50. Penyakit baru

1K 103 29
                                    

"Ara gimana?" tanya Aldo dengan nada gemetar bercampur panik. Dia hanya menemukan Irene, Mina, dan Putri di rumah sakit.

"Masih ditangani sama dokter, Al," jawab Mina parau, tatapan matanya terlihat sangat sendu. Besar harapannya akan kesembuhan Ara.

Aldo menunduk lemah, matanya memerah, memijit kening yang sedikit pusing.

"Tenang, Aa, Aa harus terus berdoa buat kesembuhan Ara." Irene mengelus telapak tangan Aldo, guna memberi kekuatan.

"Kenapa Ara ngedrop terus, ya, Mi? Aldo gak bisa tenang kalau kayak gini," lirih Aldo dengan mata merah dan memanas.

Irene mengelus lembut tangan Aldo, Irene sangat mengerti dengan perasaan Aldo saat ini, sekuat-kuatnya Aldo, cuma Ara yang berhasil membuatnya menangis. Dan senakal- akalnya Aldo, cuma Ara yang berhasil mengontrol.

"Misi kalian gimana, Al?" tanya Putri setelah mempertipis jaraknya dengan Aldo.

Aldo menatap Putri dengan tatapan sendu, hanya tatapan itu yang sekarang dimiliki Aldo.

"Tugas gue udah selesai, selebihnya biar mereka yang urus," jawab Aldo, mereka yang dimaksud oleh Aldo adalah Bagas, Mario, dan Yeon.

"Semoga para hama itu dapat hukuman yang setimpal!" geram Putri sangat emosi.

"Kalian ngerencanain apa?" tanya Irene penasaran. Putri diam, membiarkan Aldo saja yang menjawab karena dia takut salah memberi informasi.

"Nanti juga Mami tau," jawab Aldo tanpa ekspresi.

"Aa gak ngelakuin hal aneh-aneh, kan?" tanya Irene lagi semakin penasaran.

"Ngga, Mami tenang aja." Aldo menjawab tenang. Tak ada suara lagi di antara mereka.

Menit berganti jam, hanya keheningan yang memenuhi koridor rumah sakit, sebelum seorang dokter dan dua orang perawat keluar dari ruangan Ara.

"Gimana keadaan Ara, dok?" tanya Aldo cepat, padahal dokter dan perawat masih di ambang pintu.

Dokter itu menggelengkan kepala lemah, membuat mereka semua semakin lemas, seperti pertanda buruk.

"Ara sudah siuman, tapi ada hal paling penting yang harus saya sampaikan." Dokter itu menjawab lirih.

"Saya akan jelaskan semuanya di kantor, mari ikut saya." Dokter itu berjalan lebih dulu bersama dengan dua orang perawat tadi.

"Aldo, Putri, kalian temenin Ara dulu, ya. Biar kami yang temuin dokter," ujar Irene, Mina masih belum bisa berbicara banyak. Ekspresi dokter tadi membuat hatinya semakin mencelos. Ya ampun, apa yang sedang terjadi pada Putri kesayangannya?

"Iya, Tante." Putri menganggukkan kepala dengan sopan, sedangkan Aldo sudah masuk terlebih dahulu ke dalam untuk menemui Ara.

Irene dan Mina berjalan cepat menuju ruang dokter. Putri berjalan pelan di belakang Irene dan Mina, dia sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya dialami oleh Ara. Ekspresi dokter tadi sangat tidak meyakinkan.

Aldo memakai pakaian berwarna hijau khusus ruang operasi.
Aldo hanya memandangi Ara yang kini bertambah kurus, dengan kepala yang ditutupi topi karena rambut Ara yang sudah mulai rontok, bibir dan wajahnya pucat, namun tidak mengurangi rasa sayang Aldo sedikitpun.

"Gue tambah jelek, ya, Al?" tanya Ara, memecah lamunan Aldo yang sedang menatap Ara dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Siapa bilang lo tambah jelek? Lo itu wanita tercantik setelah Bunda Maria dan Mami di mata gue," jawab Aldo, diiringi senyuman hangat.

"Gue gak bakal mati, 'kan, Al? Gue takut penyakit ini bawa gue pergi jauh dari lo." Ara bergumam lirih disertai isakan. Dia sadar akan kondisinya yang semakin hari semakin memburuk.

Araldo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang