35. Balas budi

851 94 36
                                    

Ara mengikuti arah pandangan Aldo, karena tangan Aldo saat ini memegang pengikat helm bogo berwarna kuning yang ada di kepalanya namun pandangannya ke arah lain.

Aldo menatap kosong ke arah Leta yang baru saja keluar dari mobil Alphard berwarna hitam, Leta tampak menyisiri rambut panjang dan halusnya dengan jari-jari lentiknya. Ara memicingkan mata, memasang ekspresi kesal karena Aldo sampai tak berkedip menatap Leta yang berdiri di ujung parkiran.

"Cantik banget ...," ungkap Aldo sambil tersenyum tipis. Leta kemudian sadar bahwa saat ini Aldo sedang menatapnya sambil tersenyum tipis. Leta membalas dengan senyuman lebar namun sedikit canggung.

"Siapa? Leta?" tanya Ara to the point.
Aldo mengalihkan pandangannya ke seseorang yang saat ini berdiri tepat di hadapannya, yaitu Ara.

"Lo."

"Bacot. Lo dari tadi ngeliatin si Leta sambil senyum-senyum sok kegantengan," celetuk Ara.

Aldo menaruh helm ke jok Yellow.

"Lah emang gue ganteng,"  lontar Aldo dengan pedenya.

"Di mata gue, lo tetap buaya." Ara merotasikan bola matanya.

"Yaudah deh maaf. Lagian gue liatin si Leta cuma pakek mata kok gak pakek hati," elak Aldo sembari mengacak gemas puncak kepala Ara, membuat gadis dihadapannya mendengkus kasar.

Aldo merangkul pundak Ara dan mengajaknya untuk masuk ke dalam kelas, ekspresi sebal masih terpampang dengan jelas di wajah gadisnya itu.

"Lo itu kalau cemburu, lucu, ya, Ra. Bukannya ngomong kalau lagi cemburu malah nyerocos mulu. Susah banget ngomong cemburu doang," kata Aldo, manik matanya menatap Ara yang sedang dalam rangkulan sambil terus berjalan.

Ara menghentikan langkahnya, Aldo juga ikut berhenti. Saat ini keduanya tengah berada di depan kelas Ara.

"Gue, cemburu sama Leta? Hh ... gak ada yang lain?" Ara menunjuk dirinya dengan jari telunjuk yang disertai kekehan kecil. Aldo tersenyum seringai mendengar penuturan yang keluar dari mulut gadisnya. Dalam hati dia berpikir, Ara memang tidak perlu cemburu dengan Leta. Cantik, cerdas, good attitude, menggemaskan, dan tentunya pemilik tahta tertinggi di hati Aldo.

"Udah masuk kelas sana, nyerocos mulu makin mirip kayak monyet." Aldo mendorong pelan tubuh Ara untuk masuk ke dalam kelas.

💙💙💙

"Ara, gue pulang duluan, ya, my baby Mario udah nungguin di depan gerbang," ujar Putri berpamitan untuk pulang terlebih dahulu.

"Oh yaudah gapapa, pergi aja, kasihan si Mario nungguin lo kelamaan," balas Ara memgiyakan.

"By the way, thanks, ya." Ara tersenyum lembut.

"Santai aja kalik," jawab Putri sembari menebarkan senyum yang tak kalah manis dari Ara. Putri baru saja membantu Ara piket kelas, Ara juga melakukan hal yang sama jika Putri piket kelas. Jadwal piket yang berbeda hari membuat mereka jadi saling membantu.

Putri berjalan melangkah ke luar kelas meninggalkan Ara. Kini hanya ada Ara dan Leta. Tidak ada perbincangan di antara mereka, suasana kelas sangat hening. Hanya ada suara jam dinding, bunyi AC, perasan air pel karena tugas Ara saat ini mengepel, juga pukulan kemoceng dari Leta yang sedang membersihkan jendela.

Setelah selesai melap jendela, Leta mendekatkan diri ke arah Ara yang saat ini sedang mencuci tangan di wastafel depan kelas.

"Ara," panggil Leta santai.

"Hm?" tanya Ara berdehem tanpa melirik Leta dan masih mencuci tangannya.

"Lo bisa bilangin ke Aldo supaya nganter gue pulang, gak? Soalnya paman gue ada rapat kepala sekolah," pinta Leta penuh harap.

Araldo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang