Lesson #08

2.1K 178 8
                                    

Lesson Eight:

"Berhati-hatilah pada orang berengsek yang tiba-tiba baik padamu!"

°

°

Daren tertawa kecil di tempatnya dengan ekspresi geli.

"Hahaha! Ternyata orang kayak lo bisa gunain kata-kata kasar juga ya," ucapnya pada Kenzie.

Kenzie yang sudah ketahuan pun tidak bisa menghindar lagi.

Dia menurunkan buku yang masih menutupi separuh wajahnya.

Lalu memberikan cengiran canggung pada Daren.

"Hehehe, maaf saya enggak maksud. Cuman kaget aja, maaf ya? Daren," ucap Kenzie dengan gaya lugunya.

"Sini lo!" suruh Daren seenaknya.

Dia menggerakkan tangan kirinya ke depan dan belakang.

Memberi kode agar Kenzie mendekat padanya.

Kenzie yang seolah tidak punya pilihan pun hanya menurut saja.

Setelah menghela napas panjang untuk mempersiapkan diri, dia bangkit dari duduknya.

Dengan setengah malas mendekati tempat Daren berada.

Di depan Daren ataupun anak murid dari sekolah barunya ini dia harus terlihat baik.

"Kenapa ya?" tanya Kenzie bingung.

"Naik!" titah Daren langsung.

"Hah?" Kenzie kurang yakin dengan apa yang dia dengan.

Apa Daren benar-benar mau memberikan tumpangan?

Kenapa?

Bukannya Daren benci pada Kenzie, tapi entahlah itu hanya Daren yang tahu apa tujuan sebenarnya.

"Jangan-jangan ada udang di balik terigu nih," batin Kenzie yang curiga.

Pikirnya tidak mungkin Daren mendadak baik padanya.

Sulit untuk dipercaya, apalagi setelah yang terjadi kemarin.

Bahkan membayangkannya pun tidak mungkin.

"Kamu mau ngasih saya tumpangan?" tanya Kenzie akhirnya dengan hati-hati.

"Naik!" seru Daren lagi tanpa menjawab pertanyaan Kenzie.

Kenzie berjengit kaget karena seruan itu.

"Ah, iya!" sahutnya cepat.

Pada akhirnya, dia hanya bisa menurut.

Sebelum benar-benar naik ke boncengan sepeda motor Daren, Kenzie mengamati sekeliling.

Apakah ada temannya yang mungkin tidak sengaja melihatnya saat ini.

Saat dirasa aman dia pun bersiap untuk membonceng.

Namun, gerakannya terhenti saat sebuah rasa ragu melingkupi dadanya di mana jantungnya mulai berdetak lebih cepat.

Kepalanya langsung dipenuhi akan hal-hal yang membuatnya tidak nyaman.

Glek!

Dia bahkan menelan ludahnya kasar.

Ada dorongan kuat agar dia tidak usah ikut Daren dan naik bus saja.

"Emm, Daren kayaknya saya--"

"Lama lo! Buruan naik enggak?!" sela Daren dengan tatapan tajamnya.

DETAK [End, Yaoi/BL, Remaja]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang