24. After A Long Time

882 220 58
                                    

Seoul, 26 Maret 2021

Halo, lama tidak bertemu.
Bagaimana kabarmu?

Ah, rasanya seperti baru kemarin kita berpelukan, namun kini bahkan bekasnya tak bersisa

Suara kicauan burung terdengar nyaring di sela-sela pepohonan berbunga. Warna-warna yang menghangatkan hati menyapa. Pagi di minggu pertama musim semi tiba. Seorang pemuda memeluk sebuah buku yang dibawanya. Sudut bibirnya melengkung, membentuk sebuah senyuman. Ia berjalan ke arah bangunan yang tampak ramai. Orang-orang sudah mengantri di sana sambil membawa buku yang sama dengannya.

"Aku tidak percaya aku bisa bertemu dengan seorang penulis hebat!"

Haneul tersenyum, menatap seorang gadis berambut pendek dengan kacamata yang memberikan buku novel untuk Haneul tandatangani. Ya, itu novel karya Haneul. Hari ini adalah meet and greet pertamanya sebagai seorang penulis novel. Walau masih kecil-kecilan, tapi ternyata banyak juga yang datang ingin bertemu dengannya. Ia merasa bahagia, setidaknya tulisannya bisa membuat orang lain bahagia.

"B-boleh aku minta tanda tanganku di sini?" sahut gadis lain yang mengantre selanjutnya sembari menyodorkan sebuah kaos padanya. "Oh, tentu saja boleh, hehehe..." Haneul mengambil kaos berwarna putih itu, membubuhkan beberapa tanda tangannya di sana. "Boleh aku minta satu lagi di sini, Nona Greyhan-eul?"

Haneul tersenyum mengangguk, kembali membubuhkan tanda tangannya di bagian belakang kaos. Si gadis berkacamata tampak sangat senang dan berterimakasih pada Haneul.

Setelah beberapa antrean di depannya, kini tiba giliran si pemuda tadi. Haneul yang saat itu tengah mengambil sebuah pena yang terjatuh begitu terkejut saat sadar akan kehadiran pemuda itu. Matanya berkaca-kaca, menatap dalam mata sang pemuda yang tampak teduh. Pemuda itu hanya tersenyum.

—▪︎▪︎▪︎—

"Nuna, aku senang melihat nuna sudah jadi penulis hebat sekarang."

"KAU GILA?! KAU BAHKAN MENINGGALKANKU TANPA SEPATAH KATA PUN?! KAU PIKIR KAU SIAPA HA?"

"Aku? Pacar nuna." jawabnya santai. Haneul membelalak. Ya, pemuda tadi adalah Taehyun. Si pemuda kucing yang membuat hidupnya terasa mati suri belakangan ini. Haneul memukul kecil dada Taehyun sembari menangis. "Taehyun, apa kau tau seberapa besar aku merindukanmu? Apa kau tau?" Haneul mengusap air matanya kasar dan menatap pemuda itu. Taehyun terdiam, rautnya sendu merasakan bagaimana kerinduan Haneul bahkan lebih besar daripada kerinduannya pada gadis itu. Tangisnya, membuat hati Taehyun ikut sakit.

"Tidak usah meminta maaf, kucing genit!"

"Kekeke, kau marah padaku?" Haneul kembali mengusap air matanya. Taehyun terkekeh.

Angin berhembus perlahan di atas balkon tempat mereka berdua berdiri. Pemandangan dari sini tampak indah, pohon seolah berwarna merah muda dan putih, rantingnya dipenuhi oleh bunga-bunga yang bermekaran. Haneul beralih menatap mata Taehyun, air mata tak henti membahasi pipinya. Ia berjinjit, meraih wajah Taehyun. Mendekat, menyatukan bibirnya ke bibir pemuda itu ke dalam ciuman yang hangat. Menempel tanpa pergerakan sama sekali. Hanya matanya yang terpejam dan Taehyun yang masih membelalak kaget.

Sepersekian detik, Haneul melepas ciumannya, "Maaf, maafkan aku. Maaf, malam itu aku terbawa emosi— maaf Taehyun maaf— tidak seharusnya aku mengusirmu. Maaf—" ucapnya berlinang air mata mengusap pipi sang pemuda.

"Aku mencintaimu." lirihnya kemudian.

Taehyun masih terdiam. Hening. Tidak ada jawaban sama sekali. Dadanya berdegub kencang. Tangannya meraih tangan Haneul. Namun saat hendak bicara, angin kencang menerpa mereka berdua. Membuat tangan Taehyun terlepas dari Haneul. "Taehyun!" mencoba meraih kembali si pemuda namun tak bisa. Angin aneh itu membawa Taehyun terbang. Benar-benar terbang.

Haneul membelalak, menutup mulutnya, dan berjalan mundur. Tak percaya dengan apa yang ia lihat kini. Taehyun yang diselimuti kabut, berbinar seolah dihiasi glitter. Diikuti cahaya terang yang menyilaukan mata. Haneul menutup matanya beberapa saat sebelum kemudian ia perlahan membukanya lagi.

Taehyun adalah yang pertama ia lihat, tersenyum dan menghampirinya, "Nuna, aku bebas!"

"B-bebas?"

Taehyun mengangguk, tangannya memegang kedua bahu Haneul, menggoyang-goyangkannya kecil, "Aku sudah bukan kucing lagi!"

Taehyun tersenyum senang lantas memeluk Haneul, memejamkan matanya, mengeratkan pelukannya ke gadis itu. Haneul yang masih terkejut membalas pelukan Taehyun tak kalah erat. Air matanya kembali membasahi pipi. Satu hal yang ia sadari, ia hanya bisa bebas dengan ciuman tulus, bukan hanya sekedar ciuman seperti apa yang terjadi malam itu.

"Pantas saja, aku pikir bukan nuna orangnya." gumamnya. Haneul menatapnya bingung, apa yang Taehyun bicarakan? Tapi Haneul tak peduli, yang penting Taehyun kini sudah menjadi manusia biasa sama seperti dirinya. Haneul terharu, ia kembali memeluk Taehyun sembari menangis.

"Huwaaa Taehyun! Aku mencintaimu! Aku bahkan akan tetap mencintaimu jika kau tetap jadi kucing sekalipun, hiks."  

"Tapi aku bahagia akhirnya kau terbebas dari kutukanmu."

"Hiks, terimakasih, terimakasih karena telah kembali untukku, huwaaa..."

Untung saja di balkon lantai 2 perpustakaan hanya ada mereka berdua saja. Jadi, suara tangis Haneul yang seperti anak kecil itu tidak terdengar oleh siapapun, hahaha. Taehyun tertawa kecil, melepas pelukan Haneul, "Sudah jangan menangis lagi, nuna. Taehyun juga mencintai Haneul nuna."

"Aaaaa Taehyun~" dengan mata sembab, Haneul memegangi pipinya yang memerah. Lucu sekali, Taehyun suka Haneul yang tersipu malu seperti ini. Ia tertawa kemudian merangkul Haneul, melihat hamparan biru yang begitu luas.

Bekasnya memang tak tersisa, namun pelukannya kembali

Bekasnya memang tak tersisa, namun pelukannya kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nuna, tahu tidak persamaan langit dengan nuna?"

"Tidak tahu, apa memangnya?"

"Sama-sama indah di mataku."

"Yak! Dasar kucing gen— Eh! Taehyun genit!"

—END

The Secret Of Meow | Taehyun ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang