Lesson Three:
"Keberuntungan tidak selalu bisa datang dua kali, tapi kesialan bisa! Bahkan bisa sampai berkali-kali."
•
•
°
°
"Cuih ...!"
Di tempat cuci tangan dekat lapangan basket outdoor Daren terus meludah dan membasuh mulutnya berkali-kali.
Sambil sesekali berkumur, dia terus menggosok bibirnya dengan tangan, bahkan itu sampai terasa kebas saking seringnya dia gosok.
"Ngapain lo?"
Bruuuussh!
Teguran itu mengagetkannya. Refleks menoleh pada sumber suara itu bahkan menyemburkan air yang sedang dia gunakan untuk berkumur.
"Buset!" seru siswa yang menegurnya itu sembari mengusap wajahnya kini basah.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Daren tersedak setelahnya.
Air sisa dalam mulutnya malah salah server saat dia akan memaki orang yang mengagetkannya itu.
"Hm! Hmm! Ping, Ren ping!" ucap siswa itu sambil menepuk pelan punggung Daren.
"Ekhem! Sialan lo ngagetin aja!" kutuk Daren setelah batuknya reda.
Siswa itu masih teman sekelasnya juga teman satu tongkrongannya, namanya adalah Tommy.
"Lo juga sialan, main sembur muka ganteng gue," sahut Tommy. "Lagian lo ngapain sih? Ngabisin air, SPP aja masih nunggak," lanjutnya.
Daren mengusap bibir juga wajahnya yang basah dengan lengan jaketnya.
"Ah, ngeselin pokoknya. Eh, lo enggak telat? Kok bisa di sini?" sahut Daren dengan mengalihkan pembicaraan.
Mana mungkin dia mengatakan apa yang baru saja dia alami gara-gara murid baru itu. Rasanya mengerikan hanya dengan mengingatnya.
"Telat sih, tapi gue manjat pager belakang. Hahaha!" jawab Tommy seperti bangga pada keberhasilannya lolos dari hukuman bagi siswa terlambat.
"Dasar, hobi banget telat. Enggak bosen lo?" Daren terus melanjutkan topik ini agar mereka tidak kembali ke topik semula.
"Lo tahu sendiri kan, gue mesti ke rumah sakit dulu buat ngecek si Bryan. Nah, lo sendiri kapan mau jenguk dia? Enggak kasihan lo?" jawab Tommy lalu balik bertanya.
Daren mencibir. "Dia kan baru kemarin lusa masuk rumah sakit, lah lo? Telat kok tahunan kayak pajak motor," sahutnya.
Tommy hanya tertawa hambar menanggapi ucapan Daren yang memang benar adanya itu.
Lalu satu hela napas panjang Daren lakukan. "Gue belum berani," ucapnya menjawab pertanyaan Tommy.
"Eh, btw kita punya calon babi baru loh. Gue udah bosen sama babi lama, kita ganti aja sama itu barang baru," imbuh Daren cepat mengalihkan pembicaraan.
"Siapa? Ada anak baru?" tebak Tommy antusias.
Daren mengangguk. "Besok kita buat penyambutan buat dia. Kasih tahu ke yang lain, oke?" ucapnya dengan segala rencana biadabnya untuk Kenzie, si anak baru.
"Emang kenapa enggak hari ini aja sekalian? Lo mau ke mana?" sahut Tommy heran.
"Gue mau bolos sampai waktunya latihan," jawab Daren santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
DETAK [End, Yaoi/BL, Remaja]
Teen FictionDemi pencitraan di sekolah barunya, Kenzie membuang sisi buruknya sampai rela di-bully habis-habisan oleh sekelompok murid yang dipimpin oleh seorang siswa berkepribadian sangat buruk di kelasnya, Daren. Namun, saat kesempatan untuk balas dendam itu...