Lesson Eleven:
"Jangan menilai buku hanya dari sampulnya saja, itu omong kosong!"
•
•
°
°
Hari Rabu, hari ketiga Kenzie di sekolah barunya.
Kalau dipikir tiga hari itu terhitung sebentar, tapi jadi beda rasanya saat berada di posisi Kenzie saat ini.
Menunggu satu hari berlalu jadi seperti menunggu hari minggu di hari senin, lama sekali.
Siang terasa lebih lama daripada malam.
Menunggu jam pulang sekolah rasanya tidak datang-datang, tapi saat masih menikmati kebebasan di rumah rasanya baru semenit rebahan sudah ditampar keadaan untuk kembali ke sekolah.
Namun, terlepas dari itu semua, hari ini Daren tidak berangkat sekolah.
Setelah yang terjadi kemarin, Daren benar-benar tidak masuk.
Entah siapa yang dititipkan surat, tapi Daren mengirim surat izin tidak masuk hari ini.
Di papan absensi juga sudah ditulis namanya.
Kenzie menggenggam erat tali paper bag yang dia bawa.
Isinya adalah seragam milik Daren yang kemarin terkena tumpahan minuman.
"Eh, Babi! Bawa apaan lo?" tegur salah satu siswa yang masih satu kelas dengannya.
Kenzie hanya diam dan memasukkan paper bag itu ke lacinya.
Jika bukan Daren atau Tommy yang dekat dengan Daren dia agak malas meladeni menggunakan tampang sok alimnya.
Lebih baik diam.
"Heh! Sombong banget sih lo jadi babi!" seru siswa itu tidak terima sambil menarik kemeja seragam Kenzie dengan kuat.
"Kalau lo enggak mau kasih tau, gue bisa kok cari tau sendiri!" seru siswa itu lagi.
Dengan lancang dia berusaha mengambil paksa paper bag Kenzie yang ada dalam laci.
"Dih! Maksa banget sih ini curut satu!" batin Kenzie merasa terganggu.
Namun, meski begitu ....
"Jangan!" Akhirnya dia berseru dengan menahan paper bag itu sambil memasang wajah memelas jadi-jadiannya.
"Apaan sih isinya, gue kepo Babi! Jangan-jangan isinya barang aneh-aneh lagi!" Siswa itu terus berusaha merebut paper bag Kenzie.
"Bukan, tapi ini seragamnya Daren! Inget kan yang kemarin? Aku disuruh nyuci ini," seru Kenzie akhirnya dengan cepat.
Saat itu juga siswa itu menghentikan tarikannya.
"Oh, bilang dong dari tadi!"
Setelah mengatakan itu dia pun pergi.
Kenzie menghela napas dalam sambil menyimpan kembali paper bag-nya.
Kalau urusannya dengan Daren siapa pun sepertinya akan langsung menyerah.
Mungkin kecuali orang-orang yang benar-benar dekat dengannya.
Kelas masih cukup sepi, Kenzie hanya menyibukkan diri dengan pikirannya.
Sampai ingatannya kembali pada hari kemarin saat dia membuat seragam Daren kotor.
"Daren! Mohon maafkan saya!" teriak Kenzie saat seragamnya sudah terlepas dari tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DETAK [End, Yaoi/BL, Remaja]
Teen FictionDemi pencitraan di sekolah barunya, Kenzie membuang sisi buruknya sampai rela di-bully habis-habisan oleh sekelompok murid yang dipimpin oleh seorang siswa berkepribadian sangat buruk di kelasnya, Daren. Namun, saat kesempatan untuk balas dendam itu...