7. Target baru

2.8K 244 45
                                    

Beli tas baru bayarnya seratus
Jangan lupa kembaliannya seribu
Kalau memang sudah putus
Jangan galau tapi carilah yang baru

~Aldo Cavero~

Saat ini Aldo dan Ara berada di depan sebuah cafe di pusat kota. Aldo membuka telapak tangan dan memberinya pada Ara.

"Buat apa lo kaya gitu?" tanya Ara tidak paham.

"Genggam dong, biar kaya kisah romantis di wattpad yang sering lo baca," ucap Aldo penuh harap.

"Dih." Ara berdecak geli.

"Nih, dengerin ya Aldo Cavero, lo itu gak bakal bisa kaya Antares, Septihan, apalagi Galaksi!" jelas Ara lalu pergi berjalan lebih dulu meninggalkan Aldo di parkiran.

"Gantengan gue kalik!" hardik Aldo kemudian berlari mengejar Ara. Aldo berhasil mensejajarkan tubuhnya dengan Ara lagi.

"Ini cara buka pintunya gimana sih, Ra?" tanya Aldo dengan menautkan kedua alisnya saat mereka berdiri di depan pintu cafe.

"Di dorong," jawab Ara.

"Iya, dorongnya gimana?" tanya Aldo, lagi.

"1 tahun Paud, 6 tahun SD, 3 tahun SMP, sekarang udah kelas 1 SMA tapi gak tau cara mendorong. Lo selama ini belajar apa sih, Al?" kesal Ara.

"Belajar mencintaimu lebih dari selamanya," ujar Aldo dengan senyumnya.

Ara menarik nafas panjang kemudian membuangnya perlahan.

"Sabar, Ara. Ini konsekuensi punya sahabat playboy!" gumam Ara dalam hati.

Ara mendorong pintu cafe dan mereka segera masuk ke dalamnya.

"Sebenarnya gue tau dorongnya, tapi pengen manja ke lo aja," kelakar Aldo saat mereka sudah duduk di salah satu meja yang ada di dalam cafe.

"Najis!"

Aldo terkekeh.

"Lo lagi banyak duit ya, makanya traktirin gue di cafe kaya gini?" tanya Ara sembari menatap ke arah Aldo yang duduk di sebelah kanannya.

"Sebenarnya yang banyak duit itu bokap gue, Ra. Gue cuma porotin aja," ungkap Aldo.

"Idih, gue bilangin tante Irene lo ya," ancam Ara.

"Gue santai aja." Aldo menggoyang-goyangkan kaki santai.

Aldo dan Ara memesan Milk Shake. Hari ini Aldo tidak ingin memesan menu berbeda dari Ara. Aldo biasanya memesan Ice Blend dan Ara memesan Milk Shake.

Tidak lama kemudian, Barista datang dengan menu yang mereka pesan.

"Pacarnya cantik, Mas," ucap sang Barista saat meletakkan minuman Aldo dan Ara di atas meja.

"Oh iya jelas, Mas," sahut Aldo.

"Mohon maaf, tapi saya bukan pacarnya," protes Ara kemudian menginjak kasar kaki Aldo karena mengaku-ngaku.

"Oh gitu. Mba cantik banget, bisa minta nomornya gak?" ujar sang Barista kemudian. Ara menatap heran sang Barista.

"Gak bisa, Mas. Dia pacar saya cuman malu aja ngakuin karena saya terlalu tampan dan dia ngerasa kurang pantas buat saya, padahal dia sempurna banget di mata saya," papar Aldo panjang lebar supaya sang Barista tidak jadi meminta nomor Ara.

Aldo berkedip ke arah Ara yang membuat Ara bergidik.

"I-iya, Mas. Dia pacar saya." Ara mengaku terpaksa dengan gugup.

"Oh gitu, oke deh. Enjoy!" kata sang Barista kemudian meninggalkan meja Aldo dan Ara.

Aldo menatap lekat ke arah Ara yang sedang memperbaiki puncak rambutnya yang berantakan.

Araldo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang