Summary : "Tidak salahkan jika aku juga mengajukan syarat. Adil kan?"
All story is Jeno's side
Agak vulgar
( ◜‿◝ )♡
—
Selamat malam.
Semoga menjadi malam yang indah untuk kalian hari ini. Bukankah aku baik? Ya terima kasih aku memang baik karena repot-repot mau mendoakan malam yang baik untuk kalian meskipun kita tak saling mengenal satu sama lain. Pria tampan memang harus punya sifat baik kan? Tetapi pria baik ini nasibnya tak selalu baik juga. Bahkan terlalu miris jika sudah dikaitkan dengan masalah percintaan.
Baiklah seperti yang kalian ketahui aku sudah menikah kurang lebih tiga bulan dengan seorang gadis aneh yang sekarang bukan gadis lagi bernama Hime. Well, maafkan jika aku menyebutnya gadis aneh. Oh ya dia bukan gadis lagi. Jadi bukan tanpa alasan jika aku menyebutnya gadis aneh. Iya aku tahu dia bukan gadis lagi. Ck. Okay sebut saja wanita aneh.
Tetapi meskipun aneh aku tetap mencintainya. Ya, aku mencintainya. Sangat malah. Tetapi kalian harus menjadikannya sebagai rahasia eoh? Kalau dia sampai tahu jika aku sangat mencintainya. Maka dipastikan wanita itu akan mem—bully—ku habis-habisan. Jadi kumohon agar kalian diam saja.
Tiga bulan lebih sudah kami menikah dan perkiraanku adalah kami jarang sekali melakukan hal-hal romantis sebagai sepasang suami istri pada umumnya. Terkadang ingin sekali aku melakukannya. Ya melakukan hal romantis seperti candle light dinner, memberinya beberapa gaun atau hal yang berbau romantis seperti yang sering terjadi di drama-drama picisan kesukaan istriku itu.
Namun wanita itu selalu menggagalkannya. Dia selalu bersikap acuh atau terkadang terlalu bodoh hanya untuk menyadari keromantisan yang aku lakukan. Okay aku akui jika ia memang bodoh sewaktu jaman sekolah dulu. Tetapi bukankah kebanyakan wanita selalu cepat mengerti akan hal-hal yang berbau romantis. Ataukan dia ini bukan wanita? Ya jawaban yang masuk akal adalah bahwa Hime bukanlah seorang wanita tulen.
Eh, tunggu!
Kalau soal wanita tulen sih dia memang wanita. Ya, wanita yang benar-benar wanita. Maksudku. . Ehem! Dia punya dua buah gunung kembar yang montok. Aku akui itu. Dia punya dada yang lumayan besar dan sangat pas di kedua telapak tanganku. Lalu dia punya bibir kecil penuh sewarna merah cherry yang selalu menggoda untuk kukecup. Dia juga punya bokong yang seksi. Tak kalah dengan girlband-girlband diluar sana.
Aku paling suka jika ia menggunakan celana pendek ketat yang memperlihatkan lekukan pinggul dan bokongnya. Dan dia punya kulit mulus dan eksotis. Menambah kesan seksi dan terlihat menggoda jika ia tak mengenakan apapun diatasku*eh.
Tetapi dari semua tubuhnya yang selalu menggoda imanku, aku yang sebagai suaminya ini tak bisa menikmatinya setiap hari. Okay jangan anggap aku pria mesum. Wajar kan jika aku menikmati keindahan tubuh istriku sendiri. Itu adalah hakku dan seharusnya Hime memberikan tanggung jawabnya sebagai istri untuk melayani suaminya.
Tapi apa?!
Dia bahkan memberikan jadwal kapan kami harus melakukan 'permainan sepak bola menyenangkan dimalam hari'. Kalian tahulah apa yang bertanda kutip itu. Sesuatu hal yang dilakukan suami dan istri dimalam hari. Singkatnya 'olahraga malam'. Mengerti kan?
Semua ini berawal dari saran dokter kandungan tempat biasanya Hime check up kesehatannya. Well, kami memang secara rutin konsultasi pada dokter kandungan dua bulan terakhir ini karena kami ingin segera punya momongan. Tetapi hasilnya apa? Aku malah menjadi pihak yang dirugikan disini. Ini semua pasti karena bujukan Dokter bermarga Lee itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeno | Tears Are Falling [COMPLETED]
Fanfiction[PG+16] | Completed "Sampai napas terakhir, aku selalu mencintaimu," Jeno Lee :: Part sudah lengkap :: Don't be silent readers