Mr.Olyver melihat wajah Cal sepucat mayat dan bahu kecil itu bergetar ketakutan. Ia merasa ada sesuatu di sini, apalagi saat muridnya meminta bantuan melalui burung pengantar surat. Bukan suatu masalah saat seorang murid meminta bantuan, tetapi Cal bukan tipe anak yang meminta pertolongan secara mendadak. “Jangan berpikir jelek, Cal. Kita tidak tahu efek yang dihasilkan racun itu sama atau tida dengan—“
“Efek itu sama seperti yang ibuku rasakan.” Napasnya memburu. “Tertulis di buku ramuan jika pengguna racun xaxcorl merasakan sakit kepala, kemudian mati secara perlahan.”
Angin berembus pelan, menerbangkan dedaunan. Mr. Olyver berjalan menuju jendela, mengamati para murid yang mulai berdatangan. Ia mengenali orang tua Cal, tidak akrab memang. Namun, Mr. dan Mrs. Talavir begitu baik saat ia membutuhkan pertolongan. Mungkin ini adalah waktunya membalas kebaikan orang lain.
Sementara, Cal tertunduk dalam. Ingatan mengenai penawar racun xaxcorl berada di tempat tergelap di Fairland. Ia tidak yakin jika murid sepertinya bebas keluar-masuk tanpa alasan yang kuat. Namun, semua itu tak seberapa. Penawar sebenarnya berupa air mata Pii. Cal makin berpikir tak karuan, emosi telah menelan akal sehat.
Mr. Olyver memegang puncak kepala Cal. Kali ini ia akan membantu, meski tidak tahu berhasil atau tidak. Setidaknya mencoba lebih baik daripada berdiam diri menunggu kematian seseorang diumumkan. Sedikit merepotkan untuk mendapatkan penawar, tetapi Olyver akan beruaha untuk muridnya. “Kita akan berusaha menyelamatkan nyawa ibumu. Jangan mengikuti emosi yang menyesatkan pikiran.”
“Bagaimana caranya? Penawar itu ….”
Bahkan Cal saja kehilangan kata-katanya hanya sekadar mendeskripsikan tempat penawar. Sementara, Mr. Olyver mengucapkan selarik mantra sembari menepuk kepala Cal. Cahaya hijau muda berpendar, kemudian memasuki tubuh remaja itu. “Emosi selalu membawamu pada keadaan tak terduga. Pikiran negatif serta bisikan tak kasat mata seolah penujuk. Padahal semua itu hanya membawamu tersesat.”
“Gunakan akal sehatmu untuk bisa berpikir tenang, atau tujuanmu hanya ilusi semata, Cal,” lanjut Mr. Olyver. “Kau tunggu di sini. Buatlah emosimu mereda atau kugunakan jalan kecil agar kau berpikir normal kembali.”
Cal masih tidak mengerti perkataan Mr. Olyver. Pria itu mengatakan pesan tersirat, begitu dalam. Namun, ia masih tak tahu arah mana yang harus dilewati. Cal hanya seorang murid, bukan hal mudah baginya memasuki wilayah penawar. Sementara, tempat itu dijaga ketat oleh penjaga.
Cahaya hijau menghiasi ruang ramuan, hewan kecil seperti lebah berkeliaran sambil bernyanyi dan menari. Aroma musim semi menyapa indra penciuman, seolah membawanya dalam mimpi indah. Burung kecil masuk melalui jendela, kemudian bertengger di bahu Cal. Secara tak sadar, emosinya turun karena keindahan ini. Kau membuat semua ini, Mr. Olyver?
Suara entakan sepatu terdengar sampai ke ruang ramuan, tak lama pintu terbuka. Di sana, Mr. Olyber membawa selembar kertas berisi tanda tangan kepala sekolah Fair Academy. Pria itu menciptakan suasana musim semi agar anak muridnya berhenti memikirkan hal negatif.
“Kau bisa memasuki wilayah penawar racun—Vozer Dark menggunakan surat ini.”
Cal mengambil surat tersebut. “Ini … Bagaimana bisa?”
Mr. Olyver bersedekap, bersikap seolah memenangkan penghargaan. Mudah baginya meminta tanda tangan kepala sekola, apalagi alasannya cukup kuat. Selembar kertas itu berisi surat izin untuk mengambil penawar racun, yaitu air mata Pii. Namun, ia meminta agar tujuan surat itu adalah mencari air mata Pii untuk penelitian di ruang ramuan. Bukan tujuan menyelamatkan seseorang.
“Kau bisa datang tanpa diriku. Penjaga akan percaya pada surat itu, sehingga mudah untuk masuk.” Ia berdecak, “Namun, bagian sulitnya adalah mencari Pii. Seekor anak naga yang sulit terdeteksi, seperti ditelan bumi.”
Cal meneteskan air mata, ia bersipuh di depan Mr. Olyver. “Terima kasih, Mr. Olyver!”
“E-eh! Apa yang kau lakukan!”
☠☠☠
Ikatan batin memang kuat, perlu keahlian tinggi untuk berbohong. Tingkah serta ucapan harus selaras, jika tidak ingin dicurigai. Setelah mendapat surat izin dari Mr. Olyver, Cal tidak langsung pergi menuju Vozer Dark. Ia mencari waktu yang tepat agar Thea maupun Drake tidak curiga.
Selama tiga hari berturut-turut, Cal berlatih kekuatannya. Thea bahkan protes saat ia pulang terlalu larut hanya untuk belajar di Academy. Gadis itu tidak tahu tujuannya berlatih hingga matahari terbenam. Bukan hanya kekuatan air saja yang ia tingkatkan, melainkan penggunaan senjata.
Bahaya selalu menanti, di mana pun. Cal tidak bisa bersantai tanpa memperkuat elemen air serta fisiknya. Vozer Dark terkenal dengan bahaya tak terduga, kalau ia diserang tanpa melakukan pembalasan, kepulangan Cal hanya tinggal nama.
Mr. Olyver juga meminta pada Mr. Carl untuk melatih kemampuan fisik. Cal menggunakan senjata pedang laras panjang. Tangannya sudah penuh oleh luka akibat kalah bertarung dengan Mr. Carl. Beruntung pakaian Academy mampu menutupi semua luka tersebut.
“Kau menggunakan pakaian panjang lagi?” Thea mengunjungi kembarannya. “Hari ini terasa panas, Academy tidak melarang menggunakan pakaian lengan pendek asalkan sopan. Kau ini kenapa?”
Cal mengembuskan napas, pertanyaan Thea begitu menyeramkan. Sebaik mungkin ia tersenyum dan menjawab dengan tenang. “Apakah salah menggunakan pakaian lengan panjang?”
“Tidak. Hanya saja … Tidak biasanya kau seperti itu,” komentar Thea.
Kembarannya hanya tersenyum tipis. Akhir-akhir ini Cal suka sekali pulang larut, ia jadi pergi-pulang sendiri tanpa teman. Thea sebenarnya mendukung alasan Cal pulang telat, yaitu belajar. Namun, ia juga kesepian. Cal, kau tidak sedang menyembunyikan sesuatu, kan?
Thea memasukkan kotak bekal untuk Cal. Ia sudah membuat dua macam sandwich berbeda rasa. Rasa pertama menggunakan banyak sayuran. Thea agak memaksa kembarannya untuk makan sayur. Kedua, sayuran lebih sedikit, tetapi terdapat potongan daging di dalamnya. Ia tak mau jika Cal terlalu fokus belajar hingga lupa mengisi perut.
“Kau memasukkan apa di tasku?” tanya Cal bingung.
Thea merapikan dasi Cal. “Hanya makan siang dan malam. Jangan melupakan jadwal makanmu, Cal.”
“Kau ini, terima kasih.”
Gadis itu menggoyangkan rambutnya, kode untuk dibuatkan kepang. Sementara, Cal menyuruh kembarannya duduk di depan cermin. Ia mulai mengepang rambut merah Thea. Meski Cal laki-laki, ia terbiasa mengurus rambut panjang Thea. Cal juga memberi aksesoris bunga di tiap kepang tersebut agar terlihat manis. Setidaknya simple dan tidak berlebihan.
“Nah, sudah!”
Thea melihat rambutnya di cermin seperti taman bunga. Meski begitu ia suka, tidak berlebihan. “Terima kasih, Cal.”
Cal mengangguk. “Sebaiknya kita berangkat sebelum terlambat. Ayo!”
Keduanya berjalan menuju halaman. Hari ini mereka akan melakukan taruhan, yaitu terbang menuju Academy. Cal sudah menyiapkan ramuan penambah energi apabila energi keduanya habis sesampainya di sekolah. Kembar Talavir mulai menumbuhkan sayap peri, kemudian terbang saat hitungan ketiga.
Kau tidak perlu tahu masalah sebenarnya, Thea.
☠☠☠
KAMU SEDANG MEMBACA
[Journey to Escape Death] - [Fairland] [TAMAT]
FantasyCerita ini diikutsertakan dalam Arena Homebattle Anfight. ☠☠☠ Kematian menjadi garis akhir kehidupan. Warna-warni indah seketika menjadi hitam pekat, menyisakan ruang tanpa ujung. Berlari maupun berjalan, tak akan pernah sampai. Ketika dua manusia...