Cal memastikan Thea tidur, kembarannya tidak boleh tahu apapun. Ia mengambil botol bening berisi cairan bewarna biru laut, fungsinya agar target tertidur pulas. Sebenarnya ia tak mau melakukan hal ini, tetapi jika Thea tahu maka gadis itu bisa bertindak di luar kemampuannya.
Remaja laki-laki masuk ke dalam kamar Thea, setelah mengendalikan cairan tersebut. Ia memercikannya ke tubuh kembarannya. Cahaya biru laut berpendar sebagai tanda aktifnya fungsi cairan tersebut. “Maaf, Thea.”
Setelah itu Cal mempersiapkan diri, ia menggunakan sayap perinya. Drake sudah ia beri cairan yang sama dengan Thea agar tertidur pulas. Akhirnya, Cal pergi menuju Vozer Dark. Berbekal surat misi dari Mr. Olyver, ia harap tidak dicurigai.
Melintasi jalan kecil menuju Vozer Dark, ia diberi kemudahan karena cahaya bintang dan bulan menerangi. Tempat tergelap itu memang tak jauh dari kediamannya, jadi hanya menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit untuk terbang.
Cal mendarat tak jauh dari gerbang Vozer Dark, ia bersembunyi lebih dulu daripada berurusan dengan penjaga. Wajah serta ucapannya harus meyakinkan agar tidak dikatakan pembohong, tidak mungkin Cal mengecewakan Mr.Olyver yang sudah bersusah payah meminta surat misi pada kepala sekolah.
“Tidak boleh panik,” ujar Cal meyakinkan diri. Mau bagaimana pun ia adalah murid berusia belasan tahun. Sudah sewajarnya ia merasa takut dan panik saat pergi ke tempat yang bukan ranahnya. Setelah meyakinkan diri, Cal pun melangkah. Namun, suara seseorang menghentikan Cal.
“Wah, mandiri sekali muridku yang satu ini.”
Remaja tanggung itu melotot saat Mr.Olyver berada di depan mata. Pria itu menggunakan pakaian serba hitam seperti ingin ke pemakaman umum. Belum lagi tingkahnya yang menyebalkan, bagaimana bisa Mr.Olyver membawa payung di saat seperti ini. Batinku tersiksa!
“Guru … Kau sedang bercanda, kan? Payung itu,” tunjuk Cal pada payung hitam.
Mr. Olyver tersenyum senang. Ia kira Cal tidak akan bertanya mengapa dirinya membawa benda ini. Mungkin terlihat aneh, tetapi payung miliknya akan berguna saat di Vozer Dark. “Tidak. Kau akan tahu keguaan benda ini nanti.”
Tanpa basa-basi, Mr. Olyver menarik lengan Cal menuju pos penjaga secara santai. Padahal, ia sudah setengah mati ketakutan. Jika datang sendiri seolah mengantar nyawa, tetapi ke tempat ini bersama Mr. Olyver adalah bencana.
Penjaga mengernyit saat dua orang berpakaian serba hitam datang, bahkan ada yang membawa payung. Mereka kebingungan saat dua orang itu menyodorkan tangan. “Siapa dan mau apa kau!”
“Oh, santai saja. Kami hanya murid dan guru saja.” Ia menyodorkan tangan. “Siapa nama kalian? Perkenalkan, namaku Olyver Hayden. Guru ramuan di Fair Academy!”
Para penjaga saling melirik. Mereka memang mengetahui sekolah tersebut, tetapi untuk nama guru pengajar bukanlah kewajiban mereka untuk tahu. Penjaga bernama Aslon mengangkat pedangnya.
“Mau apa kau?”
Mr. Olyver tersenyum. “Kedatangan kami hanya ingin mencari penawar, itu saja. Benar, kan, Cal?”
“Ah, i-iya.”
Cal meringis saat sikap gurunya mulai kambuh. Tidak tahu tempat untuk bersikap sesantai itu. Ia mengembuskan napas, tidak boleh gugup atau para penjaga akan curiga. Cal pun memberikan selembar surat misi.
“Itu adalah bukti bahwa kami utusan dari Fair Academy untuk mencari penawar berupa air mata Pii,” kata Cal tegas.
Aslon menurunkan pedangnya. Ia melihat keaslian surat tersebut dimulai dari tanda tangan. Sedangkan, Cal dan Mr. Olyver hanya menunggu. Namun, Cal lelah melihat kelakuan gurunya memainkan payung dan tak bisa diam di tempat.
Cal memilih bersandar di dekat pagar pembatas, ia melihat betapa mengerikannya Vozer Dark dari luar. Murid sepertinya hanya tahu dari materi saja mengenai tempat ini. kengeriannya tidak diceritakan dalam pelajaran, tetapi saat datang begitu terasa mencekam.
“Apakah ada bukti lain? Surat ini tidak ada akan dikelarkan secara sembarangan jika tidak memiliki bukti,” ujar Ashlon datang secara tiba-tiba.
Mr. Olyver melirik muridnya, Cal pun mengeluarkan racun xaxcorl untuk memperkuat alasan kedatangan mereka. Cairan itu masih ada meski tak sebanyak di awal karena Mr. Olyver menggunakannya untuk percobaan.
Aslon melihat cairan di dalam botol bening itu, warna hijau, hitam, dan ungu. Ia pernah melihatnya saat belajar di Academy dulu. Pengguna dari cairan ini akan mati, Aslon tahu karena ia pernah mencoba meneteskan cairan itu pada hewan kecil. Hasilnya, hewan itu mati setelah lima menit berlalu.
“Racun xaxcorl. Apakah Academy menggunakan cairan ini untuk melakukan eksperimen?” tanya Aslon tegas.
Mr. Olyver mengangguk mantap, sesuai kesepakatan. Ia membuat surat itu bertujuan untuk penelitian di ruang ramuan menggunakan racun xaxcorl. Terlihat berbahaya memang, tetapi jika digunakan dalam dosis yang maka bisa menjadi efek positif.
“Tentu saja. Para murid harus mendapat ilmu yang cukup agar suatu saat tidak kekurangan pengetahuan. Bukan hanya racun yang mereka pelajari, tetapi cara penyembuhan serta penawarnya,” jelas Mr. Olyver.
Cal melirik sang guru. Meski sering bersikap aneh, tetapi Mr. Olyver pandai menjaga rahasia dan bersikap perfeksionis. Setelah berbincang cukup lama antara Aslon dan gurunya, akhirnya ia masuk ke dalam Vozer Dark. Para penjaga juga memberi alat pelacak seperti kembang api. Benda itu akan terbang ke langit untuk memberitahu para penjaga saat dirinya dalam bahaya.
Memasuki wilayah tergelap, bukan berarti tempat ini minim cahaya. Hanya saja makhluk kegelapan serta berbagai macam tumbuhan beracun ada di sini. Cal hanya membaca di buku jika tempat ini memiliki tiga lapisan.
Mr. Olyver melirik Cal, muridnya itu seperti melihat keseluruh penjuru hutan. Suara burung hantu menyapa kedatangan mereka. Ia juga merasakan ada yang menguntit dari gelapnya malam. “Mungkin kau memiliki pertanyaan mengenai tempat ini, Cal?”
“Ah, benar.”
Mereka berjalan sesuai tanda yang dipasang di pohon. Tanda itu berupa kain bewarna putih, akan bersinar saat malam tiba. Sehingga, tidak akan tersesat sata datang kemari dengan tujuan tertentu.
“Tanyakan saja. Kau memiliki keuntungan daripada murid lainnya. Berkunjung ke Vozer Dark, cukup menantang nyali juga mendapat ilmu secara langsung, bukan hanya dari materi saja.”
“Benar. Jadi, apa benar wilayah ini memiliki tiga lapisan?”
Mr. Olyver mengangguk. Ingatan Cal cukup bagus ternyata. “Tempat ini memiliki tiga lapis. Tiap lapis berbeda suasana serta fungsi yang berbeda. Saat ini kita berada di lapisan pertama.”
Cal mengangguk, ia menyimak sembari melihat mengecek teori yang tertulis di buku apakah sama dengan kenyataan. Agak aneh rasanya saat tak terjadi apapun, ia pikir akan bertemu dengan makhluk kegelapan seperti di buku.
“Mr. Olyver, apakah kita tidak akan bertemu makhluk kegelapan?” tanya Cal polos.
Guru muda itu menepuk dahinya. “Bodoh sekali. Diriku lupa menjelaskan sesuatu padamu, Cal. Larangan pertama bagi siapa pun yang menginjakkan kaki di wilayah ini dilarang berucap seperti itu.”
“Memang kenapa?” Cal maki bingung.
“Kau berucap demikian, maka makhluk kegelapan akan terpanggil karena menurut mereka, ucapanmu adalah undangan makan malam.”
Oh, tidak!
KAMU SEDANG MEMBACA
[Journey to Escape Death] - [Fairland] [TAMAT]
FantasyCerita ini diikutsertakan dalam Arena Homebattle Anfight. ☠☠☠ Kematian menjadi garis akhir kehidupan. Warna-warni indah seketika menjadi hitam pekat, menyisakan ruang tanpa ujung. Berlari maupun berjalan, tak akan pernah sampai. Ketika dua manusia...