Keluarga Talavir sudah mengemasi semua barang, mereka berpamitan pada peri yang tinggal di satu batang rumah pohon. Para pekerja tetap di sini mengurus perkebunan, sedangkan keluarga Talavir pindah menuju pinggir kota. Kepala keluarga sudah lelah nampaknya menghadapi semua teror tak berdasar itu. Keselamatan keluarganya menjadi taruhan, ia tak mau terjadi sesuatu tak diinginkan.
Meski jarak ke rumah baru tidak begitu memakan waktu, tetapi para peri lain berbaik hati memberikan sejumlah hadiah sebagai tanda penduduk baru pinggir kota. Rumah baru keluarga Talavir berbentuk jamur, tidak besar atau kecil, intinya cukup untuk mereka tinggali. Halaman luas dapat ditanami bunga, serta pondok kecil untuk bersantai. Rumah dihias oleh Elwanda dan Thea seperti istana kerajaan menggunakan sulur tumbuhan dan berbagai macam bunga.
Kamar Thea dan Cal tetap di lantai dua, bersebelahan. Keduanya membuat pintu penghubung di dua ruangan tersebut, sehingga tak perlu ke luar kamar untuk mengunjungi ruangan sebelah. Sedangkan, Elwanda dan Drake memilih lantai satu. Rumah baru ini memiliki design mirip dengan tempat tinggal lama.
Thea menatap kamar miliknya, seluruh dinding berwarna hijau muda menyegarkan. Sulur tanaman seolah merambat di dinding sampai ke langit-langit, ditambah bunga khas Fairland yang menghiasi lampu kamar. Saat keadaan gelap, semua bunga akan terbang secara ajaib dan memunculkan warna pink susu.
“Sepertinya cukup.” Thea membuka buku panduan untuk mengendalikan kekuatan di halaman tertentu. Sejenak ia membaca sesaat memahami isinya. Sesekali Thea mencoba menggunakan kekuatannya, sesuai anjuran buku. Ia fokus terhadap sulur tanaman dan berharap akan merambat sesuai keinginan.Terdengar decakan serta gerutuan saat Thea gagal menciptakan sulur dan mengerakkannya. Ia pun merebahkan diri di kasur hijau, pandangannya ke arah langit-langit kamar sembari menatap tangan. Tanpa sadar, sulur tanaman muncul lantas membentuk cahaya kehijauan. Tak lama, sulur tersebut merambat menuju dinding. “Astaga!”
Thea tersadar telah melakukan lonjakan besar, mata bulat itu mengerjap tiga kali. Masih pada tahap tak percaya bahwa ia mengendalikan sulur. Ia meletakkan buku di meja, kemudian mencoba lagi. Setelah tiga menit terlewat, akar pohon muncul dari tangan membentuk spiral yang hampir menyentuh lampu penerang. Thea segera menghentikan kekuatannya sebelum merusak barang-barang kamar.
Senyum gadis itu mengembang sempurna, perasaan senang membuncah seperti ledakan bom di laut. Di otaknya, Cal harus tahu kemajuan dalam kemampuan Thea. Tak melewati pintu utama, ia menggunakan pintu penghubung. Masuklah ia ke kamar kembarannya.
“Cal, kau tahu ….” Thea terkejut saat lelaki itu tergeletak di lantai jamur sembari memejamkan mata. ia pun mendekat, kemudian memegang dahi Cal. “Kau tidak demam. Lantas, kenapa?”
Tak ada sahutan sampai tiga menit berlalu, Thea pun mengambil sebuah mainan unik di meja kembarannya. Jam pasir, tetapi bukan pasir di dalamnya melainkan air. Cal memang suka bereksperimen, Thea saja dibuat tercengang dengan penemuan aneh atau berbeda milik lelaki itu.
“Kau sudah merapikan kamarmu?”
Cal membuat air dalam gelas melayang di udara membentuk lingkaran, kemudian pecah. Tetesan air sebelum mengenai bajunya, kembali menyatu menjadi bola air. Terus begitu sampai lima menit berlalu. Ia rindu kamar penuh warna biru laut, tetapi lupa cara menciptakan nuansa semacam itu. Maka dari itu, Cal berdiam diri sambil mengingat-ingat. “Bisa kau membantuku merapikan ruangan ini?”
“Hah?” Thea menatap Cal aneh. “Kau biasa melakukannya sendiri, kenapa sekarang minta bantuan? Kekuatanmu dapat diandalkan.”
Thea menghampiri tanaman kecil di jendela, ketika diperhatikan tumbuhan itu belum disiram hari ini. Mencoba mengingat materi yang telah ia pelajari, Thea fokus membuat kuncup bunga terbuka. Sihir hijau mengelilingi tanaman tersebut, menari-nari dan lama kelamaan terbuka. Masih mencoba, kelopak bunga mulai mekar, selang tiga menit bunga tersebut mekar sempurna.Cal memperhatikan kembarannya yang mencoba membangunkan bunga. Ia tak yakin Thea mampu melakukannya karena terakhir kali gadis itu membuat layu sebagian tanaman di perkebunan. Sejak saat itu Cal tahu kalau Thea berlatih diam-diam menggunakan bunga kecil. Namun, tiga menit berlalu, ia dibuat terpukau oleh kemampuan kembarannya yang sudah berkembang. “T-thea … kau!”
Gadis itu menoleh. Tersenyum pada Cal atas keberhasilannya. Mungkin terlihat sepele bagi orang lain, tetapi untuknya adalah kemajuan besar. Ia memang tak berbakat seperti orang lain, walau begitu Thea tak pernah berhenti berusaha. Elwanda selalu berkata jika usaha akan dibayar oleh hasil. Saat ini ia mendapatkannya.
“Seperti yang kau lihat. Usahaku membuahkan hasil,” kata Thea sembari tersenyum.
Cal bangkit lantas memeluk Thea. Rasa senangnya begitu besar karena gadis itu tersenyum dan mencapai keberhasilan. “Kau berhasil. Ayo, berlatih. Buat tanaman baru di halaman belakang untuk Ibu.”
“Ya, tentu saja, Cal.”
☠☠☠
Sebuah surat undangan dari Zurca sampai ke rumah Talavir. Kepindahan mereka telah diketahui, hanya segelintir orang saja yang mendapat kertas berharga tersebut. Suatu kehormatan mendapatkan undangan dari orang penting di Fairland. Tuan Talavir sudah menebak isi surat, ia tidak terkejut saat Zurca meminta anggota keluarganya datang menghadiri perayaan pengangkatan penguasa baru atau Festival Charvaley.
Seluruh peri akan membuat kota menjadi sangat indah dan terang. Persiapan dilakukan selama tiga hari penuh menjelang penobatan. Di hari keempat, seluruh peri akan berkumpul di halaman kastil menunggu serangkaian proses. Hal paling menyenangkan adalah mampu melihat perisai untuk melindungi kota yang dibuat oleh Zurca baru, kemudian para peri mendapat masing-masing satu keajaiban dari perisai tersebut.Setelah mendapat undangan, peri pekerja mulai sibuk menghias kota dan kastil. Penambang mulai mengeluarkan batu mulia untuk mahkota Zurca. Biasanya, tiap pemimpin memiliki mahkota berbeda saat kepemimpinannya. Nanti, benda itu melambangkan keinginan dari pemimpin untuk diwujudkan. Sehingga, para peri harus membantu dalam prosesnya.
Academy diliburkan, Cal dan Thea tiap pagi membantu mengumpulkan buah yang sudah masak, kemudian membawanya menuju pasar Fairland. Hasil kerja tersebut memberikan mereka sepuluh keping emas dalam sebulan. Cukup untuk dikumpulkan untuk membeli sesuatu tanpa meminta pada Elwanda atau Drake, meski kedua orang tuanya tetap memberi uang saku.
Hari ini, Thea dan Elwanda membeli gaun indah dari Fair Market untuk acara besok, tak terasa Festival Charvaley segera dirayakan. Sementara, Cal masih sibuk membantu peri air lainnya untuk membentuk patung Zurca di Greylore. Kejaiban, patung air tak akan hancur. Benda itu seperti dilapisi pelindung saat pengangkatan Zurca.
“Cal!” teriak Thea menghampiri saudarannya di Greylore atau laut di Fairland S.
Lelaki itu menoleh. “Kau sudah kembali? Di mana Ibu?”
“Ada di rumah, sebaiknya kau pulang karena besok adalah hari yang sibuk.”
Sejenak Cal memperhatikan peri lain yang masih membuat patung Zurca menggunakan media air. Ia sudah lelah, tetapi merasa tidak enak untuk kembali. Namun, kedatangan Thea menjadi alasan untuknya pulang. “Baiklah.”
Keesokan harinya, seluruh peri sibuk mempersiapkan acara. Intinya penobatan akan dilaksanakan pukul sepuluh tepat. Cal sudah menggunakan pakaian terbaik, bahkan duduk di ruang tengah bersama Drake. Entah bagaimana peri perempuan selalu berdandan lama. Mereka sudah menunggu hampir tiga puluh menit. “Ayah, apa Thea dan Ibu masih lama merias diri?”
Drake mengembuskan napas. “Tidak tahu.”
Kedua lelaki berbeda usia itu mengembuskan napas lelah menunggu para wanita selesai merias. Tak lama, terdengar langkah kaki dari tangga. Cal dan Drake menoleh, akhirnya penantian mereka berakhir dan bisa berangkat menuju kastil. Ketika melihat penampilan Thea dan Elwanda, kedua lelaki itu terkejut.
“Bagaimana penampilan kami?”
☠☠☠
KAMU SEDANG MEMBACA
[Journey to Escape Death] - [Fairland] [TAMAT]
FantasiCerita ini diikutsertakan dalam Arena Homebattle Anfight. ☠☠☠ Kematian menjadi garis akhir kehidupan. Warna-warni indah seketika menjadi hitam pekat, menyisakan ruang tanpa ujung. Berlari maupun berjalan, tak akan pernah sampai. Ketika dua manusia...