“Lari!”
Cal terkejut saat Mr. Olyver menarik lengannya secara paksa, kemudian berlari menembus hutan. Kabut tebal tak membuat gurunya berhenti mengajak Cal berlari. Ia tahu, saat berucap tadi mengundang makhluk berbadan besar dengan empat kaki datang.
Mereka telah berlari selama lima belas menit, Cal tidak tahu ke mana Mr. Olyver membawanya. Namun, ia merasa jika jalan yang dipilih adalah benar. Akhirnya, olahraga singkat ini berhenti di satu titik, yaitu pohon raksasa.
“Bagaimana dengan hewan itu?” bisik Cal pada angin.Mr. Olyver menyipitkan mata seolah mampu melihat jarak jauh serta menembus kegelapan. “Mereka sudah tidak mengejar, tetapi kita harus waspada.”
“Tunggu! Apa maksudmu dengan kata ‘Mereka’?”
Guru muda itu tertawa melihat wajah polos Cal. “Padahal kau di belakangku. Masak tidak menyadari jumlah hewan yang mengincar?”
Wajah Cal seketika pucat, ia bersandar di pohon raksasa. Napasnya masih memburu, tetapi Mr. Olyver bisa sesantai itu. Setelah mengistirahatkan tubuhnya, Cal menghampiri gurunya, tetapi ia didorong hingga punggungnya membentur batang pohon.
“Bodoh! Hewan itu mengincarmu, Cal!”
Cal melotot saat dua ekor serigala besar memandang mereka seperti santapan makan malam. Ia terkejut saat salah satunya menyerang, Mr. Olyver pun segera menciptakan tanaman duri untuk mengikat serigala tersebut. Cal pun tersadar, ia menggenggam pedang bermata dua, kemudian melawan sisanya.
Bilah pedang itu berusaha mengenai tubuh serigala, tetapi selalu gagal. cal menghindar lantas berguling ke kanan, kemudian bangkit dan menghunuskan pedangnya. Namun, ia gagal lagi. serigala besar itu menindih tubuh kecil Cal, sehingga ia tidak bisa bergerak. Moncong hewan itu sudah berada di lehernya, berusaha menggigit.
Ibu.
Remaja itu mengingat tujuannya menuju tempat ini, ia juga mengingat wajah Elwanda. Seolah mendapat kekuatan, ia berusaha bangkit dari jeratan hewan itu. Cal memejamkan mata, gemercik air terdengar memenuhi indra pendengarannya. Tapa sadar ia membentuk perisai air, sehingga serigala itu tak bisa mencakar Cal.
“Ice Bullet.”
Air berkumpul di depan Cal membentuk peluru air sebanyak lima buah, kemudian menusuk tubuh hewan itu sampai mengeluarkan darah. Seketika Cal ambruk karena mengeluarkan energi untuk membentuk Ice Bullet.
Sementara, Mr. Olyver masih bermain-main dengan serigala hitam. Setelah berhasil mengikat tubuh besar serta menusuknya dengan duri tajam, hewan itu masih bisa melepaskan diri. Saat Mr. Olyver diserang balik dengan api yang keluar dari mocongnya, ia membentuk perisai daun. Di balik perisai, ia tersenyum, kemudian berkata, “Thorn Root.”
Akar duri bermunculan dari dalam tanah, jumlahnya tidak sedikit. Akar itu mengejar dan menyerang serigala hitam. Kemudian melilit leher, kaki, dan tubuh. Setelah hewan itu tak mampu bergerak karena seluruh tubuhnya telah dijerat, Mr. Olyver meneteskan setetes ramuan beracun pada tumbuhannya. Tanaman beracun itu menusuk tubuh serigala hitam, menyalurkan racun ke pembuluh darah.
Semua akar akar duri menghilang, serigala hitam ambruk setelah melolong pilu karena racun itu membuat tubuh seolah terbakar, kemudian dari moncongnya keluar darah segar. Mr. Olyver bernapas lega, ia pun menoleh pada Cal.
“Astaga, Cal!”
Mr. Olyver mengembuskan napas pelan saat tahu muridnya hanya tak sadarkan diri. Ia pun memberi ramuan dengan bau menyengat agar remaja itu cepat sadar. Setelah mengoles ramuan berbau seperti minyak kayu putih, Mr. Olyver membereskan jasad dua serigala tersebut.
Lelaki itu merentangkan tangan. Cahaya hijau dari hewan kecil bercahaya mengelilinginya, selarik mantar terucap membuat jasad kedua serigala itu melebur seperti cahaya, kemudian pergi menuju langit. Mr. Olyver menyentuh dahinya, ia telah menggunakan kekuatan cukup banyak malam ini, sehingga harus berhemat.
Cal meringis, pandangannya buram. Ia melihat bayangan Mr. Olyver tengah tersenyum. Saat kesadarannya kembali, Cal menoleh ke kanan-kiri. Serigala putih sudah menghilang, hanya menyisakan Cal dan Mr. Olyver.
“Kau sudah sadar.”
Remaja berambut merah itu mengangguk singkat. “Serigala itu … Di mana?”
Suara tawa Mr. Olyver begitu merdu, hewan kecil bercahaya mengelilingi.
“Mereka kabur karena melihat kau mampu menciptakan Ice Bullet.”
Cal menatap Mr. Olyver curiga. Sebelum ia membantah, gurunya sudah mengajak Cal pergi ke tempat selanjutnya sebelum hewan kegelapan kembali berdatangan. Beruntung, hanya dua serigala saja yang menyerang.
Maaf, Cal. Kau tidak harus melihat darah kematian di usia mudamu.
Mereka memasuki lapisan kedua Vozer Dark, yaitu Crosse Lake. Cal berdecak takjub melihat danau memanjang seperti anak sungai, memisahkan ke wilayah selanjutnya. Sebelum menyeberangi danau, keduanya mencelupkan tangan ke air, seketika rasa lelah dan sakit dalam tubuh menghilang.
“Air ini ajaib,” gumam Cal tak percaya.
Mr. Olyver mengangguk. “Benar sekali, tempat ini seperti wilayah penyembuh bagi jiwa yang sakit.”
“Apa air ini boleh kubawa?”
Guru ramuan itu memukul kepala Cal pelan. Wilayah ini saja tidak boleh dikunjungi secara asal kalau tidak ada tujuan atau maksud tertentu. Apalagi untuk mengambil sesuatu seperti air danau ini? Bisa dipenggal saat kembali ke pos penjaga jika ketahuan.
“Bodoh! Tempat ini dijaga ketat karena memiliki keunikan tersendiri yang menopang negeri peri. Jika secara terus menerus digunakan untuk hal tidak berguna atau menyesatkan, maka hancur sudah Fairland!” ceramah Mr. Olyver.
Cal menumbuhkan sayap peri, ia mengangguk singat. “Baiklah. Tidak akan ambil airnya.”
Mereka pun menyeberang, kemudian sampai di tanah Crosse Lake. Lapisan kedua tidak memiliki hal berbahaya, sebaliknya tempat ini memiliki fungsi seperti air danau tadi. Jiwa yang sakit, hati kotor, dan kutukan mampu sembuh dengan berdiam diri di sini.
Makin dalam melintasi Crosse Lake, emosi negatif pun terkikis oleh hal positif karena angin di wilayah ini menyembuhkan pikiran negatif. Setelah tiga puluh menit melintasi ranah ini, mereka pun memasuki
lapisan ketiga, yaitu Rhou Forest.
“Tempat apa ini?”Mr. Olyver berkacang pinggang. “Akhirnya kita sampai di lapisan terakhir dari Vozer Dark!”
Cal berjalan menuju danau di ujung jalan. Tidak seperti Crosse Lake, danau di sini benar-benar membentuk bulatan besar dengan air bewarna hijau muda. Perasaan Cal seolah dibuat tenang hanya dengan melihat air tersebut.
Remaja itu bersimpuh di pinggir danau, ada sesuatu yang menyuruh hatinya melakukan ini. Ia hanya bisa mengikuti ke mana hatinya pergi. Sedangkan, Mr. Olyver tersenyum tipis saat muridnya mengikuti bisikan-bisikan halus makhlu penjaga Rhou Forest berupa peri hutan sebagai pemandu dan penolong jika jiwa seseorang tulus.
“Ibuku memiliki reaksi racun xaxcorl. Ia tak sadarkan diri, demam, dan lemas. Apakah tidak ada obat untuk itu?” lirih Cal.
Air mata Pii atau anak naga berusia ratusan tahun, hanya itu obat dari racun xaxcrol. Namun, sulit sekali membuat hewan itu muncul di permukaan. Seseorang yang tulus saja mampu membuat Pii muncul tanpa diminta.
Cal menangis tanpa sadar saat membayangkan wajah Elwanda. Ibunya berada di ambang kematian, keluarga pun seolah akan hancur. Ia tak bisa membayangkan Thea menangis saat Elwanda berbaring tak berdaya di ranjang. Ketakutan menghantui pikirannya, batin Cal tersiksa.
“Kumohon, sembuhkan ibuku.”
Suara gemercik air membuat remaja itu mendongak. Seekor hewan muncul dari dalam air dengan air mata mengalir deras seolah merasakan ketakutan Cal. Hewan itu adalah Pii, Cal pun berjalan mendekati Pii. Makin lama ia berjalan, akhirnya Cal tenggelam. Di dalam air, ia melihat hewan itu menangis. Air mata Pii bewarna putih bersih. Cal pun memegang ekor anak naga itu.
“Tolong, sembuhkan ibuku, Pii.”
☠☠☠
KAMU SEDANG MEMBACA
[Journey to Escape Death] - [Fairland] [TAMAT]
FantasyCerita ini diikutsertakan dalam Arena Homebattle Anfight. ☠☠☠ Kematian menjadi garis akhir kehidupan. Warna-warni indah seketika menjadi hitam pekat, menyisakan ruang tanpa ujung. Berlari maupun berjalan, tak akan pernah sampai. Ketika dua manusia...