime hanya hari ini.

Sekarang mereka sedang ada diatas balkon menikmati suasana malam pulau jeju. Renjun sesekali melirik gadis disebelahnya yang sedari tadi tersenyum seperti orang gila.

"Berhenti tersenyum kamu seperti orang tidak waras."

Perkataan Renjun membuat Hime berhenti tersenyum.

"Aku tidak waras kan karena kamu," Hime menatap Renjun dengan senyumannya-lagi.

"Kamu benar-benar," desis Renjun.

"Renjunie," panggil Hime dan Renjun hanya meliriknya sekilas.

"Apa aku boleh menyentuh wajahmu?" Pertanyaan Hime seketika membuat Renjun menoleh. Gadis itu menangkupkan tangannya. Memohon.

"Boleh ya. Sekali saja. Bukankah malam ini belum berakhir? Setidaknya kita masih kencan pura-pura," Hime memandang lekat Renjun dengan pupy eyes-nya.

"Menyentuh?" Tanya Renjun ragu.

"Iya, boleh kan?" Dan kali ini dengan aegyo yang membuat Renjun gugup.

Oh, harus Renjun akui—walaupun tidak mau—bahwa malam ini Hime benar-benar cantik. Perkataannya waktu itu bukan bualan semata. Dia benar-benar punya tubuh s line yang tercetak jelas karena Hime memakai gaun merah terang berpayet yang melekat pas ditubuhnya. Dengan potongan dada yang rendah dan punggung yang terekspos jelas menampakkan kulitnya yang putih.

Selama ini Renjun hanya tahu Hime yang memakai kaos atau kemeja kebesaran dengan jeans koyak-koyak yang selalu dipakai setiap hari tanpa menggantinya. Jangan lupakan kepang rambutnya yang terlihat kampungan. Bahkan Hime terlihat berkali lipat cantik dibandingkan ketika dia menjadi pemeran pengganti film Renjun waktu itu. Renjun mengerjapkan matanya beberapa kali lalu berdehem pelan.

"Ok. Aku ijinkan," Hime langsung tersenyum sumringah. Perlahan tangannya menyentuh wajah Renjun.

"Wahh, kulitmu benar-benar halus seperti kulit bayi," ketika tangan Hime menyentuh wajahnya ada rasa hangat menjalari Renjun. Apalagi sekarang jarak dirinya dan Hime hanya terpaut sejengkal. Renjun bisa melihat dengan jelas binar mata gadis itu yang memandangnya begitu intens. Bola mata yang pernah membuat Renjun terpesona.

Perlahan, Renjun menelusuri garis wajah Hime. Dahi, hidung, mata, pipi, dan bibir. Apakah rasa bibir itu tidak berubah?

"Hime, boleh aku bertanya?" Renjun memegang tangan Hime yang masih menyentuh wajahnya.

"Tentu."

"Apa kamu pernah berpikir untuk melakukan hal lain selain menyentuh wajah idola-mu saat kamu ada dihadapannya?"

" Tentu saja ada."

"Ada? Apa itu?" Tanya Renjun penasaran.

"Dulu aku selalu berpikir jika nanti aku bertemu denganmu aku ingin memberikan ciuman pertamaku padamu," pipi Hime bersemu merah ketika mengatakan hal itu membuat Renjun tertegun.

"Kalau begitu aku akan mengabulkannya."

Hime membulatkan matanya ketika Renjun secara gamblang menyatakan hal itu.

"Anggap sebagai hadiah karena kamu sudah memberikanku cinta yang begitu besar. Karena jika bukan cinta dari fans sepertimu aku bukanlah siapa-siapa. Bukan begitu?" Renjun tersenyum lembut seraya menggenggam tangan Hime.

"Renjunie, terima kasih."

Hime mendekatkan wajahnya lalu menangkup pipi Renjun. Matanya perlahan menutup ketika bibirnya mengecup bibir Renjun. Hanya kecupan dan itu berhasil membuat Renjun berdebar. Rasanya manis bahkan lebih manis ketika perlahan Hime menggerakkan bibirnya diatas bibir Renjun. Tangan Hime beralih merangkul leher Renjun.

Ini benar-benar diluar kendali Renjun. Persetan dengan gengsinya yang dulu setinggi langit. Meskipun menahannya Renjun tidak mungkin sanggup. Jadi biarkan Renjun membalas ciuman yang terasa memabukan ini.

Renjun menutup matanya lalu mulai menggerakkan bibirnya. Tangannya yang semula terjuntai disisi tubuhnya kini naik perlahan mengelus lembut punggung Hime yang terasa dingin karena gaunnya yang terbuka. Lalu Renjun menarik lembut pinggang Hime hingga kini tidak ada lagi jarak diantara mereka. Hime kesulitan mengambil oksigen ketika Renjun semakin memperdalam ciumannya. Menyadari hal itu Renjun melepaskan ciumannya. Kini ciumannya beralih ke rahang Hime turun kelehernya. Membuat gadis itu terkesiap.

"Ren-mphf,” Renjun kembali mencium bibir Hime membuat gadis itu kembali menutup matanya. Renjun sudah membuatnya lupa diri. Wah, Ini benar-benar tujuh huruf satu kata untuknya. JACKPOT.

——

Jeno | Tears Are Falling [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang