Prequel : Idol Love Story P.2

72 9 0
                                    

Prequel From Tears Are Falling

Idol Love Story

Summary  :  ”Kamu. . . Terpesona padaku, eoh?”

”Apa dia benar-benar asistenku yang berkepang itu?” tanya Renjun pada penata make up yang kini tengah memoles bedak dipipinya.

“Ya, Jun.”

”Bagaimana bisa?” Renjun masih memandangi objek yang duduk tidak jauh darinya dengan tidak percaya. Minni—si penata rias—mengikuti arah pandang Renjun lalu mendesah panjang.

”Karena cuma dia yang mirip bentuk tubuhnya dengan Yeon Eonni.”

Flashback

”Apa? Yeon kena usus buntu?” teriak sutradara Seo membuat semua kru terkejut.

“Ya, tadi pagi saat akan pergi ke lokasi syuting perutnya tiba-tiba sakit dan saat di bawa kerumah sakit Yeon-”

”Cukup! Pokoknya aku tidak mau tahu kamu harus menemukan penggantinya dalam lima belas menit!” teriak sutradara Seo membuat semua melongo. Melihat reaksi para krunya yang nampak tolol membuat sutradara Seo melotot kesal.

”Yak! Kenapa diam? Cepat lakukan apa yang kusuruh!” teriakan marahnya membuat semua kru bergegas pergi mencari pengganti yang entah siapa.

Lima belas menit kemudian. . .

"Ck! Kamu terlalu pendek!”

”Pemeran wanitanya kan berambut panjang. Kenapa kamu bawa yang rambutnya pendek!"

”Terlalu kurus!”

”Gendut!”

Dan semua kandidat yang dibawa ditolak mentah-mentah oleh sutradara Seo. Pria jangkung itu melepas topi yang selalu dipakainya lalu mengacak rambutnya frustasi.

"Permisi Paman Seo, aku asistennya Renjun. Dia bilang padaku bahwa Renjun agak terlambat datang katanya ada urusan sedikit,” Hime mengulas senyum kaku saat sutradara Seo menatapnya tajam.

”Ini lagi menambah masalah saja. Bilang padanya ini untuk terakhir kali, mengerti?!”

Hime mengangguk lalu segera menyingkir dari sana daripada kena sembur lagi. Sutradara Seo masih melihat Hime yang berbalik pergi, pandangannya tertumbuk pada paha dan kaki gadis itu yang hanya memakai legging. Jenjang! Batinnya dan sebuah ide muncul dikepalanya.

"Hei, tunggu!” sutradara Seo menghampiri Hime yang membalikkan tubuhnya kaku.

”Y—ya?” Hime terlihat ketakutan.

"Kamu. . .” sutradara Seo menatap Hime dari atas kebawah dengan intens membuat gadis itu semakin takut. Pria itu menyunggingkam senyum miring.

”Putar badanmu!” perintahnya kemudian.

“Ya?” belum sempat Hime bertanya lagi, sutradara Seo sudah lebih dulu memutar badannya.

"Ok! Make over!” ucapnya kemudian membuat mata Hime melotot.

Flashback end

Renjun mengangguk paham setelah mendengar penjelasan dari Minni.

Ok, semua siap-siap untuk last scene!” teriak salah satu kru.

Renjun merapikan kembali jasnya lalu beranjak dari duduknya. Pria itu hendak menghampiri asistennya yang nampak gugup karena sebentar lagi syuting. Tapi langkahnya terhenti saat sutradara Seo menghampiri gadis itu lebih dulu. Renjun berbalik arah mengurungkan niat awalnya.

”Jangan gugup! Kami cuma mengambil gambar belakangmu saja. Setelah itu selesai.”

“Ya, paman. Eum. . Apa aku boleh tanya?” Hime menggigit bibirnya.

”Tentu."

”Apa nanti ada adegan berciuman?” Hime sontak menundukkan kepalanya malu dengan pertanyaannya sendiri.

”Tenang saja. Tidak akan ada adegan itu. Aku tahu kamu belum berpengalaman soal itu hehehe,” sutradara Seo menepuk bahu Hime sambil terkekeh pelan.

'Ugh, bukan itu maksudku. Aku malah menantikan adegan itu,' Geram Hime dalam hati.

In Drama  :  Last Take

Renjun memandang lekat gadis dihadapannya. Perlahan tangannya mengelus rambut hitam yang dibiarkan terurai, begitu halus dijari-jari lentiknya.

Chagiya, kita memang harus berpisah. Untuk apa kebersamaan jika hanya sakit yang kita rasakan. Aku mohon kamu mengerti.”

”Tidak! Aku tidak mau kita berpisah. Aku terlalu mencintaimu,” Hime memeluk Renjun erat takut kehilangan pria itu. Renjun menggeleng lalu melepaskan pelukan gadisnya dengan terpaksa. Hime memandang Renjun sedih.

”Kalau begitu ijinkan aku menciummu untuk terakhir kalinya,” bisik gadis itu yang masih bisa didengar Renjun. Pria itu nampak mengerutkan alisnya.

'Apa memang ada di skenario?' Batinnya ragu.

Salahkan Renjun yang tadi buru-buru ke lokasi syuting dan tidak sempat membaca skenario secara teliti.

”Bisakah?”

Manik kelam Hime menatapnya dalam membuat Renjun seakan terhisap kedalamnya. Ditambah rambut hitam panjang yang membingkai wajah mungil Hime nampak pas dengan bibir kecil penuh yang terlihat sexy karena polesan lipstick merah.

Renjun menelan salivanya gugup lalu mengangguk. Tanpa ragu Hime menempelkan bibirnya seraya menutup mata lalu melumat bibir tipis Renjun lembut. Hanya beberapa kali lumatan dan Hime melepaskannya. Kru dan sutradara Seo yang menyaksikan hanya melongo. Benar-benar diluar skenario. Sutradara Seo mengangkat bahunya acuh. Tidak masalah, yang penting hasilnya bagus.

Ok! Cut!” teriak sutradara Seo kemudian membuat Renjun tersadar. Kini pria itu mendapati seringaian gadis didepannya.

”Renjun-ssi."

”Y—ya?”

”Kamu. . . Terpesona padaku, eoh?” setelah mengatakan hal itu tanpa beban Hime berbalik pergi meninggalkan Renjun yang speechless.

'Ugh, memalukan!' Rutuk Renjun dalam hati.



Jeno | Tears Are Falling [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang