C H A P T E R 3

12 5 1
                                        

Malam ini,di sebuah apartemen minimalis yang dingin,suasana sunyi nampak semakin membuat pelik gadis berumur 20 tahun itu,ruangan yang kedap suara sudah sangat cukup untuk membuatnya melepas segala seluk beluk luka pada raga nya,

Sebelum semua ini terjadi,ia tak ingin melihatnya hilang,ia ingin kembali bersamanya,memberikan seluruh harapan itu pada laki-laki itu.

Tapi tidak untuk saat ini,sesuatu yang hilang itu sangat memuakkan,ia harap,hal itu tidak hanya hilang,tapi dapat melumpuhkan pikiran nan hatinya akan kenangan pahitnya.

Hana sangat ingin melupakan Deva, begitupun dengan semua goresan tinta itu, ia tak sanggup mengingat nya lagi.

Namun,memang semudah itu?
Apakah segampang membalikkan kedua tangan?!

Seandainya manusia bisa memilih,mungkin Hana lebih baik tak pernah mengenal bahkan menemui laki-laki itu.

Dadanya sesak,ia terduduk memeluk lututnya yang amat dingin,berusaha menenangkan hatinya yang amat panas,

"Sakit Dev!"

Hana bahkan sudah memikirkan untuk pulang kembali ke asalnya,ia ingin pergi menenangkan diri yang mungkin dapat menghilangkan Deva sedikit demi sedikit.

🌼🌼🌼

12 November 2019,

Selamat menempuh hidup baru dev,Hana memilih untuk pulang,
tapi ingat!
Kepayahan ku akan sakit ini perlahan juga akan hilang,
Jangan merasa bersalah,
Eh,mungkin kata itu tak pantas ku ucapkan,
Yang seharusnya merasa bersalah adalah Hana,
Yang udah menaruh rasa sembarangan pada seseorang yang mungkin iseng membuat Hana jatuh seperti ini.

Kertas itu,mungkin akan menjadi jejak terakhir Hana di negeri ini.
Jejak terakhir,terpahit,
terbodoh yang selalu akan Hana sesali.

Di lain tempat,Seorang laki-laki dengan kemeja putih serta celana hitam panjang nya sedang berdiri di sebalik jendela,menatap sesaknya gedung-gedung yang berlapis-lapis,lampu yang merekah-rekah.

"Dev!"

Seseorang di sebalik pintu kamar nya itu menarik perhatian laki-laki itu.

"Ngapain kamu masuk kamar saya?"

Laki-laki yang bernama Deva itu menunjukkan jari telunjuknya ke arah pintu kamar."PERGI!"

"Kan sebentar lagi kita akan menjadi couple Dev,boleh lah aku masuk kamar calon suami sendiri"

Perempuan itu mendekati Deva,memeluk lengan nya,serta menggelayut di sana,

"Ayolah Dev!"

Rengek perempuan itu.

"lepas"

Ucap Deva dingin,

"Emmm enggak"

Perempuan itu malah semakin memperkuat cengkeraman di lengan Deva.

"SAYA TIDAK MENCINTAI KAMU JENIFER!JADI STOP GANGGU SAYA!"

Deva melepas keras lengannya dari cengkeraman perempuan yang di panggil Jenifer itu.

"Awww...."

Jenifer tersentak kebelakang,
tubuhnya mengenai salah satu meja di kamar tersebut.

"Dev,"

Ia memegangi perutnya,"kamu tau,di dalem sini ada anak kamu Dev!"

Jenifer perlahan berdiri dan menghampiri Deva lagi,ia memegang pundak Deva,berusaha memalingkan muka Deva ke arahnya agar bisa menatap laki-laki di depannya itu dengan leluasa.

"Deva,nikahin aku sekarang,gimana bisa aku hidupin bayi kamu sendiri?"

Jenifer menatap mata Deva dengan tatapan sayunya,

Sedangkan Deva masih tidak dapat mengalihkan pandangannya ke arah perempuan di hadapannya itu,
Ia sangat muak,

"PULANG!"

ucap Deva penuh penekanan,ia melepas tangan Jenifer yang sempat menangkup pipinya.

"Nggak mau Dev!"
Jawab Jenifer kukuh.

Deva mengusap wajahnya kasar,ia mengambil kunci mobil yang ada di meja kamarnya,lalu berlalu pergi meninggalkan Jenifer yang masih mematung tak percaya dengan perlakuan Deva padanya.

"Awas Hana!ini semua gara-gara kamu!"

Ia mengambil tas nya yang tergeletak di lantai.mengambil ponsel nya,lalu menelfon seseorang di sebrang sana.

"Temui saya besok di apartemen saya!

VA & NATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang