CHAPTER 1

8 3 0
                                    

Kring...kring ..kring..

Bunyi jam weker dimeja kamar tidur itu membangunkan seorang insan yang bahkan tak sadar jikalau dirinya ketiduran semalaman dan melupakan sesuatu yang teramat penting.

"Astaghfirullah,pesawat"
Hana terlonjak kaget sambil memegangi dadanya yang berdegup kencang.Hana mengarahkan kepalanya ke arah atap apartemen nya,ia melihat Deva pada kepalanya yang mendadak pusing,

"Deva!"

Dalam hitungan detik, tubuhnya langsung berpindah dari tempat tidur ke meja rias nya untuk mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di sana.

Ia menscrolling layar ponsel dan mencari nama Deva.

Tut ..Tut...Tut..

"Hana"
Terdengar suara Deva di seberang sana,
"Deva!kamu...kamu nggakpapa?kamu dimana?"
Nafas Hana memburu,ia tak sabar ingin mendengar suara Deva dan berkata bahwa dia baik-baik saja.

"Hana...boleh ketemu?"
Bukan itu yang Hana minta,ia hanya ingin memastikan bahwa Deva baik-baik saja dan kembali mengurus perjalanannya untuk pulang.

Namun lisannya berkata lain,Hana menggigit bibirnya bergantian."oke kita ketemu,dimana?"

Tidak ada jawaban,

"Dev ..Deva..."

"Deva masih di ganggu Jenifer?"
Nafas Hana kembali memburu,ia teringat akan kejadian semalam.

"Deva...."
Teriak Hana histeris.

Masih tidak ada jawaban.

"Hana ...jangan pernah keluar apartemen ya"
Ucap Deva pelan,Hana semakin di buat bingung oleh keadaan.

"Hana tanya gimana keadaan kamu Deva?tolong jawab Hana dan jangan buat Hana khawatir"

Tut...Tut...Tut..

Panggilan nya berakhir,Hana mendesah frustasi,ia kembali menelfon Deva,kakinya berjalan kesana-kemari menunggu jawaban dari Deva.

Namun samar-samar ia mendengar suara ponsel yang berdering dan tempatnya terdengar sangat dekat.
Ia melangkahkan kakinya menuju pintu apartemen,dan benar suara itu datang dari arah depan pintunya.

Ia memegangi kenop pintu apartemen dan hendak membukanya,sebelum benar-benar membuka pintu tersebut,ia ingat akan perkataan Deva seperkian detik yang lalu, setelahnya ia mengurungkan niatnya dan memilih untuk memanggil Deva lagi,tak ada jawaban,hanya dering ponsel saja yang berbunyi di depan apartemen nya,lalu ia mematikan panggilan itu,dan seketika dering telfon di depan apartemen nya hilang.

"DEVA!!!"
Tanpa berfikir panjang,Hana pun dengan kilat membuka pintu apartemen nya.
Matanya membulat,Hana sangat terkejut dengan pemandangan di depan nya,

"De...Dev..Deva.."
Hana memundurkan langkah.kedua tangan nya ia tangkupkan pada wajah nya.

"Tidak... tidak..tidak...Deva!"
Teriak Hana lalu menghampiri tubuh Deva yang tergeletak lemas pada lantai teras apartemen nya itu.nampak wajah Deva yang penuh lebam,tangan nya penuh goresan luka, rambutnya acak-acakan.

Hana meletakkan tubuh Deva pada pangkuan nya,
"Deva...Deva...bangun"
Hiks...hiks..

Hana mengusap kepala Deva,matanya tak sanggup melihat wajah laki-laki yang ada di pangkuan nya itu  menjadi seperti ini.
Diambilnya tangan Deva yang juga di penuhi luka,
Hana menggenggam tangan itu erat,entah mengapa ia dulu memiliki niatan untuk jauh-jauh dari Deva padahal hatinya sendiri sangat sesak dan tak tahan memendam rindunya yang bahkan baru beberapa hari tidak bertemu dengan laki-laki yang kini ada di dekapan nya.

"Deva....Deva..bangun"
Hana mengguncang kan tubuh Deva, berharap Deva bangun dan memusnahkan persepsi tak karuannya tentang keadaan Deva.

"ashh...sakit Hana,jangan terlalu erat meluknya"

Deg...




VA & NATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang