Pii menangis, air matanya berjatuhan seperti mutiara. Cal berenang menggapai benda putih itu sampai ke dasar danau. Ia segera memasukkannya ke dalam kantung, saat ingin berenang ke permukaan, dadanya terasa sesak.
Udara di paru-paru Cal seolah menghilang, ia kehabisan napas. Tangan itu berusaha menggapai cahaya yang menyinari danau. Namun, semua terlambat. Remaja itu kehabisan napas. Sementara, Mr Olyver memperhatikan air di sana begitu tenang.
Akar duri Mr. Olyver masuk ke dalam air danau, tak lama kembali ke permukaan. Mr. Olyver menyimak informasi dari tanaman berduri itu. “Dasar remaja labil,” decaknya. “Jangan berbuat sesuatu yang mengancam nyawamu!”
Akhirnya, Mr. Olyver masuk ke dalam danau, ia berenang cepat sebelum Cal benar-benar mati. Namun, ada cahaya membentuk bulatan. Saat ia mendekat, ternyata cahaya itu adalah perisai air yang membungkus tubuh Cal. Mr. Olyver pun mengikuti cahaya itu pergi ke permukaan.
Sampai di tanah, Mr. Olyver mengunjangkan tubuh Cal. “Hei! Jangan mati dulu, Cal!”
Remaja itu terbangun lantas menghirup udara sebanyak mungkin. Ia seperti akan mati di bawah air, harusnya peri air sepertinya bisa bernapas dalam air. Namun, kekuatan Cal belum mencapai titik tersebut. Ia masih payah, tidak sehebat yang Thea pikirkan.
Mr. Olyver menepuk puncak kepala Cal. Ia tahu, remaja itu merasa sedih karena kekuatannya belum mencapai tahap tinggi. “Jangan menangis. Semua butuh proses, bahkan kekuatan airmu pun begitu. Tidak semua bisa dilakukan secara instan. Berjuanglah!”
Cal tersenyum tipis. “Terima kasih, Mr. Olyver.”
“Tentu–“
Pii kembali ke permukaan, kemudian menangis. Air mata sebesar mutiara berjatuhan seperti hujan es, Mr. Olyver segera membuka payungnya. Itulah mengapa ia membawa benda aneh di tempat ini, ia hanya tak mau air mata Pii menimpanya.
“Jadi ini alasanmu?” Cal sekarang paham fungsi payung itu.
“Tentu saja, Cal!”
Setelah Pii berhenti menangis, keduanya bergegas pergi. Sebelum Pii menghilang dari pandangannya, Cal tersenyum tulus pada hewan itu.
Terima kasih, Pii.
Mereka pun kembali ke lapisan kedua, Mr. Olyver menyuruh Cal menggunakan sayap peri. Keduanya pun terbang sampai ke lapisan pertama dengan sayap peri. Saat hampir sampai di pos penjaga, ada seekor beruang hitam raksasa menghalangi.
Beruang itu mengamuk, kemudian melayangkan cakarnya. Beruntung keduanya menghindar. Hewan itu mengejar Cal, sedangkan remaja itu tak bisa berpikir jernih saat panik seperti ini. Bahkan ia lupa cara menumbuhkan sayap peri.
Akibat terlalu panik, Cal terjatuh. Beruang itu pun menunjukkan taringnya, tangan besar serta kuku tajam sudah melayang ingin menghabisi Cal. Remaja itu sudah pasrah bila mati diserang oleh hewan kegelapan.
Maaf, Thea.Namun, sebelum semuanya terlambat alat pelacak seperti kembang api menerangi langit malam. Para penjaga berdatangan ke lokasi. Cal membuka mata, kemudian tersenyum tipis. Energinya sudah habis akibat berlari, mata itu pun perlahan menutup.
Mr. Olyver melihat Cal tergeletak di tanah, beruang kegelapan telah melarikan diri saat para penjaga berdatangan. Ia segera membawa remaja itu ke pos penjaga, lalu memeriksa keadaannya. Mr. Olyver bersyukur tidak ada luka serius.
“Terima kasih telah datang,” kata Mr. Olyver pada Aslon.
Aslon hanya mengangguk, ia pun melirik Cal. “Anak didikmu berjuang untuk mendapatkan air mata Pii. Kau perlu memberinya penghargaan untuk itu.”
“Ya, Cal telah berjuang, hingga nyawanya selalu dalam bahaya,” balas Mr. Olyver datar.
☠☠☠
Cal merasakan seluruh tubuhnya seperti ditusuk-tusuk. Sakit, tetapi tak berdarah atau terluka. Ia memperhatikan ruang tempat dirinya terbangun. Cal tidak tahu di mana Mr. Olyver, ia pun mengecek kembali air mata Pii.
“Tenang saja, air mata Pii tidak hilang. Kau menjaganya dengan baik.”
“Mr. Olyver!”
Guru muda itu mengangguk. Ia memberi Cal ramuan agar tubuh kecil itu tak lagi kesakitan atau kelelahan. Semalam mereka melewati banyak hal, ia yakin pertahanan pada tubuh Cal pun melemah. “Minum ini, kemudian kau bisa kembali ke rumah.”
“Apa ini?” tanya Cal ngeri.
“Cepat minum! Kau ingin cepat sembuh tidak?”
Secara terpaksa Cal meminum ramuan itu sekali teguk. Ia merasakan pahit, kemudian tubuhnya seolah dibakar oleh api. Sakit dan panas. Cal menatap Mr. Olyver penuh air mata, bibirnya kelu untuk mengucapkan sepatah kata.
Sakit! Batin Cal menjerit ngilu. Ia merasa lemas luar biasa saat muntah darah.“Nah, anak pintar!”
Napas Cal memburu, ia memejamkan mata. Sekitar sepuluh menit, Cal merasa seluruh tubuhnya membaik. Agar aneh karena tadi ia muntah darah. Cal memang tak akan bisa memahami sifat menyeramkan Mr. Olyver.
“Kau sudah lebih baik?” Mr. Olyver muncul di balik dinding.
“Apa yang kau berikan padaku tadi!”
Mr. Olyver tersenyum. “Hanya sedikit ramuan penawar agak lukamu serta racun Pii menghilang. itu saja.”
“Pii?”
Tawa Mr. Olyver mengudara, ternayata Cal tidak membaca buku mengenai Pii sampai habis. Pantas saja anak itu berlama-lama di dalam danau setelah mendapatkan air mata hewan itu. Meski Pii memiliki air mata penyembuh, tetapi hewan itu juga memiliki racun yang mampu membuat tubuh lemas. Sehingga, Mr. Olyver membuat ramuan agar Cal terlepas dari racun Pii dengan cara membuat remaja itu muntah darah.
“Yeah, memang kasar sekali caraku untuk menyembuhkanmu. Hanya saja, kau tidak lagi merasakan lemas seperti berlari jauh, kan?”
Cal membenarkan ucapan gurunya, tetapi cara tersebut sangat keterlaluan. Ia pun bangkit dari kasur lantas mengambil tasnya. “Guru, terima kasih sudah membantuku. Penawar ini akan kuberikan pada Ibu.”
“Tentu saja. Pergilah.” Ia menjentikkan jari saat mengingat sesuatu. “Kita berada di pos penjaga karena kau tak sadarkan diri tadi. Jadi, jangan sampai tersesat saat pulang!”
Cal mengangguk, ia pun keluar tenda. Benar saja ucapan Mr. Olyver, mereka berada di perkemahan pos penjaga. Cal segera menumbuhkan sayap peri, kemudian terbang menuju kediamannya. Ada perasaan tak menyenangkan menelusup dalam hati. Seakan ada sesuatu saat ia kembali. Ia harap Thea baik-baik saja.
Sesampainya di halaman rumah, ia melihat banyak bunga khas pemakaman berjejer rapi di rumahnya. Beberapa peri keluar-masuk serta menatapnya penuh kasihan. Memasuki rumah ia dusuguhkan pemadangan tak menyenangkan.
“Thea … ada apa ini?”
Gadis itu menjawab, “Ibu sudah pergi, Cal.”
☠☠☠
KAMU SEDANG MEMBACA
[Journey to Escape Death] - [Fairland] [TAMAT]
FantasiCerita ini diikutsertakan dalam Arena Homebattle Anfight. ☠☠☠ Kematian menjadi garis akhir kehidupan. Warna-warni indah seketika menjadi hitam pekat, menyisakan ruang tanpa ujung. Berlari maupun berjalan, tak akan pernah sampai. Ketika dua manusia...