Part : 7

118 16 0
                                    

Ketika aku diam – diam memperhatikanmu
Aku ingat semua hari yang tidak terhitung itu. . .

Aku semakin terpesona olehmu
Bahkan rasa sakitmu, aku juga merasakannya
Kata – kata yang tidak sanggup aku katakan. . .

Ketika kamu menangis, aku akan memelukmu
Meskipun tangismu karena lelaki itu. . .

Aku sangat mencintaimu - One Confesion, Cho Kyuhyun

___

"Ada apa Presdir memanggil saya?" Tanya Mark ketika dirinya berada dihadapan Presdir Lee.

"Aku bukan orang yang suka berbasa-basi jadi langsung keintinya saja. Buatlah surat pengunduran dirimu sesegera mungkin. Karena aku ingin mulai besok kamu keluar dari perusahaan ini," melihat gelagat Mark yang nampak tenang Jeno mendesis pelan.

“Ya, saya mengerti, Presdir. Secepatnya saya akan mengajukan surat pengunduran diri," Mark menjawab tenang. Tidak ada emosi dalam suaranya. Oh tentu saja Mark sudah akan memperkirakannya bahwa Jeno akan memecatnya cepat atau lambat. Dan Mark sudah mempersiapkan diri dari awal Jeno kembali ke perusahaan ini.

"Kamu boleh keluar," ketus Jeno. Sebelum keluar Mark membungkukan tubuhnya sopan.

"Sopan sekali," cibir Jeno.

Sore harinya seperti yang dikatakan Jeno, Mark sudah meletakan surat pengunduran dirinya diatas meja pria itu. Tapi sayangnya Jeno sudah meninggalkan kantor. Padahal Mark ingin berterima kasih dan mengucapkan salam pada presdirnya itu. Mark mengambil bingkai foto yang terletak diatas meja kerja Jeno. Sebuah senyum tersungging dibibirnya kala melihat sosok Hime ada disana.

"Masih menyimpannya, eoh?" Ejek Mark kemudian.

Mark melepaskan poto itu dari bingkainya. Kemudian menyobeknya menjadi dua bagian.

"Hime-ya, maafkan aku. Aku harus memisahkanmu lagi dengan suamimu tercinta, Lee Jeno," Mark menyobek poto Jeno menjadi potongan-potongan kecil lalu menaburkannya dimeja. Sedangkan poto Hime dimasukkan kedalam saku jasnya.

Mark tahu sangat tahu bahwa perasaannya ini salah. Tidak seharusnya dia terjebak dalam perasaan cintanya pada seorang wanita dari pria yang sangat dibencinya. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Niat awal dia hanya ingin bermain-main dengan perasaan itu tapi pada kenyataannya dia terjebak sendiri. Dan pada kenyataannya juga hanya dia seorang yang memiliki perasaan itu.

Tidak dengan Hime. Mark bisa menjadikan Hime sebagai miliknya. Hanya dalam status tidak dengan hatinya. Bahkan dari dulu hingga sekarang perasaan Hime tidak akan pernah berubah. Hanya Jeno yang dikasihinya.

"Ingatlah oppa. Jangan pernah berharap aku akan memberikan cintaku pada pria lain. Karena sampai kapanpun hanya Jeno pria yang akan selalu mengisi hatiku,"

"Jadi maksudmu anak yang kamu kandung adalah sebuah kesalahan?" Tanya Mark sarkastik. Hime menggeleng lemah sembari menundukan kepalanya.

Hari itu adalah hari pernikahan mereka. Tidak ada senyum bahagia dibibir Hime. Mark tahu pernikahan mereka hanya sebuah keterpaksaan Hime karena anak yang dikandungnya.

Dan setelah itu setiap hari Mark merasa seperti tinggal serumah dengan orang asing. Tidak ada lagi kalimat hangat yang terucap dari bibir Hime. Rasanya begitu menyakitkan. Apakah seperti ini yang dirasakan adiknya dulu? Tak diperdulikan sama sekali.

Lalu semuanya berlalu begitu cepat. Tae Oh lahir dan suasana sedikit mencair. Hime jarang menunjukan sikap dinginnya pada Mark. Dan perlahan pria itu mendapatkan kembali Hime yang dulu. Tapi kemudian Jeno muncul. Seperti menjungkir balikan dunia Mark kembali. Menyadarkan pria itu bahwa memang hanya Jeno pria satu-satunya bagi Hime.

Jeno | Tears Are Falling [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang