17. Da dan Di

8 3 0
                                    

“Ayah … apa maksudnya?”

Drake menatap Thea dan Cal. “Kalian akan memiliki Ibu baru.”

“Mengapa harus Sarra, Ayah?” Thea menatap Drake kecewa. Padahal tempat peristirahatan terakhir Elwanda baru saja diisi oleh jasad. Namun, pria itu sudah memikirkan untuk menikah lagi. “Apakah Ayah sudah tidak cinta pada Ibu?”

Tuan Talavir hanya diam. Thea pergi menggunakan sayap daun. Sedangkan, Cal hanya diam. Drake begitu mengejutkan, terlalu tiba-tiba saat pria itu berbuat di luar batas macam ini. Cal pun melirik Sarra, wanita itu tampak tenang sembari memainkan kukunya yang baru diwarnai.

Cal pun menyusul Thea. Tidak baik membiarkan gadis itu sendirian, apalagi emosi tengah melanda. Namun, tiga puluh menit mencari, ia tidak menemukan keberadaan kembarannya. Cal duduk sejenak di hutan dekat rumah. Tanpa sadar, pikiran dan batinnya kacau. Hal itu menyebabkan ia tidak bisa fokus menemukan keberadaan Thea. Hubungan ikatan batin biasanya mempermudah pencarian, tetapi kali ini Cal terlalu kalut untuk berpikir jernih.

Nyanyian terdengar begitu menenangkan, Cal pun masuk ke dalam Heart of Fair. Hutan ajaib yang menyimpan banyak misteri. Jalan setapak ditumbuhi oleh tanaman bunga-bunga bewarna pink. Suara tawa khas peri penjaga yang berukuran lebih kecil terdengar di sepanjang jalan. Cal berhenti saat ia sudah berada di tengah hutan.

“Thea.”

Gadis itu mendengar suara Cal. Ia mendapati kembarannya sudah berada di sini dengan wajah khawatir. Drake sudah melangkah begitu jauh, bahkan tak ada persetujuan dari Cal maupun Thea. Namun, pria itu memutuskan sepihak ingin menikah lagi.

Kembar Talavir berada di tengah hutan yang memiliki danau dengan air jernih. Siapa saja boleh datang, tetapi jika memiliki niat tidak baik maka akan hilang tak berbekas. Para peri penjaga menguncir rambut Thea, kemudian menghiasinya dengan berbagai bunga.

Sedangkan, Cal merebahkan diri di samping kembarannya. Ketika kakinya menyentuh air danau, semua beban dan rasa sakit seolah menghilang. Pikiran Cal terasa ringan, pantas saja Thea tidak lagi emosi karena air ini membuat hati menjadi tenang.

“Kau tahu, Cal. Ayah berbeda sekarang,” gumam Thea sedih.

Cal mengangguk. “Ayah sudah terlihat berbeda semenjak Sarra datang.”

Thea ingin mengatakan sesuatu, ia yakin jika wanita itu memberi sesuatu pada Drake. Hanya saja, Thea tidak tahu apa yang Sarra berikan. Gelapnya malam tidak mengizinkan ia melihat apa yang dilakukan Sarra.

Sedangkan Cal merasa hatinya kembali gelisah, padahal ia tidak sedang memikirkan sesuatu. Bahkan Cal ingin tidur saja di sana. Namun, ia tahu sumber gelisah itu dari Thea. Ikatan batin mereka cukup untuk memberitahu kalau hati serta pikiran tak lagi sejalan. “Kau khawatir tentang apalagi selain Ayah akan menikah?”

“Sarra memberikan sesuatu pada Ayah.”

Peri air itu segera bangkit mendengar ucapan Thea. “Maksudmu apa?”

“Malam setelah Ibu pergi, diriku turun ke lantai satu—"

“Kau belum tidur saat itu? Bukannya kau sudah memejamkan mata?” sela Cal.

Thea tersenyum. “Maaf. Kau tidak akan tidur sampai diriku memejamkan mata. Jadi, lebih baik berpura-pura tidur daripada kau terus membuka mata.”

Cal mengembuskan napas. Ia tidak masalah untuk terus membuka mata selelah apapun dirinya. ia berjanji pada dirinya untuk selalu menjaga Thea apapun yang terjadi. “Lanjutkan.”

“Saat itu ruang tamu tidak begitu terang, hanya cahaya bulan saja yang menerangi. Namun, Thea melihat Sarra menyuruh Ayah meminum sesuatu. Kemudian, memegang kepala Ayah dan berucap sesuatu. Ayah seperti mengikuti keinginan serta kemauan wanita itu,” cerita Thea.

[Journey to Escape Death] - [Fairland] [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang