7 Days With You: Part 1

1K 108 18
                                    

Chapter ini adalah kelanjutan dari oneshot berjudul "Kuda". Saya rasa jika kalian tidak membaca "Kuda" maka tidak akan menjadi masalah. Kalian tidak akan kebingungan walau tidak membaca chapter tersebut.

Karena total ada 10k kata, maka saya membaginya menjadi dua part. Selamat membaca.

Akan sangat nenyenangkan membaca komentar dari kalian. Jika berkenan, tinggalkan komentar kalian ya ^^

.

Jaeho tersenyum senang mendapati langkah kesal cucunya dan sosok pria jangkung yang mengikuti dari belakang. Di atas meja makan utama, sudah disiapkan berbagai hidangan beraroma lezat. Jeongin memilih bangku terdekat di sisi Jaeho. Raut wajahnya kusut, pertanda sedang kesal. Hyunjin menyusul dan duduk tanpa banyak kata tepat di kursi seberang meja.

 Hyunjin menyusul dan duduk tanpa banyak kata tepat di kursi seberang meja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yang Jeongin

Sayangnya, menu siang ini bukanlah santapan khas orang Korea Selatan. Melainkan Foie Gras, salah satu santapan kaum borjuis Eropa Timur. Entah ide dari mana Jaeho menginginkan menu asing tersebut menjadi hidangan utama pembuka.

"Tuan Jaeho, terima kasih sudah mengajakku untuk makan siang bersama hari ini." Senyum sopan terpantri pada salah satu pahatan sempurna Tuhan; Hwang Hyunjin. Tentu tata krama baik barusan disambut dengan senyum Jaeho yang berwibawa. Berbeda dengan senyum terpaksa yang ia beri tatkala melihat Jeongin diantar pulang oleh satu alumni sekolahnya yang bermarga Choi.

Sampai detik ini, Jaeho masih tidak senang atas status Choi Soobin sebagai teman dekat sang cucu satu-satunya. Mungkin kalau tahu bahwa pemuda itu pernah mencuri satu ciuman di bibir Jeongin yang masih duduk di bangku kelas satu SMA waktu itu, Jaeho pasti sudah memindahkan sang cucu ke sekolah lain.

Jika betulan tahu, kemungkinan besar keriput Jaeho bertambah sembilan garis di atas dahi, mengerut-ngerut tersulut emosi.

"Tidak perlu sungkan." Mata sipit Jaeho melirik Jeongin penuh sayang, "Jeongin lebih senang jika makan siang tidak hanya bersama diriku saja."

Jeongin buang muka lalu berbisik; "Siapa bilang."

"Apalagi jika bersama dirimu." Sambil memotong hati angsa dengan pisau makan, tawa renyah Jaeho terdengar sama tajamnya. "Jeongin selalu memintaku untuk mengundangmu makan bersama seperti ini, Hyunjin."

Potongan hati yang sudah melewati tenggorokan hampir Jeongin muntahkan, menyodok perih tenggorokkan. Air mata sebesar biji jagung lantas muncul di ekor mata. Dada ditepuk-tepuk seraya meraih segelas air putih.

"Ah, maaf telah membocorkan rahasiamu, cucuku." Jeongin semakin terbatuk nahas di sisinya. Cuek, Jaeho mengambil tisu dan menepuk halus sudut bibir penuh tata krama. "Begitulah, Hyunjin. Dia jadi salah tingkah setelah diekspos terbuka seperti itu."

Scenario (s)Where stories live. Discover now