Now playing: Right Here Waiting - Richard Marx
•••
Seperti pagi biasanya, hari ini tidak ada hal yang menarik sama sekali bagi Letta. Gadis itu berhenti sejenak di depan gerbang rumahnya, membenarkan posisi tas ransel miliknya agar lebih mudah. Selanjutnya, Letta melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Suara bising klakson memenuhi indera pendengarannya, membuat gadis itu berdecak berulang kali, sesekali tangannya diketuk-ketukan pada stang motor. Kemudian, ia mengambil jalur berlawanan arah dari Andromeda High School.Kecepatan lajunya berkurang teratur ketika ia telah sampai pada sebuah tempat yang sangat tidak asing baginya, tanpa berpikir panjang dan apa yang akan terjadi setelahnya, Letta memilih untuk menghentikan motor tepat di depan bangunan tersebut. Napasnya berhembus lega ketika tidak mendapati motor satupun yang terparkir di sana, pun dengan pintunya yang tertutup sempurna. Gadis itu segera melepas helm full face miliknya, melangkahkan kaki dengan langkah panjang. Tubuhnya berjongkok, mengambil sesuatu di bawah rak sepatu.
Senyumnya berpendar ketika ia menemukan apa yang dicarinya, meskipun sudah hampir satu bulan Letta tidak datang ke tempat tersebut, namun tidak ada yang berbeda sedikitpun. Selesai membuka pintu di depannya, Letta menarik kakinya untuk masuk. Melempar tas ransel serta melepas sepatunya di sembarang tempat. Kaki gadis itu melangkah menuju dapur basecamp, mengambil minuman dingin yang selalu disediakan pada kulkas.
Atensi Letta beralih ketika mendapati sebuah jaket tergantung di depan kamar mandi, jaket yang sama persis dengan miliknya dan anggota Tiger lainnya. Letta mencoba tidak ambil pusing, mungkin saja itu milik teman-temannya yang memang sengaja ditinggalkan di sana, mengingat masih banyak sekali barang-barang mereka yang berada di basecamp.
Sagi sanistra
|Semangat belajarnya.Sebuah notifikasi membuat gadis itu mengambil ponsel dari saku jaketnya, membaca sekilas pesan yang dikirimkan Sagi, sebelum akhirnya memilih menekan tombol power.
Setelah puas menikmati minuman miliknya, gadis itu melepas jaket yang membalut tubuhnya dengan sangat pas, berganti melepas seragam miliknya dan menyisakan kaus polos yang juga sangat pas di tubuhnya.
“HEH! SIAPA LO?” Baru saja gadis itu akan menaiki tangga, sebuah teriakan membuatnya mengernyit.
Tubuhnya berbalik, melihat seseorang di belakangnya. “Sial!” Matanya terpejam sempurna.
“Letta?! Anjir, sejak kapan lo datang?”
“Pake dulu baju lo, setan!” sungut Letta.
Alfredo tepat di depannya dengan hanya menggunakan celana kolor tanpa memakai baju, pemuda tersebut segera berlari kembali menuju kamar yang memang cukup sering menjadi tempat istirahat teman-teman lainnya.“Udah gila,” lirih Letta, kemudian menaiki satu-persatu anak tangga.
Tempat pertama yang ia tuju adalah tempat gym, jika datang ke basecamp, Letta memang lebih sering menghabiskan waktu untuk gym ataupun berlatih tinju, sesekali bermain basket. Joe yang memberikan ide untuk membangun gedung olahraga basket indoor, meskipun tidak terlalu besar, namun cukup nyaman bila hanya digunakan oleh mereka.
Letta memakai pelindung jarinya, agar tidak terluka saat ia melakukan pukulan keras. Detik berikutnya, ia meninju sansak di depannya dengan keras, seolah hanya ada dirinya di tempat tersebut, hanya ada rasa yang tidak pernah bisa Letta deskripsikan bahkan analisis.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCORPIO
Teen FictionOneDream_id : Scorpio A story by @nandyllaa_ Sebuah kisah klasik yang tidak biasa. Kisah dimana sesuatu membuat seorang gadis yang memiliki jiwa kuat itu menjadi rapuh. Rapuh, ringkih termakan sejuta teka-teki yang membuat hidupnya berbeda. Menyus...