Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
— apa yang terjadi?
■ ■ ■
Haneul terbangun begitu mendapati dirinya berada di sebuah tempat asing. Gelap. Di sini gelap, tidak ada siapa pun. Hanya ada dirinya yang mengenakan gaun putihnya. Samar, terdengar suara tawa seorang anak dari ujung lorong.
Cahaya. Haneul melihat cahaya di ujung sana. Ujung lorong yang begitu panjang mungkin? Perlahan kakinya melangkah menuju asal cahaya datang.
Sudut bibirnya naik membentuk sebuah senyum manis saat ia berhasil keluar dari lorong gelap tadi. Di sini begitu ramai, terdengar suara tawa riang dari anak-anak yang tengah bermain. Ia melihat ke sekeliling. Wahana permainan berjejer rapi. Komidi putar, bianglala, dan banyak lagi permainan yang disukai anak-anak.
Ada pula kedai-kedai es krim dan permen kapas di sana. Balon gas warna-warni menghiasi setiap sudut. Lampu-lampu berwarna cerah membuat suasana tampak menyenangkan. Haneul kembali tersenyum, kembali melangkah tanpa ragu untuk sekedar melihat tempat itu.
Sama sekali tak terpikirkan, tempat ini tak ubahnya seperti neverland bagi Haneul- yang sama sekali tak pernah mengunjungi tempat-tempat semacam ini selama 21 tahun hidupnya. Mendongak sejenak, memandang langit malam bertabur bintang dengan sang bulan sabit bersinar terangnya.
Langkahnya terhenti ketika tiba-tiba seorang bocah perempuan menabraknya dan menumpahkan es krim di kakinya. Tampak familiar, Haneul melihat mata anak itu, terlihat begitu sendu- menyiratkan sejuta kesedihan yang mungkin tak dapat terungkap.
"M-maaf Kak maaf..." anak itu menunduk, hendak membersihkan kaki Haneul, namun Haneul mencegahnya.
"Tidak, tidak apa-apa gadis manis... kakak bisa membersihkannya sendiri nanti." ucapnya tersenyum, berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan si gadis kecil lalu meraih tangan mungilnya dan tersenyum padanya.
"Siapa namamu?" Tanya Haneul kemudian, namun saat gadis kecil berambut panjang itu hendak menjawab, seseorang memanggilnya. Samar Haneul mendengar namanya dipanggil.
"Haneul!" refleks, ia menoleh diiringi jawaban dari bocah perempuan tadi sembari berlari ke arah wanita muda yang memanggilnya.
"Ibu!" panggilnya riang seraya memeluk wanita yang ia panggil dengan sebutan ibu itu. Haneul terdiam. Namanya... sama? Apa hanya sebuah kebetulan...?
Pasangan ibu-anak di depannya terlihat begitu bahagia. Mereka berdua mengobrol sembari tertawa bersama. Sang ibu terlihat begitu menyayangi putrinya. Ia bahkan beberapa kali memeluknya. Haneul hanya bisa tersenyum pahit, menerima kenyataan bahwa ia belum pernah sekali pun melihat wajah wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini.